"Maksud kamu gimana Win?" Tanya Izzam penasaran. Tapi Aldwin hanya menggeleng sembari tersenyum kecil.
"besok kamu juga tau. Banyak-banyak berdoa aja ya." Ujar Aldwin lagi semakin tidak jelas.
"Maaf..maaf. Suami saya emang suka gak jelas." Ujar Rumaisha kepada semuanya. Mereka pun tertawa sedangkan Aldwin cemberut sembari menatap manja kearah istrinya.
"Eh iya Zam, Masih single atau udah punya bini?" tanya Aldwin begitu to the point. Maisha langsung menyikut suaminya yang kalau ngomong selalu blak-balakan itu.
"Mas, kamu nih gak sopan loh tanya-tanya begitu." Ujar Maisha merasa tidak enak hati. namun ternyata Izzam tidak menanggapinya serius.
"Gak papa kok mbak. Pertanyaan yang masih dalam tahap wajar untuk ditanyakan." Ujar Izzam dengan senyum simpulnya. Dia juga menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tersinggung dengan pertanyaan Aldwin.
"Saya kebetulan masih sendiri. Ingin menikah namun belum ada yang pas untuk diajak serius." Ujar Izzam dengan pembawaan yang begitu tenang.
Izzam alatas ini memang lelaki yang tampan, bijaksana, pembawaannya tenang dan setiap kata-kata yang ia ucapkan pasti lugas. Dia tak seperti apa yang Shaffiya katakan tadi. dia tak menjengkelkan sama sekali. Dia juga lelaki yang sholeh, dia tak akan pernah menatap yang bukan muhrimnya.
"Oh masih sendiri. Disini juga ada sih yang masih sendiri tapi jangan deh. Nyebelin orangnya. Diajak seriusnya susah, dia kalau makan juga banyak pokoknya bisa-bisa bangkrut kamu kalau sama orang ini." Ujar Aldwin sedikit berteriak karena dia sengaja ingin Shaffiya mendengarnya.
Perempuan itupun mendengar apa yang dikatakan Aldwin namun dia mencoba untuk tetap sabar. Dia sebenarnya bisa saja kesana dan menutup mulut iparnya itu dengan balado telur yang super pedaas ini. namun dia terlalu malu untuk kesana dan menunjukkan wajahnya lagi pada Izzam.
"Udah dong Yang, kamu tuh sengaja yah mau mempermalukan Shaffiya." Tegur Maisha pada suaminya yang dianggap sudah keterlaluan itu.
"Iya deh maap. Becanda doang Yang." Ujar Aldwin dengan nada manjanya. Shaffiya yang melihat hal itupun geli melihatnya.
"Biya, Khalif. Mami Fiya sedih nih. Papa Aldwin nakal. Kalian sayang kan sama Mami? Bantuin Mami boleh kan?" tanya Shaffiya kepada kedua anak yang sudah selesai makan itu. Keduanya pun mengangguk kuat.
"Kami bantu apa Mami?" Tanya Biya dengan polosnya. Shaffiya pun menyuruh kedua keponakannya itu untuk menunggu sebentar. Dia pun mengambil sesuatu di tasnya. Untung saja dia tadi di jalan membeli minuman kaleng itu. dia mengocok minuman itu sebentar lalu menyerahkannya pada Biya.
"Emm.. Bira Mami bisikin sini." Ujar Shaffiya sembari membisikkan sesuatu pada Bira. Gadis kecil itupun mengangguk setuju.
Bira pun berjalan kearah Papanya dan menjalankan apa yang Shaffiya perintahkan.
"Loh nak, kamu dapat darimana?" tanya Aldwin penasaran. Kenapa juga putrinya itu sudah memegang minuman bersoda.
"Di meja itu Pa. Bira gak boleh minum ya Pa?" Tanya Bira pada Papanya itu. Lelaki itu pun menggeleng pelan.
"Bira sayang, ini minuman untuk orang dewasa. Kamu gak boleh minum ini. Buat Papa aja Yah." Ujar Aldwin lalu dijawab anggukan oleh Bira. Gadis kecil itupun kembali ke tempat semula.
Aldwin pun dengan santainya membuka kaleng minuman bersoda itu. Dan dalam hitungan detik wajahnya beserta baju miliknya basah karena soda itu menyembur keluar begitu saja. Aldwin tak bisa berkata-kata lagi, semua orang pun terkejut melihatnya. tapi tidak untuk Shaffiya. Dia tertawa kencang disaat semuanya hening. Aldwin pun jadi tahu siapa pelakunya.
"Shaffiya!" Teriaknya geram sedangkan Shaffiya hanya tersenyum penuh kemenangan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
Roman d'amourMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...