Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya Izzam sudah diperbolehkan untuk pulang. Dia sudah bosan sekali di rumah sakit dan tak melakukan hal apapun. Dia ingin segera bekerja dan melakukan banyak hal setelah keluar dari rumah sakit.
"Zam, kamu tuh baru sembuh udah mau masuk kantor aja. Kalau nanti kambuh lagi gimana sakitnya?"Tanya Bu Reya khawatir terhadap putranya. Baru semalam mereka pulang dari rumah sakit dan pagi harinya Izzam sudah berpakaian kantor rapi. Sungguh lelaki itu memang tidak bisa diam sejenak saja di rumah.
"Aku sudah bosan Bun gak ngapa-ngapain sejak kemarin. Aku sudah baik-baik aja kok. Bunda gak usah khawatir ya." Ujar Izzam meyakinkan sang bunda. Bu Reya pun mau tak mau menyetujuinya. mau bagaimana lagi, dilarang pun juga sudah tak bisa. Beliau sangat hapal dengan putranya yang jika ada keinginan pasti dia akan lakukan walaupun sudah dilarang sekalipun.
"Ya sudah sarapan dulu ya lalu minum obatnya. Kamu juga harus bawa obatnya ke kantor dan pastikan untuk meminumnya tepat waktu. Kamu mengerti Zam?" Ujar bu Reya begitu protektifnya dengan sang putra. Izzam pun mengangguk mengerti lalu duduk di meja makan dan menyantap sarapan yang telah dibuatkan oleh bundanya itu.
Usai sarapan Izzam langsung berangkat menuju kantornya diantar oleh sopir karena lengannya masih sakit dan belum memungkinkan untuk menyetir sendiri. lagipula bundanya pasti tak akan mengizinkan Izzam berangkat seorang diri ke kantornya.
"Welcome Home pak Izzam!" teriak semua orang serentak sembari menaburkan kertas warna-warni dan ada juga yang meniup terompet. Izzam yang baru saja sampai di ruangannya pun terkejut dengan sambutan seperti ini dari karyawan-karyawannya itu
"Bapak marah sama kita? Atau tidak suka dengan kejutan ini? Maaf pak itu ide saya, jadi jika bapak marah, marahi saya saja pak." Ujar Shaffiya memberanikan diri setelah melihat ekspresi datar milik Izzam. Lelaki itu tak bereaksi apapun sejak tadi, hal itupun membuat mereka ketar-ketik karena takut dimarahi.
"Tidak,,saya tidak marah. Saya hanya bingung karena ini pertama kalinya saya mendapatkan kejutan seperti ini." Ujar Izzam mencoba menjelaskan. Dia tak ingin semuanya salah paham. Mereka pun bisa bernapas lega sekarang karena Izzam ternyata tidak marah karena kejutan yang mereka buat.
"Serius pak ini pertama kalinya?" Tanya Clara penasaran. Izzam pun menjawabnya dengan anggukan kepala pelan.
"Ya, semua orang di kantor sebelumnya takut pada saya. Itu memang salah saya karena tidak pernah bersikap ramah pada mereka. Saya hidup seperti robot yang melakukan segalanya sesuai pada jalur yang telah ada. Saya tidak bercengkrama dengan yang lainnya bahkan saya menutup diri dari orang lain. Itulah yang menyebabkan saya tidak pernah mendapatkan hal-hal seperti ini sebelumnya." Jelas Izzam membuat semuanya ikut merasa terharu mendengar cerita dari atasannya itu. Ternyata dibalik sikap dingin Izzam ada kisah pilu juga di dalamnya.
"Terimakasih ya semuanya. Jujur saya tidak tahu harus berbuat apa jika mendapatkan kejutan seperti ini. Harap kalian maklum ya." Ujar Izzam dengan ramahnya. Mereka pun mengangguk paham sembari mengulas senyum kepada atasannya itu.
"Pak, bagaimana kalau sepulang kerja nanti kita makan bersama. Anggap saja sebagai rasa syukur karena pak Izzam sudah kembali bekerja lagi." Usul Clara yang dijawab anggukan setuju oleh semuanya. Tapi Izzam masih diam, mereka pun menunggu dengan harap-harap cemas.
"Boleh. Saya yang traktir." Ujar Izzam membuat semuanya berteriak gembira. Mereka seperti mendapatkan undian berjuta-juta rupiah rasanya.
"Pak Izzam emang the best." Ujar Sisy sembari memberikan finger heart kepada atasannya itu. Izzam hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum simpul. Ternyata membahagiakan orang lain cukup sederhana. Tak perlu hal-hal mewah tetapi cukup dengan kebersamaan.
"Ok, kembali bekerja dan jangan lupa bersihkan semuanya. Saya tetap atasan kalian yang akan marah jika melihat tempat kerja kotor seperti ini." Ujar Izzam mengingatkan para karyawannya itu.
"SIAP BOS!" Ucap mereka serentak. Izzam pun mengangguk lalu beranjak menuju ruangannya. Sedangkan Shaffiya dan yang lainnya langsung bersiap untuk membersihkan ruangan yang penuh dengan kertas warna-warni itu. tapi tak apa, mereka melakukan semuanya dengan suka cita.
"Gak nyangka banget sih pak Izzam bisa baik banget gini. Ahh.. sekarang idola gue deh tuh." Ucap Clara dengan nada hebohnya. Dia seperti menemukan sosok panutan baru dalam hidupnya.
"Iya ih,, gak sabar deh makan-makan gratisan. Yuhuu!" Ujar Sisy tak kalah senangnya. Shaffiya pun ikut senang dengan hal ini. ternyata lelaki itu bisa berubah juga tanpa ada syarat ataupun aturan yang mengikatnya. Dia melakukan semuanya dengan kesadarannya sendiri.
"Bapak sedang apa kok kayaknya bingung gitu? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Shaffiya ketika dia melihat atasannya itu seperti kebingungan dibalik layar komputernya. dia awalnya berniat untuk menyerahkan laporan. tapi sepertinya bos nya itu sedang sibuk dengan dunianya sendiri.
"Eumm..Saya bingung mencari restoran mana yang bagus untuk makan bersama nanti. Saya tidak tahu selera kalian dan takutnya kalian tidak nyaman dengan tempat yang akan saya pilih." Ujar Izzam jujur. Shaffiya pun mendekat kearah Izzam dan ikut melihat referensi yang lelaki itu cari.
Shaffiya terkejut ketika melihat nama-nama hotel mewah dan berbintang lah yang dicari oleh lelaki itu. Dia hampir tertawa dibuatnya. Untung saja lelaki itu belum melakukan reservasi. Entah akan habis berapa nantinya, walaupun dia yakin lelaki itu pasti sanggup membayarnya. Namun jika untuk sekedar makan malam bersama, bisa mencari tempat yang lebih ramah di kantong dan tentunya bisa untuk beramai-ramai.
"Pak bagaimana kita ke tempat langganan kami makan saja. disana ada tempat Grilled gitu yang bisa buat ramai-ramai." Usul Shaffiya kepada atasannya itu. Izzam nampak berpikir sejenak. Dia tidak pernah tahu tempat-tempat seperti itu.
"Baiklah. Kamu urus saja ya tempatnya dimana. Huh, kenapa tidak dari tadi kamu bilang. Saya sudah menghabiskan waktu saya dengan sia-sia." Ujar Izzam sembari menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya. Sepertinya lelaki itu benar-benar putus asa mencari tempat makan saja.
"Bapak juga gak bilang sih. Lagian bisa kesenengan mereka kalau bapak ajak makannya di restoran bintang lima." Ujar Shaffiya dengan nada bercanda.
"Gak masalah sih buat saya, yang penting kalian suka dan nyaman." Ujar Izzam dengan nada seriusnya.
"Tapi kita yang gak tega pak. Lambungnya udah biasa sama makanan yang murah-murah. Nanti bisa kaget kalo keisi makanan mahal." Ujar Shaffiya lagi membuat Izzam tertawa pelan.
"Kamu ini ngaco aja. Udah sana balik kerja." Usir Izzam kepada perempuan itu. Shaffiya pun mengangguk lalu pergi dari ruangan atasannya itu.
***
Enjoy reading guys..
semoga kalian suka dengan ceritanya...
lumayan nih buat nemenin puasa kalian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
RomansaMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...