Setelah Izzam pulang mereka pun kembali berkumpul di ruang keluarga dan melanjutkan rencana mereka untuk membahas mengenai misi rujuknya kedua orangtua mereka. Mas Hanan selaku anak tertua pun mendapat jatah untuk membuka pembicaraan.
"Bu, jadi selain makan malam tujuan kita berumpul disini juga ingin membahas sesuatu yang serius. Kami bukan bermaksud untuk lancang atau apapun itu, namun kami hanya ingin yang terbaik untuk Ayah dan Ibu." Ucap Mas Hanan membuka pembicaraan itu. semua orang pun tampak serius menyimaknya.
"Ayah sudah menyampaikan niatannya itu pada kami dan sebagai anak kami pun mendukungnya. Tapi kami tak bisa memutuskan apapun karena semua itu ibu yang jalani." Ujar Hanan lagi. Bu Sarah nampak tenang dalam mendengarkan setiap kata yang diucapkan putranya itu.
"Biar Ayah yang sampaikan sendiri Nan."Ujar Pak Hans mengambil alih pembicaraan. Mas Hanan pun mengangguk menyetujui.
"Jadi begini Sarah, Aku punya niatan untuk rujuk denganmu. Aku tahu kesalahanku dulu tak termaafkan tapi aku sungguh sangat menyesal. Aku hidup sendirian dan menjalankan kehidupanku dengan bekerja,bekerja dan bekerja. Namun yang kudapatkan hanya Hampa. Bertahun-tahun aku sendiri dan tak menemukan kebahagiaan dimanapun. Aku merindukan masa-masa kita dahulu. Diman ada sebuah keluarga yang menjadi tempatku berpulang. Aku menyesal sangat menyesal. Mungkin ribuan kata maaf saja tak dapat menyembuhkan luka hatimu. Aku tidak akan memaksamu, aku hanya menyampaikan niatku saja.Terimakasih kamu tetap menganggapku ada walaupun aku sudah menoreh luka padamu." Ujar Pak Hans dengan wajah yang berkaca-kaca. Begitupun bu Sarah, beliau sudah tak dapat menahan air mata jatuh ke pipinya.
"Bu,Ayah sudah menyampaikan niatnya. Beliau juga sudah sepenuhnya menyesal. Kami mendukung apapun keputusan ibu. Kami akan senang jika Ayah dan ibu juga senang." Ujar Rumaisha pada sang Ibu.
"Mas, kamu tahu aku sudah memaafkanmu sejak lama, aku juga sudah melupakan semuanya. Aku juga sudah menata hidupku kembali dengan baik sampai sekarang ini. Aku sudah nyaman hidup dengan kesendirian ini." Ucap bu Sarah membuat pak Hans menunduk pasrah. Harapannya sudah pupus disini. dia tak bisa mengharapkan apa-apa lagi.
"Tidak apa Sarah. Aku mengerti. Terimakasih, setidaknya kamu sudah mau mendengarkanku dan itu sudah cukup bagiku." ujar Pak Hans dengan tulus.
"Kita masih bisa membesarkan anak-anak kita bersama walaupun sudah tak ada hubungan apa-apa lagi. kamu tetaplah Ayah dari anak-anak. Kita tetap bisa menjalin silaturahim lagi. Jadi jangan khawatirkan apapun." Ujar bu Sarah dengan bijaksananya.
Pak Hans pun mengangguk setuju. Dia menghormati apapun keputusan dari mantan istrinya itu. begitupun dengan anak-anak. Walau ada rasa kecewa tapi mereka tetap menghormati keputusan kedua orangtuanya itu. Mereka tahu keputusan itu adalah yang terbaik untuk mereka.
"Kalian gak papa kan Nak? Maaf ya mungkin keputusan Ibu ini gak seperti yang kalian harapkan." Ujar bu Sarah dengan nada menyesalnya. tapi ketiga anaknya itu menggeleng pelan.
"Kami mengerti kok bu dan kami menghargai apapun keputusan kalian. Walau kalian berpisah tapi kita tetap menjalin silaturahmi sebagai keluarga. Kami akan tetap bersama kalian." ujar Shaffiya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Terimakasih ya sudah mau memahami kondisi kami. Kalian anak-anak yang hebat untuk kami." ujar bu Sarah terharu. Mereka langsung memeluk bu Sarah erat. memberikan kehangatan dan kekuatan untuk sang Ibu.
Sekeras apapun memaksakan sesuatu tetap saja hasilnya tak akan baik. Ibarat gelas yang sudah pecah pasti sulit untuk diperbaiki lagi. sekalipun bisa diperbaiki pasti tak banyak orang yang mau memakainya lagi. Dia akan dikesampingkan dan usang oleh waktu.
Maka dari itu, Hargailah sesuatu ketika dia masih ada di dekat kita. Jangan pernah abaikan keberadaannya. Jangan sampai kita menyadari bahwa mereka berharga ketika mereka sudah menghilang dan meninggalkan kita.
***
Enjoy reading yaww...semoga kalian suka dengan ceritanya. ambil yang baik buang yang buruk :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
RomanceMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...