extra part

19.4K 1.1K 64
                                    

"Adnan Alingga Reyndra!!!"

"Kamu minum susu anak kamu lagi ya?!!"

Seperti sudah menjadi tradisi setiap pagi, teriakan kemarahan itu lagi-lagi menggema di sebuah rumah dengan penghuni dua orang tua yang berusia 20 tahun atau 21 tahun? Entahlah, mereka lupa usia mereka sendiri setelah terlalu sibuk mengurus rumah tangga berdua.

Papa Rey memutuskan untuk pindah sejak satu tahun lalu, tidak terlalu jauh dari rumah mereka, hanya berjarak 7 rumah tetangga untuk sampai ke rumah Papa. Menurutnya satu rumah dengan Alingga dan Lyana teramat menguras emosi untuk ia yang sudah mulai menua, lebih tepatnya lagi kelakuan tengil Alingga yang setiap hari selalu kambuh yang akhirnya membuat ia memutuskan pisah rumah.

Sendiri tampaknya lebih baik bagi Papa, dari pada terus darah tinggi menghadapi kelakuan jahil putranya.

"Di dunia ini cuma kamu satu-satunya seorang papa yang suka curi susu anaknya!"

"Adnan Alingga Reyndra, keluar nggak kamu?!" Lyana berteriak nyaring, teramat kesal dengan tingkah suaminya itu.

Yang di marahi bukannya segera datang dan meminta maaf malah sibuk bersembunyi di belakang sofa, duduk bersama bayi perempuan yang baru kemarin berulang tahun yang ketiga. Sambil membuka bungkus yupi dan menyerahkan isinya pada Alana, putrinya. Ia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, memberi intrupsi pada Alana untuk tidak bersuara.

"Jangan bilang-bilang mama kalau susunya papa yang minum, oke?" ujarnya berbisik, sambil mengulurkan tangannya membentuk sebuah tos.

Alana langsung menyambut dengan tangan kecilnya, ia tersenyum polos. "Oke papa."

"Bagus!"

Keduanya cekikikan di belakang sofa, menikmati sebungkus permen yupi berdua sambil sesekali mengintipi Lyana yang berkacak pinggang mencari keberadaan mereka.

Alingga bergeser maju. "Papa mau cerita nih Lan, soal teman kerja papa."

"Papa masih mending, dali pada aku?" balas Alana dengan mata melotot.

"Papa belum cerita Lana.." Alingga menggeram kesal, membuat Alana menyengir hingga gigi kecilnya terlihat lucu.

"Maaf papa," katanya sambil tertawa. Benar-benar memiliki turunan jahil dari seorang Alingga.

"Kemarin papa udah selesai kerja, mau pulang tuh papa. Terus ada karyawan yang ngomongin papa di belakang, katanya papa naik jabatan karena anaknya kakek, papa kesel dong tapi papa biarin aja, biasalah papa kamu ini kan penyabar dan ganteng," ujar Alingga dengan senyum sombong, Alana mengangguk-angguk saja walaupun terlihat tidak mengerti.

"Terus tau nggak apa yang terjadi?" Tanya laki-laki itu.

Alana menggeleng. "Apa pa?"

"Habis ngatain papa dia jalan nggak lihat pintu kaca, nabrak deh. Papa ketawain dong hehe."

"Benjol pa?"

"Iyalah, besar kayak bukit teletubies, hahahaha."

Keduanya tertawa pelan, bahkan Alingga sampai menutup mulutnya dengan tangan supaya tidak menimbulkan suara yang akan membuat Lyana tahu tempat persembunyian mereka.

"Alana juga kemalin," bocah perempuan itu gantian bercerita. Mata kecilnya melotot, seolah ingin memberitahu pada Papanya kalau apa yang akan ia ceritakan sangat harus di dengarkan.

"Apa?"

"Kemalin Lana di suluh Zaen telan koin."

"Kamu mau?" tanya Alingga dengan panik, ia mengangkat dagu putrinya itu dan membuka mulutnya. "Buka mulutnya Lana!"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang