"Dasar brengsek! Pengecut Lo!" Teriak Syafiq sembari menghadiahi Izzam dengan bogeman yang beruntun. Izzam yang belum siap dengan pukulan itupun sampai jatuh tersungkur.
"Apa-apaa sih Lo! Lo ada masalah apa sama gue?" Tanya Izzam dengan kebingungan. dia juga emosi dipukul tanpa sebab seperti itu.
"Suami macam apa Lo yang ninggalin istrinya cuma karena masa lalu sialan itu? Lo berasa udah jadi makhluk paling sempurna dan paling suci sampai gak bisa menerima masa lalu itu? Semua orang punya masa kelamnya masing-masing Zam. Lo gak tahu betapa susahnya dia ngelupain itu semua. Lo lelaki paling jahat yang pernah gue kenal Zam. gak punya hati." Ujar Syafiq dengan penuh emosi.
"Kenapa gue yang salah disini? Dia yang gak cerita apapun sama gue. Dia bahkan gak berani jujur sama Gue. Siapa yang akan terima kalau seperti itu Fiq. Gak usah munafik deh, kalau di posisi gue Lo pasti akan merasakan hal yang sama juga." Ujar Izzam dengan penuh percaya dirinya.
"Kalau gue yang diposisi Lo, gue gak akan egois seperti itu. Gue akan tetap berada di sisinya apapun keadaannya. Yang dia butuhkan itu adalah rasa nyaman. Lo udah ngelakuin itu belum? Lo pikir menceritakan tentang masa lalu dia yang kelam itu semudah membalikkan telapak tangan? enggak Zam. Dia masih punya trauma dan banyak ketakutan dalam hidupnya. Dia juga takut kalau Lo akan ninggalin dia." Syafiq berusaha keras untuk menyadarkan temannya itu agar tidak bertindak egois lagi.
"Gini aja deh Zam, Kalau lo mau tetap seperti ini terus, Gue bakalan rebut Shaffiya dari Lo. I'll treat her better. Seburuk apapun masa lalunya dia sudah berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi. Dia juga sudah buktikan itu. Walaupun dia melakukan hal-hal buruk di masa lalunya tapi jangan pernah melihat dia seperti sampah. Hargai dia Zam, Dia tetaplah manusia yang masih banyak salahnya. Begitupun dengan kita." Ujar Syafiq lagi sebelum dia beranjak pergi meninggalkan Izzam sendirian.
Izzam nampaknya sedang merenungkan semua ucapan yang dilontarkan oleh Syafiq padanya. Izzam merasa menyesal sekarang karena meninggalkan Shaffiya begitu saja. bahkan sudah tiga hari berlalu dan mereka tak bertemu sama sekali.
Setelah memantapkan hatinya, akhirnya Izzam bergegas menuju rumah mertuanya. Dia yakin Shaffiya ada disana.
"Loh Zam, kok sendirian? Shaffiya gak ikut?" Tanya bu Sarah membuat Izzam terperanjat. Dia tak menduga kalau Shaffiya malah tidak ada disana.
"Zam, kok diam saja? Shaffiya kemarin sudah bilang sama ibu kalau mau pindah ke rumah baru sama kamu. dia juga udah membawa pakaiannya. Kamu gak usah sungkan gitu. Kata Shaffiya kamu mau izin juga tapi belum sempat karena sibuk. Ibu mengerti kok nak." jelas bu Sarah yang hanya dijawab anggukan mengerti oleh Izzam.
dia saja tak tahu menahu mengenai hal itu. Shaffiya begitu rapi melindungi suaminya agar tidak mendapat image buruk dari sang mertua. hal itupun membuat Izzam semakin merasa bersalah.
"Oh iya bu, saya baru sempat kesini. Maaf ya bu kemarin belum sempat berpamitan. Saya juga sekalian mau mengambil barang yang tertinggal disini." Alibi Izzam mencoba senatural mungkin. Setelah mendapat yang ia mau, Izzam pun langsung bergegas pergi.
Izzam mencoba berpikir lagi kemana Shaffiya pergi. Kemungkinannya ada dua, yaitu rumah Kakaknya atau saudara kembarnya. namun firasat Izzam mengatakan bahwa Shaffiya menginap di rumah saudara kembarnya. Tanpa pikir panjang lagi, dia pun melajukan mobilnya menuju rumah Maisha.
"Assalamualaikum." Salam Izzam sembari mengetuk pintu rumah Rumaisha. tak lama pintu rumah pun dibuka. disana nampak Aldwin yang membuka pintunya. baru saja Izzam ingin menyampaikan niat kedatangannya kesana, tapi pukulan kembali ia dapatkan.
"Ngapain Lo kesini Hah? Berani ya lo kesini. Mau gue jadiin perkedel lo." Ujar Aldwin penuh amarah.
"Maaf Win. Saya tahu saya salah." Ujar Izzam dengan nada penuh penyesalan. Aldwin pun berdecih pelan mendengarnya.
"Tiga hari Lo baru merasa bersalah? Kemana aja lo kemarin hah? pengecut banget sih jadi laki." Hardik Aldwin dengan nada sinisnya.
Aldwin sudah siap untuk mendaratkan pukulan lagi di wajah Izzam namun seseorang datang untuk melerainya.
"Jangan lakukan lagi Aldwin. Sudah cukup!" Ujar Shaffiya yang baru saja datang dari dalam.
"Dia pantas mendapatkannya." desis Aldwin tak terima. Walaupun Aldwin Sering menjahili Shaffiya namun dia juga tak tega jika melihat perempuan itu disakiti. mereka keluarga jadi wajar dia ingin melindungi adik iparnya itu.
"Kalian masuk dulu. Kita bicarakan di dalam." Ujar Rumaisha yang dijawab anggukan mengerti oleh semuanya.
Maisha membiarkan Shaffiya dan Izzam berbicara berdua di ruang tamu dan menyelesaikan masalah mereka saendiri. Shaffiya nampak memasang wajah dinginnya. tak banyak kata yang keluar dari mulutnya. dia pun juga tak berani menatap wajah suaminya sedikitpun. Dia senantiasa menunduk sedari tadi.
"Aku ingin meminta maaf padamu Shaf. Seharusnya aku tak bersikap seperti itu. Maaf telah membuatmu terluka." ucap Izzam tulus.
"Seharusnya aku yang minta maaf. Aku yang salah karena tak memberitahumu sejak awal. Aku telah membohongimu dengan tidak memberitahu masa laluku padamu. Aku mengerti Mas. sekarang apapun keputusanmu akan aku terima. Aku sudah siap jika kamu ingin berpisah denganku. Aku memang tidak pantas dimiliki oleh siapapun. Aku yang sudah rusak ini memang tak seharusnya bermimpi untuk menjadi istri seseorang sepertimu." Ujar Shaffiya dengan suara serak karena menahan tangis.
"Jangan berbicara seperti itu Shaf. Aku tak pernah menganggapmu seperti itu. Dan tak akan ada kata perpisahan lagi. Aku tulus mencintaimu Shaf. hanya kamu yang bisa membuat hidupku yang awalnya hanya ada hitam dan putih kini menjadi lebih berwarna. Cuma kamu yang bisa membuatku menuruti semua perintahmu. Kamu itu berharga untukku Shaf. jadi jangan pernah meminta untuk berpisah." Ujar Izzam dengan penuh keseriusan.
Air mata Shaffiya jatuh begitu saja. Dia menggeleng kuat mendengar ucapan Izzam tadi. Shaffiya tahu kenyataan ini memang pahit, tapi dia harus menerimanya.
"Walaupun kamu menerimaku, tapi orangtuamu pasti tak akan setuju. Mereka akan malu memiliki menantu sepertiku. Aku akan menceritakan semuanya pada mereka dan meminta maaf karena tidak memberitahu itu sejak awal. Aku sudah siap menerima segala resikonya." ujar Shaffiya lagi.
"Aku tak akan pernah membiarkan itu terjadi Shaf. Kita hadapi semua bersama. Aku salah karena membiarkanmu menghadapi semuanya sendirian. tapi sekarang aku akan selalu ada bersamamu Shaf. Kamu mau memaafkan aku kan? Kita akan mulai dari awal lagi Shaf. Kamu bersedia?" Tanya Izzam sembari menggenggam lembut tangan Shaffiya. dia mengusap air mata yang berjatuhan dari mata indah istrinya.
"Kamu serius?" Tanya Shaffiya mencoba mengkonfirmasi ucapan Izzam tadi.
Lelaki itu mengangguk tanpa keraguan dan tersenyum lembut kearah istrinya. Shaffiya tersenyum lega melihatnya. Dia pun menghambur ke pelukan suaminya. Shaffiya merasa lega sekarang, seakan bongkahan besar di hatinya sudah hilang entah kemana.
***
Huwaaa....Siapa nih yang ikutan lega mereka gak jadi pisahan???
Detik-detik Ending nih Gaiss..semoga kalian suka ceritanya dari awal sampe akhir yaa.
Thankyou so much yang udah baca cerita sejauh ini...
Love U all :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
عاطفيةMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...