Forgive Him

81 21 0
                                    

Makan malam pun dimulai. Mereka begitu menikmati makan malamnya. Memang kemampuan masak ketiga orang itu tak perlu diragukan lagi. jika mereka bertiga membuat restoran pasti akan sangat laku.

Para lelaki membicarakan masalah bisnis sedangkan yang perempuan repot menyuapi anak-anak mereka dan Shaffiya hanya diam seribu bahasa. Moodnya sudah hilang bersama kedatangan lelaki yang tidak diinginkan di hidupnya itu.

"Shaf, kenapa diam saja? kamu ada masalah?" Tanya Rumaisha pada saudara kembarnya itu. Shaffiya pun menggeleng pelan.

"Lagi sariawan kali Yang dia. udah biarin aja, kuping kita jadi aman kan gak denger ocehan dia." Ujar Aldwin asal yang mendapat tatapan tajam dari Shaffiya. Dia sepertinya sudah kebal sehari-hari dikatai oleh Aldwin. Dia sudah tak akan peduli lagi dengan apa yang Aldwin lakukan padanya.

"Eumm.. maaf sebelumnya. Sebenarnya kedatangan saya kesini untuk berbicara sesuatu kepada Shaffiya. Boleh saya minta waktunya untuk meminjam Shaffiya sebentar?"Tanya Izzam kepada semua keluarganya disana. Shaffiya yang mendengarnya pun langsung melongo tak percaya.

"Silahkan nak. Shaf, kamu bicara dulu sama nak Izzam ya selepas makan nanti." Ujar Pak Hans pada putrinya. Mau tak mau perempuan itupun mengangguk pelan.

"Jangankan dipinjam, kamu milikin juga boleh Mas." Ujar Aldwin dengan suara yang dibuat-buat seperti perempuan. 

Shaffiya sudah geram dengan tingkah Aldwin yang kelewatan itu. dia pun menghadiahi cubitan mautnya pada Aldwin. Lelaki itu mengaduh kesakitan sedangkan dia sudah tak peduli lagi.

Usai Makan malam itu, Shaffiya mengajak Izzam untuk berbicara di teras depan. Ia sengaja menjauh dari keluarganya agar mereka tidak mendengarnya. Dia pasti akan dibully habis-habisan oleh Aldwin jika mengetahui masalahnya.

"Ada perlu apa bapak sama saya?" Tanya Shaffiya dengan nada dingin nan datarnya. Dia sudah tak ada niatan lagi untuk beramah tamah dengan lelaki itu.

Entah mimpi apa dia semalam sampai didatangi oleh lelaki itu. padahal dia sengaja tidak masuk untuk menentramkan pikirannya yang sedang kacau. Namun ternyata secara tak terduga dia malah muncul di hadapannya.

Dia jadi teringat omongan Clara mengenai bosnya itu. dia berkali-kali menanyakan keberadaan Shaffiya pada karyawan di kantor. dia juga nampak gelisah. Shaffiya tak berekspektasi lelaki berhati dingin itu bisa merasa bersalah juga.

"Saya ingin meminta maaf sama kamu." Ujarnya terdengar tulus. Shaffiya terkejut mendengar kata maaf yang keluar dari mulut bosnya itu. dia tidak berekspektasi bahwa dia bisa sampai sejauh ini.

"Saya maafkan." Ujar Shaffiya lagi dengan cepat. Dia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan lelaki itu.

"Saya juga berharap kamu mau bekerja lagi di perusahaan saya. kemampuanmu tidak perlu diragukan lagi. perusahaan akan kesulitan jika kamu tidak bekerja lagi disana. Saya tidak akan mengerjaimu lagi asalkan kamu mau kembali kesana." Ujar lelaki itu kemudian. Shaffiya nampak menahan tawanya.

Dia berpikir bahwa itu semua pasti rencana pak Himawan untuk tidak memberitahu putranya bahwa dia sudah bersedia kembali. Tapi melihat lelaki itu memohon padanya sungguh memuaskan hatinya.

"Saya akan pikirkan lagi." Ujar Shaffiya singkat lalu beranjak untuk pergi dari sana. Namun lelaki itu menghentikan langkah Shaffiya.

"Tunggu. Aku akan lakukan apapun agar kamu bisa kembali." Ujar lelaki itu lagi membuat Shaffiya tersenyum puas.

"Apapun itu?" Tanya Shaffiya lagi sembari menoleh kearah lelaki itu. Izzam mengangguk yakin.

"Baiklah. Saya terima tawaran bapak." Ujar Shaffiya sembari tersenyum puas. Dia sudah memikirkan semua hal yang akan dia ajukan pada Izzam untuk dipenuhi. Lelaki itu sudah berada di bawah kendalinya sekarang.

"Jadi urusan kita sudah selesai. Bapak bisa pulang sekarang." Ujar Shaffiya memang berniat mengusir lelaki itu. Izzam sebenarnya tak terima dan merasa harga dirinya diinjak-injak oleh perempuan itu. Namun demi perusahaan dan juga Ayahnya dia rela melakukan semuanya.

Izzam pun akhirnya kembali ke dalam untuk berpamitan kepada semuanya. Mas Hanan ikut mengantarkan temannya itu sampai ke halaman depan.

"Makasih ya Mas udah ajakin makan malam disini. Maaf malah mengganggu acara keluarganya." Ujar Izzam merasa bersalah. Mas Hanan menepuk pundak Izzam pelan layaknya seorang kakak kepada adiknya.

"Tidak papa kamu tak perlu sungkan begitu. Lain kali aku akan undang kalau makan malam lagi." Ujar Mas Hanan yang dijawab anggukan pelan oleh Izzam.

"Aku pulang dulu ya Mas, Assalamualaikum." Ujar Izzam yang dijawab salam pula oleh Mas Hanan. Lelaki itu mengamati Izzam sampai mobilny keluar dari halaman depan rumahnya. 

                                                                                               ***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang