37 ALINGGA

10.8K 1K 118
                                    

LyanaNya Lingga: heh lo lagi demam bisa-bisanya ngayap

Alingga:🖕

LyanaNya Lingga: dimana lo?

Alingga:🖕

LyanaNya Lingga: lingga gue serius! Lo lagi sakit.

Alingga: 🖕

LyanaNya Lingga: pulang oi!

Alingga:🖕

Laki-laki itu terkekeh melihat pesan yang ia kirim, dia mengantongi ponselnya lagi lalu mendongak menatap rumah di hadapannya.

Lyana bilang setidaknya Alingga bertanya bagaimana keadaan pria itu, mungkin bisa membuatnya lebih baik atau semakin buruk? Alingga tidak tahu. Namun, ia akan tetap masuk.

Lalu saat Alingga menjejakkan kakinya di rumah itu, ia tertegun melihat Abun berjalan dengan kalem keluar dari kamar Papanya. Alingga langsung bergerak cepat kesana.

"Kenapa lo disini?" Suara Alingga bergetar, ada nada emosi yang berusaha ia tahan.

"Bohongin orang tua itu nggak baik Ga, gue hanya datang buat bantu lo," balas Abun terkekeh.

Lalu kemudian hening.

Alingga tidak tahu kenapa Abun bisa sampai ke rumah Papanya dan apa alasan laki-laki itu datang kemari, tapi apapun alasannya. Alingga mulai takut sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi.

Sesuatu yang berusaha ia hindari, yang selalu menjadi ketakutannya setiap hari.

Kemudian Abun tersenyum dan menepuk pelan bahunya. "Temui gih Papa lo, kayaknya kalian butuh bicara."

Lalu setelah mengatakan kalimat membingungkan itu, Abun melangkah pergi keluar dari rumah dengan wajah tenang.

Tangan Alingga terkepal kuat, matanya bergerak gelisah. Semua ketakutannya seolah berlarian datang hingga membuatnya merasa sesak.

Tidak ingin di siksa oleh pikirannya sendiri, laki-laki itu akhirnya melangkah cepat, membuka pintu kamar Papanya dan masuk dengan wajah kalut. "Abun-"

Lalu, belum sempat bibirnya bergerak untuk mengucap sesuatu. Tiba-tiba ponsel dengan case abu-abu itu di lempar ke wajahnya dengan kuat hingga membuatnya hampir tersungkur ke belakang.

Alingga menunduk merasakan hidungnya yang sakit luar biasa, lalu perlahan setetes demi tetes darah berjatuhan ke lantai.

"Tujuh belas tahun saya kerja susah payah ternyata cuma untuk besarin anak orang," Papa terkekeh, terselip nada kecewa dalam tawanya.

"Saya harus bilang apa sama kamu sekarang, Ga? Saya harus marah karena di bohongi atau saya harus merasa kasihan karena kamu di buang oleh orang tau kamu sendiri?"

Alingga masih menunduk, tangan laki-laki itu gemetar dengan napas yang seolah tercekat di kerongkongan.

Sesuatu yang dia takutkan akhirnya terjadi, bahkan di saat ia belum siap menghadapinya.

"Adnan Alingga Reyndra! Kamu transfer uang 500 juta ke Mama kamu?" Tanya Papa dengan lantang.

Alingga diam, ketakutan.

"JAWAB ALINGGA!!" Sentaknya kuat.

Perlahan kepala Alingga mengangguk, laki-laki itu memberanikan diri menatap Papanya.

"Kamu manfaatin saya selama ini? Kamu tinggal di rumah itu, kamu menikmati uang saya, uang Ayah saya, semua fasilitas yang seharusnya bukan milik kamu, kamu bohongin saya selama ini untuk semua itu, Lingga?" Suara Papa mulai serak, matanya mengabur menatap kearah Alingga. "Kamu sama Mama kamu kerja sama manfaatin saya? Kamu bohongin saya demi uang?"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang