No More Chance

67 14 1
                                    

Shaffiya teringat ada janji dengan Izzam jadi dia menunggu atasannya itu keluar dari ruangannya. Untung saja bosnya itu tak lama langsung keluar dari singgasanannya. Dia langsung mengajak Shaffiya pergi dan perempuan itupun mengikutinya dengan patuh di belakang.

Shaffiya terantuk sesuatu ketika mereka baru sampai di Lobi. Shaffiya pun mengomel karena Izzam berhenti mendadak hingga membuatnya menabrak punggung kokoh lelaki itu. sungguh kepalanya pusing walaupun hanya terbentur punggung saja.

"Bapak tuh kalo berhenti ngom.." baru saja Shaffiya hendak memarahi Izzam tetapi ucapannya terhenti ketika melihat lelaki yang ada di hadapan mereka sekarang. lelaki berseragam yang membawakan bunga tulip untuknya. Shaffiya mendengus pelan melihatnya.

"Shaf, ini bunga untukmu tapi tolong jangan seperti ini lagi. Tolong jawab teleponku, atau paling tidak balas chat dariku." Pinta lelaki itu dengan nada memohon.

"Shaf ayo kita pergi!" Ajak Izzam dengan tegas. Lelaki itu seakan tak suka jika Syafiq terus mengganggu Shaffiya.

"Sorry Mas, I should go now." Ujar Shaffiya pelan. Dia tak menerima bunga itu, dia hanya mengatakan hal tadi dan pergi melewati Syafiq.

"Shaf, bisa bicara bentar aja gak? Please." Ujar Syafiq memohon. Shaffiya nampak bimbang harus bagaimana. Dia melihat kearah Izzam yang menampakkan wajah datarnya tapi dia juga kasihan melihat Syafiq yang memohon seperti itu. akhirnya perempuan itupun menghampiri Izzam yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Pak, bentar aja boleh ya?" Tanya Shaffiya pada atasannya itu. Shaffiya tampak memohon pada Izzam agar diizinkan.

"5 minutes." Ujar Izzam dingin. Shaffiya pun mengangguk setuju dan langsung menghampiri Syafiq lagi.

"Mau ngomong apa? Aku Cuma punya waktu lima menit." Ujar Shaffiya pada lelaki dihadapanya itu. Syafiq meraih tangan Shaffiya dan menampakkan wajah seriusnya.

"Give me a chance Shaf. Aku akan menikahimu tahun ini tapi tolong tunggu aku. Aku janji Shaf." Ujar Syafiq memohon pada Shaffiya. Perempuan itupun berdecih pelan. Semua sudah ia putuskan matang-matang.

"It's too late Mas. Aku sudah menerima pinangan orang lain. Semuanya sudah kujelaskan malam itu dan kamu pun sudah bersikukuh dengan pendirianmu. Semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik ya Mas." Ujar Shaffiya membuat bahu Syafiq merosot seketika. Harapannya pupus hanya dalam hitungan detik.

"Shaf jangan bercanda seperti itu. Tidak mungkin secepat ini kamu menerima pinangan orang lain. Kamu bohong kan Shaf?" Tanya Syafiq seakan tak percaya. Shaffiya menggeleng pelan.

"Aku serius Mas. Aku sudah memberimu kesempatan malam itu tapi kamu tidak menggunakannya. So, don't get me wrong." Ujar Shaffiya pada akhirnya. 

Syafiq merasa frustasi. Dia pun mengacak rambutnya kesal. Syafiq kembali mendekat kearah Shaffiya untuk memohon untuk terakhir kalinya tapi sebuah klakson mengejutkan mereka. Shaffiya melirik kearah mobil yang ada Izzam di dalamnya. Lelaki itu nampak sudah menampakkan wajah marahnya.

"Aku harus pergi sekarang." Ujar Shaffiya lalu meninggalkan lelaki yang sedang menyesali semuanya. 

Dia merasa kesal, marah dan kecewa dengan dirinya sendiri. seharusnya dia bisa bersama dengan Shaffiya tapi sekarang kesempatan itu hangus sudah.

Shaffiya pun masuk ke dalam mobil itu tanpa melihat kearah Syafiq lagi. dia tak ingin merasa kasihan kepada lelaki itu, sebab dia sudah melakukan semua yang seharusnya ia lakukan. Dia pun fokus kepada hidupnya sekarang. dia akan menikah dengan lelaki yang entah siapa itu. Dia harus melupakan semuanya.

Mobil Izzam berhenti di sebuah toko perhiasan. Shaffiya dibuat bingung karena dia pikir Izzam akan mengajaknya untuk meeting atau pertemuan dengan rekan kerjanya, tapi ternyata dugaannya salah. Dan entah apa tujuan lelaki itu mengajaknya ke toko perhiasan itu.

"Bapak mau ngapain kesini?" Tanya Shaffiya penasaran.

"Udah ikut aja." Ujar Izzam singkat, padat dan cukup jelas untuk dipahami oleh Shaffiya. Perempuan itupun hanya menurut dan mengikuti atasannya itu di belakang.

Izzam sedang melihat-lihat koleksi perhiasan disana bersama seorang pramuniaga toko itu sedangkan Shaffiya bingung harus berbuat apa. dia pun hanya ikut melihat-lihat koleksi perhiasan di toko itu. sungguh kali ini dia bisa memanjakan matanya, tapi dia tak pernah sedikitpun tertarik untuk mengoleksi perhiasaan mahal seperti itu.

"Shaf sini!" Panggil Izzam pada Shaffiya. Perempuan itupun berjalan malas kearah Izzam.

"Kamu coba ini deh." Ujar Izzam sembari menyodorkan cincin bermata berlian yang sangat indah itu kepada Shaffiya. Perempuan itupun terkejut dan mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa saya yang coba? Memangnya ini cincin untuk apa?" Tanya Shaffiya takut. Dia tak tahu apa tujuan Izzam sebenarnya.

"Aku ingin melamar seseorang. Aku perhatikan jarinya sama denganmu jadi tolong kamu bantu aku untuk memilihkan dan mencoba cincin ini. Sebenarnya aku kurang tahu selera perempuan itu seperti apa." Jelas Izzam membuat Shaffiya mengangguk paham. 

Entah mengapa ada sedikit rasa tidak terima di hati Shaffiya mendengar bahwa Izzam akan melamar seorang perempuan. Tapi dia mencoba untuk mengenyahkan perasaan tidak jelas itu.

"Cantik. Dia pasti suka deh Pak." Ujar Shaffiya memberikan pendapatnya sembari mencoba menampakkan senyum terbaiknya. Izzam pun tersenyum dan mengangguk mendengarkan pendapat dari Shaffiya.

"Baiklah. Tapi coba lihat-lihat yang lain siapa tahu kamu menemukan cincin lain yang lebih menarik." Ujar Izzam yang dijawab anggukan paham oleh Shaffiya.

"Kalo ini menurutmu bagaimana?" Tanya Izzam lagi sembari menunjukkan cincin yang tampak lebih besar berliannya dan modelnya pun sangat mewah. Tapi Shaffiya sendiri pun tampak kurang suka dengan yang terlalu mewah seperti itu.

"Tergantung pasangan bapak sih, kalau dia memang suka yang mewah pasti cincin yang ini dia suka." Ujar Shaffiya mengutarakan pendapatnya.

"Kalau menurutmu aja deh gimana? Dia tuh orangnya kayak kamu jadi aku yakin dia seleranya sama." Ujar Izzam lagi membuat Shaffiya semakin mengerutkan dahinya bingung. Kenapa juga dia harus memiliki calon yang sama dengan dirinya. Shaffiya merasa kesal dibuatnya tapi dia mencoba untuk menahan semua itu dan berusaha tetap menampakakn senyum terbaiknya.

"Ya kalo pendapat saya pribadi sih kurang suka pak. Terlalu mewah dan mungkin tidak cocok untuk saya. Kalau saya pribadi lebih suka yang pertama tadi karena bentuknya yang sederhana namun terlihat elegan dan indah jika dipakai." Jelas Shaffiya membuat Izzam mengangguk mengerti.

"Oke. Aku beli yang pertama tadi saja." Ujar Izzam pada akhirnya. Shaffiya menghela napasnya pelan. Kenapa juga tidak dari tadi lelak itu memutuskan yang pertama. Dia sudah membuang waktu berharganya dengan sia-sia.

"Thanks ya Shaf sudah membantuku." Ujar Izzam sebelum Shaffiya turun dari mobilnya. Setelah selesai, Izzam langsung mengantarkan Shaffiya pulang ke rumahnya.

"Iya pak sama-sama. Semoga aja calon bapak itu suka ya." Ujar Shaffiya sembari memaksakan senyumnya.

"Saya yakin seratus persen dia suka sih sama pilihan kamu ini." Ujar Izzam dengan raut wajah sumringahnya. Shaffiya pun hanya tersenyum simpul menanggapinya.

"Bapak kenapa gak pergi-pergi?" Tanya Shaffiya kepada atasannya itu yang tak kunjung menggerakkan mobilnya untuk beranjak pergi dari rumah Shaffiya.

"Aku pikir kamu ingin menawariku untuk masuk dulu ke dalam." Ujar Izzam dengan kepercayaan dirinya yang tinggi. Shaffiya tak habis pikir dengan atasannya itu yang selalu saja over confident.

"Sayangnya saya tidak ada niat sedikitpun untuk itu pak, jadi silahkan pulang saja." Ujar Shaffiya dengan halusnya. Izzam pun tertawa kecil lalu mengangguk mendengarkan penuturan Shaffiya tadi. memang perempuan itu selalu saja to the point.

"Baiklah saya pergi dulu. Assalamualaikum" Pamit Izzam pada Shaffiya. Perempuan itupun menjawab salam dari Izzam kemudian masuk ke dalam rumahnya setelah memastikan Izzam benar-benar sudah pergi dari sana.

***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang