Terjebak

103 20 0
                                    

"Mami Khalif juga mau disuapin." Ujar Khalif ikut-ikutan. Shaffiya pun harus extra sabar menghadapi kedua ponakannya yang selalu manja padanya itu.

"Oke, Kita makan sambil nonton kartun aja yuk di ruang tengah." Ajak Shaffiya kepada kedua anak itu. Untung saja dia memiliki otak yang cerdas jadi bisa mencari jalan lain untuk menghindari masalah yang sedang di hadapinya itu.

"Siap Mami." Ujar kedua anak itu kompak.

"Let's goooo!" Ujar Khalif sembari berlari duluan menuju ruang tengah. Shaffiya dengan cepat mengambilkan makanan untuk kedua anak itu dan membawanya ke ruang tengah.

Ia sengaja menunduk untuk menghindari tatapan dengan lelaki itu. dia tak lupa menatap kearah Aldwin dan menjulurkan lidahnya untuk mengejek, Dia tersenyum penuh kemenangan karena rencana Aldwin untuk mempermalukan dirinya gagal.

Shaffiya menghidupkan televisi dan menyetelkan kartun Omar dan Hana kesukaan mereka. Mas Hanan dan Mbak Haura memang tidak sembarangan dalam memilihkan tontonan yang baik untuk anak-anaknya. Mereka selalu memberikan tontonan yang selain bisa menghibur juga mendidik. Termasuk dari kartun ini, mereka bisa belajar tentang agama dari sebuah ilustrasi kartun.

Begitupun dengan Shabira dan Zhafira. Rumaisha selalu meniru apa yang mbak Haura dan Masnya ajarkan. Dia juga selalu memberikan tontonan yang mengandung ilmu agama dan dapat memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Bukan hanya sembarangan memberikan ponsel atau menontonkan televisi dengan memperlihatkan acara yang tidak berfaedah untuk mereka.

"Ayo, sebelum makan harus berdoa. Gimana doanya?" Tanya Shaffiya seperti guru tk yang sedang mengajari anak muridnya. Kedua anak itu langsung duduk bersila lalu menengadahkan tangannya dan siap untuk berdoa.

"Allahumma bariklana Fiima Razaktana Wa Qina adzabannar. Aamiin." Ucap mereka serentak.

"MasyaAllah anak pintar. Oke waktunya makan." Ujar Shaffiya bersemangat. Perempuan itupun langsung menyuapi kedua ponakannya itu dengan telaten.

Shaffiya merasa hidupnya kini lebih berwarna. Dia sudah mengubur dalam-dalam dirinya yang dulu. Kesepian yang dulu sering menghantui dirinya. rasa iri dan dengki yang selalu menggerogoti hatinya kini sudah lenyap.

Dia sudah kembali dimana dia seharusnya berada. Keluarga memanglah nomor satu. Disini dia menemukan kehangatan dan menemukan kebahagiaan itu. dia bahkan tak menyangka semua keponakannya begitu sayang dan dekat dengannya. dulu ia takut jika mereka tidak akan menerima dirinya lagi sebagai keluarga. namun, ketika dia sudah berniat untuk berubah semua serasa dimudahkan. Dan disinilah dia sekarang. Ditengah keluarga yang akan selalu menjadi tempatnya berpulang.

Sedangkan di meja makan yang tak jauh dari ruang tengah mereka pun saling mengobrol. Mas Hanan memperkenalkan adik-adiknya kepada temannya itu.Ternyata teman Mas Hanan seumuran dengan Aldwin. Dan mereka sama-sama bergerak di bidang bisnis jadi mereka nyambung ketika ngobrol.

"Aku pernah tuh kerjasama di perusahaanmu tapi kayaknya dulu aku ketemunya sama Pak Himawan." Ujar Aldwin sudah mulai akrab dengan lelaki yang diketahu bernama Izzam.

"Iya, dulu aku mengurus kantor cabang jadi jarang ke pusat. Tapi sepertinya aku akan dipindahkan ke kantor pusat dalam waktu dekat ini. Ayah ingin liburan sebentar katanya ke luar negeri jadi mau tak mau aku harus menggantikannya." Jelas Izzam kepada Aldwin. Mereka sepertinya cocok jika ngobrol tentang bisnis. Mungkin saja sebentar lagi akan menjadi teman.

"Wait. Jadi itu putranya pemilik HMW Corp?" Tanya Aldwin dengan nada tak percaya. Dia baru menyadari itu ketika Izzam menyebutkan Ayah .

"Ya, benar sekali. aku adalah putra Tunggal Himawan Alatas." Ujar Izzam dengan bangganya. Aldwin pun tertawa kecil. ah, sepertinya dunia ini serasa sempit. Dia sudah lama mengenal pak Himawan tapi dia baru tahu kalau Izzam ini putra beliau.

Eits,, tapi sepertinya Aldwin menyadari sesuatu disini. Mengingat nama HMW corp dia jadi teringat seseorang. Lelaki itu hanya menatap kearah Izzam dengan senyuman misteriusnya. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu. tetapi sepertinya itu bukan hal yang menyenangkan.

"Zam, sepertinya kamu harus memikirkan lebih dalam lagi tentang kepindahanmu ke kantor pusat itu. Aku melihat ada seorang pengganggu disana yang akan membuat hari-harimu buruk sepanjang hari." Ujar Aldwin tiba-tiba membuat semuanya menatap kearah lelaki itu dengan tatapan bingung.

"Maksud kamu gimana Win?" Tanya Izzam penasaran. Tapi Aldwin hanya menggeleng sembari tersenyum kecil.

                                                                                                            ***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang