Balas Dendam

88 20 0
                                    

"Shaf..Lo masih kerja disini kan? Lo gak dipecat kan Shaf?" Tanya Clara ketika Shaffiya sudah kembali duduk di meja kerjanya.

"Masih dong Cla. Tenang aja, kalau dia mah masalah kecil. Cuma menang songong doang dia mah." Ujar Shaffiya dengan angkuhnya. Dia cukup berbangga diri dengan keberaniannya hari ini.

"Shaf kata temenku yang kerja di kantor cabang dulu, dia tuh orangnya ditaktor banget, berhati dingin, dan tak segan-segan memecat siapapun yang berani menentangnya. Sayang banget sih ya tampan-tampan tapi galak, jadi gak bisa aku gebet deh." Ujar Clara mulai melantur. Shaffiya hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan temannya itu.

Tak lama pintu ruangan Izzam pun terbuka. Clara langsung berlari kembali lagi ke tempatnya sedangkan Shaffiya tak menghiraukan lelaki itu. Dia harus tetap waras disana jadi sebisa mungkin dia harus meminimalisir kontak dengan lelaki tersebut.

Brukk...

Tiba-tiba saja setumpuk Map sudah bertengger manis di meja Shaffiya. Perempuan itupun tertegun melihatnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia harus tenang dan sabar dalam menghadapi lelaki egois dan berhati dingin itu.

"Kerjakan ini secepatnya. Saya tunggu sebelum jam dua harus sudah ada di meja saya." Perintah Lelaki itu tanpa ekspresi sama sekali. Shaffiya tahu pasti lelaki itu ingin mengujinya. Dia pun tak ingin terus-terusan dipandang rendah olehnya. Dia harus bisa membuktikan bahwa kemampuannya memang luar biasa.

"Baik pak, sebelum jam dua siang akan saya selesaikan." Ucap Shaffiya dengan tenang dan hormat. Dia harus profesional dan tak membawa emosinya di saat melaksanakan pekerjaan.

Izzam pun kembali masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Shaffiya yang berpura-pura tenang dalam situasi menyebalkan itu. Clara hanya mampu tersenyum pahit menyemangati temannya itu.

Shaffiya begitu serius mengerjakan laporan-laporan pada map tersebut. bahkan ia sampai melewatkan jam makan siangnya demi semuanya. Dia lebih memilih menggunakan waktu istirahatnya untuk melaksanakan shalat dzuhur dan tidak sempat makan sama sekali. usai shalat ia langsung bergegas ke kantor dan menyelesaikan pekerjaannya lagi. Rambutnya sudah kusut begitupun dengan wajahnya. Perutnya juga sudah keroncongan minta diisi.

"Gila Shaf, ini mah laporan yang harusnya dikerjakan seminggu. Buset, gila sih tuh orang." Ujar Karen, salah satu rekan kerja Shaffiya juga di divisi tersebut.

"Siapapun yang membantunya akan saya beri SP 1." Ujar Lelaki itu yang baru saja keluar dari ruangannya dan terlihat hendak pergi ke suatu tempat. Dia hanya mengatakan hal itu lalu pergi begitu saja.

"Udahlah aku gak papa. I can do it all." Ujar Shaffiya berusaha tegar. Dia kembali mengerjakan semuanya dengan teliti.

"Shafff...Makan dulu nih." Ujar Clara yang baru saja datang dengan membawa kentang goreng, burger dan minuman bersoda.

"Suapin dong Cla. Aku harus cepat-cepat ngerjain nih." Pinta Shaffiya yang dijawab anggukan setuju oleh Clara. Dia pun menyuapi temannya dengan telaten. Dia juga merasa kasihan kepada temannya itu karena mendapatkan pekerjaan yang tidak seharusnya ia kerjakan semua.

"Thanks Cla. Nanti malem aku traktir ya." Ujar Shaffiya setelah makanannya habis. Akhirnya dia bisa bekerja dengan tenang kembali karena perutnya sudah terisi. Sudah beberapa jam berlalu akhirnya laporan itu selesai juga. Jam menunjukan pukul setengah dua siang. Shaffiya segera merapikan laporannya dan meletakkan di meja Izzam.

Akhirnya Shaffiya bisa bernapas lega sekarang. dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Tubuhnya serasa mati rasa karena terlalu lama membungkuk tadi. Lelaki itu benaer-benar tidak punya hati. tapi bagaimanapun seorang Shaffiya tidak akan kalah oleh siapapun.

Baru saja Shaffiya menikmati istirahatnya namun telepon berdering. Dia pun langsung membenarkan posisi duduknya dan berbicara dengan baik di telepon.

"Ke ruangan saya sekarang!" Ujar suara seseorang di seberang telepon yang tak lain dan tak bukan adalah Izzam alatas. Lelaki itu memang tak akan membiarkan Shaffiya beristirahat barang sekejap saja.

Shaffiya berjalan gontai menuju ruangan atasannya itu. Dia sudah sangat malas menemui lelaki itu namun Lelaki itu seakan sengaja untuk terus memintanya untuk bekerja. Dia ingin protes namun dia tak ingin dianggap lemah.

"Permisi Pak." Ucap Shaffiya sembari mengetuk pintu itu. dia pun masuk setelah suara lelaki itu mempersilahkan. Ehm tepatnya hanya deheman pelan saja.

"Kamu catat sekarang beberapa hal penting yang akan kita laksanakan pada bulan ini. Kamu catat Saya akan bacakan." Ujar l elaki itu dengan tempo yang cepat membuat Shaffiya kelabakan dibuatnya.

"Pak bentar. Saya belum bawa note. Saya izin ambil dulu." Ujar Shaffiya dengan paniknya.

" tiga puluh detik harus sudah sampai disini." ucapnya singkat, padat, dan jelas. Shaffiya langsung berlari keluar ruangan itu untuk mengambil notes dan bolpoinnya.

Izzam begitu puas bisa membully seorang perempuan yang dengan penuh keberanian menentang dirinya. seseorang itu harus mendapat pelajaran yang setimpal sampai ia lelah sendiri dengan apa yang telah ia perbuat.

Kurang dari tiga puluh detik akhirnya Shaffiya sudah kembali di hadapan lelaki itu. dia langsung bersiap untuk mencatat semua yang dikatakan oleh Izzam. Lelaki itu begitu cepat membacakan agenda itu sampai Shaffiya pun harus cepat-cepat menulisnya. tapi perempuan itu tidak protes sama sekali, dia tetap tenang dan mengerjakan apa yang lelaki itu perintahkan dengan baik.

"Sudah. Saya tidak menerima pertanyaan. Jadi langsung buatkan agenda dan kirim ke email saya. lalu kamu juga harus print dan tempel di papan agenda. Paham?" Tanya Izzam yang dijawab anggukan paham oleh Shaffiya.

"Paham pak. Saya permisi dulu." Ujar Shaffiya sembari tersenyum simpul berpamitan dengan atasan barunya itu.

Tentu saja untuk menghadapi lelaki licik itu harus menjadi licik pula. Jangan kira Shaffiya tidak menyiapkan peralatan perang untuk menghadapi lelaki tengil bin menyebalkan itu. Dia sengaja membawa ponsel di sakunya dan menghidupkan voice recorder jadi dia hanya perlu mendengarkan ulang perkataan Izzam tadi. dia juga mencatatat hanya asal-asalan agar lelaki itu percaya bahwa dia menulis semuanya.

Dia memasang airpod di telinganya dan ditutupi dengan rambutnya yang diurai. Lalu dia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Izzam dengan tenang. Tak sampai tiga puluh menit semuanya sudah selesai. Hal itupun membuat Izzam kesal karena perempuan itu bisa mengerjakan semua perintahnya dengan baik. namun, dia tak akan menyerah. Dia pasti akan memberikan beban pekerjaan yang lebih berat di hari-hari berikutnya.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Akhirnya hari yang melelahkan ini telah berakhir. Shaffiya membereskan meja kerjanya dan sudah bersiap untuk pulang. dia sudah tak sabar bertemu dengan ranjang empuk miliknya. Rasanya tubuhnya sudah memberontak minta diistirahatkan.

"Shaf, jadikan makan-makan?" Ujar Clara mengingatkan Shaffiya. Perempuan itu sudah bersemangat dan tak sabar ingin ditraktir oleh Shaffiya.

"Let's gooo!" Ujar Shaffiya yang dijawab anggukan semangat oleh Clara. 

                                                                                          ***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang