14 ALINGGA

13.9K 1.1K 68
                                    

Rooftop rumah sakit malam ini begitu sunyi, mungkin karena sudah larut malam sehingga suara bising kendaraan dari jalanan di bawah sana tidak mampu terdengar. Beberapa menit lalu Alingga menyempatkan dirinya menjenguk kakek, sebelum akhirnya ia mengajak Lyana naik ke bagian paling atas dari gedung rumah sakit ini.

Setidaknya walau suhu tubuh Alingga semakin panas, hatinya tidak merasakan hal yang sama. Dia ingin tenang, melupakan semua masalah yang menumpuk tebal dalam pikirannya.

Seruputan terakhir dari susu kotak rasa strawberry yang Alingga bawa sudah Lyana habiskan, cewek itu memandangi bungkus susu itu dalam beberapa detik, lalu tangannya bergerak melempar, tapi Alingga dengan cekatan menahan pergelangan tangannya.

"Di mulai dari hal kecil, seperti buang sampah ke tempatnya, lindungi bumi supaya bumi akan balik lindungi lo," ujar Alingga dengan nada kalem, cowok itu mengambil bungkus kotak susu di tangan Lyana lalu meletakkannya di samping kakinya.

Lyana merengut. "Hm, maaf deh cowok penyayang bumi," sindirnya jengkel.

Alingga tidak membalas, ia hanya diam.

Lyana pikir Alingga sepertinya memang benar-benar sakit, cowok itu tidak membalas untuk mendebatinya atau bahkan menjahilinya. Wajah Alingga sangat pucat dan matanya memerah.

"Kenapa sih harus kesini? Kan lo lagi sakit, mending ke kamar inap kakek lo aja," ujar Lyana.

Lyana memiringkan tubuhnya, ia menatap Alingga lalu tangannya ia tempelkan di kening cowok itu.

Panas, bahkan lebih panas dari suhu tubuh Lyana ketika sedang sakit cacar. Cewek itu mendengus dengan pilihan Alingga. Bukannya berada di tempat istirahat yang nyaman, Alingga malah memilih diam di rooftop yang anginnya begitu kencang, Lyana saja yang sedang sehat merasakan dingin luar biasa, apalagi Alingga?

"Lo panas Lingga, ke kamar kakek lo aja yuk?" Bujuknya.

Alingga menggeleng pelan. "Nanti dia khawatir kalau tau gue sakit."

"Tapi kan lo emang sakit."

"Akting doang gue," bibir pucat itu melengkung, Alingga menyengir seperti biasanya. "Lagi akting sakit nih gue, bagus nggak akting gue?"

"Lingga.."

Cowok itu tertawa hambar, ia memposisikan jari telunjuknya di depan kening Lyana. Lalu menariknya, dan melepas hingga terdengar bunyi 'Tuk!' cukup kuat dari bertemunya jari dan kening itu.

"Lingga! Sakiiiiit!"

Lyana langsung memukul lengan cowok itu, ia mendengus marah sambil mengusap keningnya yang nyeri.

Alingga makin tertawa, ia lalu dengan jahil  menarik-narik poni cewek itu.

"Lingga! Diem deh lo!" Teriak Lyana marah.

"Lo tuh jadi cewek oon banget, gue nih lagi akting tau. Lo pernah nonton kartun Masha and the Bear nggak sih? Episode Masha pura-pura sakit terus dia pakai air panas di taruh di kening biar keliatan sakit. Nah gue kayak gitu tuh!" Ujar Alingga sambil tertawa terbahak-bahak.

"Garing lo!"

Alingga lalu menyentil kuat telinga Lyana, dia masih saja jahil pada Lyana walaupun tubuhnya terasa lemas. "Gue mah Lingga bukan garing. Garing tuh bapaknya si Gempi," katanya bercanda.

"Itu Gading!" Ketus Lyana.

"Liat gue Lyana," Alingga menarik kedua pipi Lyana menghadap kearahnya, cowok itu menyipitkan matanya lalu mengangguk-anggukan kepala. "Lo punya kembaran ya?" Tanyanya dengan serius.

Lyana tentu saja bingung. "Apasih lo?"

"Lo punya kembaran, sangat mirip sampai gue susah membedakan kalian. Lo mau tau siapa?" Alingga terlihat sungguh-sungguh.

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang