Wedding

91 16 0
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Segala keperluan pernikahan yang terbilang cepat ini sudah diselesaikan oleh Hanan. Lelaki itu yang mengurus semua kebutuhan pernikahan adiknya itu bersama Maisha dan juga Aldwin. Mereka sungguh telah berusaha keras untuk mewujudkan pernikahan impian dari Shaffiya.

Perempuan itu sekarang sedang duduk dengan gugup di ruang rias. Sedari tadi tangannya dingin dan dadanya berdegup kencang. Entah kenapa dia bisa senervous ini. padahal hari-hari sebelum pernikahan saja dia merasa baik-baik saja.

"Shaf, jangan grogi gitu dong. Kamu sampai pucet gitu." Tegur Maisha yang selalu menemani saudara kembarnya itu.

"Aku takut Mai. Duh kenapa ya tiba-tiba grogi gini." Ujar Shaffiya jujur kepada Maisha. Saudara kembarnya itupun menggenggam tangan Shaffiya dan mengusapnya pelan.

"Bismillah Shaf semuanya pasti akan baik-baik saja. InsyaAllah dia lelaki yang bertanggungjawab dan akan membimbingmu ke Surga-Nya. Mas Hanan tak akan memilihkan lelaki yang salah untukmu." Ujar Rumaisha menenangkan kembarannya itu. 

Shaffiya pun mengangguk pelan mendengar nasihat dari Maisha. Dia bisa lebih tenang sekarang. setidaknya semuanya tidak akan seburuk yang dia pikirkan.

Sampai saat ini pun Shaffiya belum tahu nama calon suaminya itu. Dia benar-benar tidak ingin mengetahuinya sampai hari ini tiba. Ketika semuanya sibuk dengan undangan, dekor dan segala pernak pernik pernikahan, Shaffiya masih tetap bekerja seperti biasanya. Dia tak ikut mengurusi semuanya karena dari awal memang dia sudah memasrahakan urusan ini kepada Mas Hanan dan Maisha.

Pernikahan itu dilaksanakan secara sederhana saja. hanya keluarga inti dan kerabat dekat saja yang datang. Pernikahan juga hanya dilaksanakan sehari dan digabung dengan resepsi. Pagi ini akad dilaksanakan pukul delapan tepat dan dilanjutkan acara resepsi.

"Shaf, sebentar lagi akad." Ujar Mbak Haura memberitahu. Shaffiya pun mengangguk mengerti lalu bersiap-siap untuk beranjak ke ruang tunggu.

Jantungnya berdebar tak karuan. Dia seperti itu karena merasa tak siap untuk mendengarkan akad itu terucap. Sebenarnya dia penasaran dengan lelaki yang akan menjadi suaminya itu. dia sudah tak sabar ingin mendengarkan suaranya mengucap akad.

Tak lama suara penghulu pun terdengar. Sebelum akad dilaksanakan memang diawali dengan nasihat-nasihat pernikahan terlebih dahulu baru setelah itu akad dilaksanakan. Shaffiya memejamkan matanya sembari mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan suara lelaki itu.

"Saudara Izzam Alatas. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Shaffiya Malika Athaya dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai." Terdengar suara Pak Hans mengucapkan ijab dengan suara yang serak menahan haru.

Seketika Shaffiya membuka matanya lebar mendengar nama yang diucapkan oleh Ayahnya tersebut. Dia menoleh kearah Maisha dan juga Mbak Haura bergantian seakan mencari jawabnya. dia seakan tak percaya jika lelaki itulah yang akan menjadi suaminya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Shaffiya Malika Athaya dengan mas kawin tersebut tunai." Izzam mengucapkan qabul itu dengan suara lantang dan satu tarikan napas saja. setelah itu terdengar ucapan Sah oleh para saksi. Dan sejak saat itulah Shaffiya sah menjadi istri dari Izzam.

Perempuan itu masih tertegun di tempatnya. Dia seakan tak percaya dan masih mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa yang didengarnya itu salah. Tapi Maisha dan Mbak Haura hanya tersenyum simpul kepada Shaffiya.

"Kamu ingat Shaf, ini sudah keputusanmu sendiri. Dia sudah menjadi suami sah mu sekarang. Bagaimanapun nanti kalian menjalani rumah tangga kamu harus patuh dengannya. Sekarang ridho kamu ada di tangannya." Ujar Maisha menasihati.

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang