"Shaf, Kamu gak papa kan? Gimana keadaan pak bos? Gila sih tadi kita langsung Shock dengar beritanya." Ujar Clara sesaat Shaffiya telah sampai di kantor. Di depan tadi sudah banyak penjagaan ketat. Mungkin itu perintah dari pak Himawan agar tidak terjadi hal-hal buruk lagi.
"Aku sih gak papa Cla. Pak Izzam juga sudah ditangani. Dia sekarang masih harus bed rest." Jelas Shaffiya pada Clara dan rekan-rekan kerjanya yang ikut mendengarkan ceritanya itu.
Dengan kejadian itu tentu saja semuanya merasa terkejut dan takut karena ini baru pertama kalinya terjadi. Sejak bertahun-tahun pak Himawan memimpin HMW Company, beliau tidak pernah memiliki musuh dengan siapapun. Semuanya beliau selesaikan dengan baik. tapi yang namanya rival dalam dunia bisnis pasti ada saja. Mereka menduga juga bahwa yang melakukan penyerangan terhadap Izzam adalah rival dalam dunia bisnisnya.
Polisi sudah menyelidiki CCTV di basement dan juga melakukan penyelidikkan di TKP. Sekarang tempat itu masih di segel dan dalam pemantauan. Pak Himawan memang tidak tanggung-tanggung dalam menangani segala kasus, mungkin karena ini baru pertama kalinya juga jadi beliau sangat waspada saat ini.
"Kamu langsung pulang Shaf?" Tanya Clara ketika Shaffiya sedang membereskan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang.
"Aku mau ke rumah sakit dulu lihat keadaannya pak Izzam." Ujar Shaffiya, walaupun dia ingin sekali segera pulang ke rumah tetapi dia juga merasa tak enak jika tidak melihat keadaan atasannya itu di rumah sakit.
Tentu saja Shaffiya tak datang dengan tangan kosong. Dia mampir ke toko buah sebagai buah tangan. Pastinya Bu Reya juga tak sempat untuk keluar, pak Himawan juga sibuk mengurus kantor dan juga kasus yang sedang terjadi.
Sesampainya disana Shaffiya melihat bu Reya sedang menyuapi putra kesayangannya itu. keangkuhan dan image dingin yang ada pada diri Izzam runtuh seketika. Yang dilihat Shaffiya sekarang hanyalah seorang anak lelaki yang begitu manja terhadap ibunya.
"Assalamualaikum." Shaffiya mengucapkan salam membuat mereka terkejut dengan kehadirannya. Terutama Izzam, dia langsung pura-pura cool lagi saat ada Shaffiya padahal daritadi dia begitu manja meminta suapan demi suapan masuk ke mulutnya. Tapi perempuan itu hanya menahan tawanya agar atasannya itu tak semakin malu.
"Waalaikumsalam. Sini Shaf." Panggil Bu Reya sembari mengisyaratkan kepada Shaffiya untuk datang mendekat.
"Ini Bun, Buah buat pak Izzam." Ujar Shaffiya sembari menyerahkan parsel buah itu kepada Bu Reya.
"Kamu nih repot-repot deh Shaf." Ujar Bu Reya sembari menerima parsel buah itu dan meletakannya di meja nakas dekat ranjang Izzam.
"Shaf, bunda mau minta tolong nih. Kamu bisa gak nungguin Izzam bentar disini, Bunda mau pulang mandi sama ganti dulu. Gantinya Izzam juga belum dibawa kesini." Pinta bu Reya yang tak mampu ditolak oleh Shaffiya. Dia pun mengangguk menyetujuinya.
"Makasih ya sayang, Bunda gak lama kok." Ujar bu Reya lalu meninggalkan mereka berdua. Izzam pun berniat mencegah bundanya untuk tidak pergi tapi bu Reya seakan mengatakan kepada anaknya untuk tetap diam dan mengikuti permainannya ini.
Shaffiya dan Izzam tampak canggung satu sama lainnya. Mereka tak tahu harus mengatakan apa.
"Emm..bapak mau makan buah?" Tanya Shaffiya dengan nada ragunya. Izzam hanya mengangguk sebagai jawaban. sebenarnya dia juga bingung dengan keadaan itu.
Perempuan itupun mengambilkan buah apel dan mengupaskannya untuk Izzam. Dia sengaja memilih buah yang sekiranya lama untuk dikupas agar punya kegiatan dan tidak gabut selama menunggui Izzam.
"Terimakasih ya kamu sudah menolongku." Ujar Izzam memecah keheningan. Suaranya terdengar tulus dan begitu lembut. Tak seperti Izzam yang biasanya pemarah dan dingin itu.
"Nevermind Pak. Yang penting bapak sudah tertangani dengan baik." Ujar Shaffiya sembari menyunggingkan senyumnya.
Suasanya pun berangsur mencair. Shaffiya menyodorkan potongan buah apel yang telah dia letakkan di piring kepada Izzam. Lelaki itupun kembali berterimakasih kepada Shaffiya. Dia menikmati buah yang dikupaskan oleh Shaffiya.
Tak lama pintu kamar Izzam dibuka dengan tiba-tiba membuat Shaffiya dan Izzam terkejut dibuatnya. Mereka spontan menoleh kearah pintu dan mendapati lelaki berseragam polisi menghampiri mereka dengan wajah cemasnya.
"Shaf are you okey? Mana yang luka Shaf, mana bilang sama aku." Ujar Syafiq sembari membolak balikan tubuh Shaffiya. Lelaki itu tampak benar-benar khawatir dengan keadaan Shaffiya.
"Mas, yang ketembak tuh Pak Izzam bukan aku. I'm Fine." Ujar Shaffiya mencoba menenangkan Syafiq. Lelaki itu nampak bernapas lega dan menoleh ke ranjang tempat Izzam berbaring.
"Syukurlah kamu tidak papa. Aku khawatir dan takut kalau kamu kenapa-kenapa Shaf." Ujar Syafiq yang masih memegangi kedua bahu Shaffiya.
"Hello.. yang sakit disini. Udah kali tangannya bertengger disana mulu." Sindir Izzam pada sahabatnya yang kini menjadi rivalnya itu. Syafiq pun langsung melepaskan tangannya dari bahu Shaffiya.
"Kenape Lo. Cuma luka tembak mah gak sakit-sakit banget kok. Gue tahu lo pasti kuat." Ujar Syafiq dengan nada tengilnya membuat Izzam kesal. jika saja dia tidak sakit pasti sudah melayangkan tinjuan kearah Syafiq sekarang.
"Shaf, aku mau buah jeruk. Tolong kupaskan untukku." Ujar Izzam mulai mencoba peruntungannya. Dia akan membuat Syafiq merasa menjadi obat nyamuk disana.
"Uuuh.. sini biar aku yang rawat sahabatku tercinta ini." Ujar Syafiq mendahului. Dia meminta Shaffiya untuk menyingkir dan dia yang sekarang duduk di kursi dekat Izzam. Lelaki itu mengambil buah jeruk dan mengupaskannya untuk Izzam. Tak hanya itu, Syafiq juga menyuapi Izzam sembari tersenyum lebar kearah lelaki itu.
Tentu saja Syafiq tak sebaik yang dipikirkan, dia menyuapi Izzam dengan begitu asal-asalan. Jeruk itu belum selesai dikunyah oleh Izzam, tetapi lelaki itu terus menerus menyuapi buah yang lainnya hingga mulut Izzam penuh dengan jeruk. Shaffiya tau hal itu sedang terjadi tapi dia malas untuk melerai. Dia memilih untuk duduk di sofa yang agak jauh dari mereka dan memainkan ponselnya dengan santai.
"Lo mau bunuh gue apa gimana sih! Bisa keselek jeruk nih gue." Omel Izzam kesal pada sahabatnya itu. tapi bukan Syafiq namanya kalau langsung menciut. Dia malah mengejek Izzam yang sedang tak berdaya itu.
"Udah deh orang sakit diem aja. Mau makan apa lagi nih? Pisang? Pear?" Tanya Syafiq menawari tapi Izzam langsung menolaknya tegas. Dia tak mau terus dikerjai oleh lelaki yang berkedok baik itu.
"Lo mending pulang daripada bikin gue pengen muntah disini." Ujar Izzam dengan penuh amarahnya.
"Dih masa sama sahabat sendiri gitu. Gue kan kesini jengukin lo, gue juga ingin merawat lo dengan baik." Ujar Syafiq lagi dengan meanmpilkan senyum palsunya. Izzam berdecih pelan lalu memilih untuk merebahkan dirinya dan mencoba untuk tidur.
"Akhh...duh sakit." Rintih Izzam sembari memegang bahunya yang sedang terluka. Shaffiya langsung menghampirinya dan memeriksa keadaan Izzam.
"Pak, mana yang sakit? Saya panggilkan dokter ya?" Tanya Shaffiya dengan nada paniknya.
"Tolong panggilkan dokter ya." Ujar Izzam pelan yang dijawab anggukan mengerti oleh Shaffiya. Perempuan itu langsung bergegas mencarikan dokter untuk Izzam.
Setelah yakin Shaffiya sudah keluar dan tidak berada di dekat ruangannya Izzam pun baru berani mengeluarkan suara. Sebenarnya ada hal penting yang harus ia sampaikan kepada Syafiq secara pribadi.
"Gue mau ngomong serius sama Lo." Ujar Izzam membuat Syafiq langsung mendekat kearahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
RomanceMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...