Another Guy

62 18 2
                                    

"Shaf, What happen?" tanya seorang lelaki berseragam polisi yang mengendarai motor sport dan mengenakan helm fullface. Shaffiya tidak mengenali siapa yang berbicara dengannya. sampai lelaki itu membuka helmnya dia baru mengenali.

"Eh Kamu, Iya nih ban nya bocor." Ujar Shaffiya ramah padahal dai saja lupa dengan nama lelaki itu. tapi dia malu jika ketahuan tidak mengingat nama lelaki itu.

Lelaki itupun turun dan mencoba mengecek ban Shaffiya. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya entah untuk apa. Shaffiya mengamati seragam itu, dia menemukan jawaban atas kebimbangannya tadi. disana tertulis namanya, ya Syafiq. Syafiq Maulana. Untung saja di seragamnya tertulis nama lelaki itu, kalau tidak bisa malu Shaffiya kalau ditanyai lagi.

"Ayo aku antar ke kantor. Aku sudah panggil orang bengkel kesini. Tenang dia teman-temanku juga. Lima menit lagi mereka sampai." Ujar Syafiq pada Shaffiya. Perempuan itupun mengangguk mengerti lalu tanpa berpikir lama ia pun setuju untuk ikut Syafiq.

Untung saja lelaki itu memakai motor jadi bisa cepat sampai di kantor. Shaffiya juga tak jadi terlambat masuk kerja kalau seperti ini. Tempat mobilnya mogok juga tak jauh dari kantornya.

"Terimakasih ya Mas Syafiq. Maaf malah merepotkan pagi-pagi begini." Ujar Shaffiya dengan tulus. entah apa jadinya dia jika tak ada lelaki itu yang datang untuk membantunya.

"Ya, mungkin memang kita selalu ditakdirkan untuk bertemu ya." Ujar lelaki itu bercanda. Shaffiya pun tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu nih bisa aja. Yasudah aku masuk dulu." Ujar Shaffiya berpamitan pada lelaki itu.

"Eits tunggu." Ujar Syafiq menghentikan langkah perempuan itu. Shaffiya pun berhenti sejenak lalu menoleh kearah lelaki yang telah menolongnya itu.

"Your promise." Ujar lelaki itu membuat Shaffiya mengerutkan dahinya bingung. Ia lupa tentang janji yang pernah ia ucapkan pada Syafiq.

"Hah? Janji apa?" Tanya Shaffiya pada lelaki itu. dia benar-benar tidak ingat sama sekali.

"Jalan bareng. Bukannya kalau kita ketemu lagi kita akan jalan bareng." Ujar lelaki itu mengingatkan. Ya, Shaffiya jadi ingat dengan hal itu.

"Oke. Nanti sore. Udah ya aku masuk dulu udah telat." Ujar Shaffiya terburu-buru. Perempuan itupun bergegas masuk ke dalam kantornya. Sedangkan Syafiq sudah berjingkat kegirangan karena akan jalan dengan Shaffiya nanti sore.

Shaffiya langsung melakukan fingerprint. Untung saja dia masih punya waktu lima menit tersisa. Napasnya sudah tersengal-sengal karena ia berlarian menaiki tangga karena liftnya penuh.

"Lah napa dah ngos-ngosan gitu." Ujar Clara melihat kedatangan Shaffiya yang begitu berantakan.

Clara pun mengambilkan minuman untuk Shaffiya agar dia lebih tenang. Masih pagi tapi keringat sudah bercucuran di kening Shaffiya. Rambutnya pun berantakan karena lari-larian tadi.

"Ini apa dah?" Tanya Shaffiya yang baru menyadari ada sebuah kotak berpita di Meja kerjanya.

"Gak tau, tadi pagi sejak aku berangkat dia sudah ada disitu. Dari secret admirer kali." Ujar Clara sembari tersenyum menggodanya.

Shaffiya pun membuka kotak itu perlahan karena penasaran dengan isinya. Ketika dibuka keduanya pun terkejut dengan isinya. Sebuah tumbuhan sukulem, semacam kaktus hias mini. Kemudian ada sepucuk surat yang menempel disana.

'I can't fix your broken heart, but let me treat your wound.'

Shaffiya dan Clara sontak langsung adu tatap. Sepertinya mereka sedang memikirkan satu nama yang sama. Sebab di kertas itu tak ada tulisan pengirimnya.

"Shaf, ketawa dosa gak sih?" Tanya Clara berbisik pada sahabatnya itu. Namun belum sempat dijawab oleh Shaffiya, perempuan itu sudah tertawa duluan.

"Seriously, dia sampai segitunya Shaf. Yaampun pak bos , duh gak kuat banget deh gue mau ngakak." Ujar Clara tak henti-hentinya tertawa. 

Shaffiya hanya menggelengkan kepalanya heran. Lagipula lelaki dingin itu tiba-tiba berubah menjadi puitis seperti itu demi mendapatkan simpati dari Shaffiya. Tapi perempuan itu sama sekali tak tersentuh hatinya.

"Dahlah, ambil aja nih kaktus. Durinya tajem kek omongan dia." Ujar Shaffiya sembari mendorong tanaman itu menjauh dari mejanya. Bagaimanapun juga dia tak akan tergiur oleh apapun.

"Duh, sini sini gue simpenin. Siapa tahu suatu saat nanti lo berubah pikiran dan ingin merawat bunga yang tajem tapi menawan ini." Ujar Clara sembari mengambil bunga sukulem itu dari meja Shaffiya. Perempuan itu pun berdecih pelan. Dia tak akan mengambilnya lagi. dia langsung membuang sampah-sampah itu menjauh dan mengelap mejanya sampai bersih berkilau.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa seseorang kepada mereka. Merekapun langsung menoleh kearah sumber suara.

"Pagi pak Himawan." Ujar mereka senang karena atasan mereka sudah kembali. Apalagi Shaffiya. Dia paling senang dengan kehadiran Pak Himawan disana. dia tak perlu lagi bingung berhadapan dengan lelaki menyebalkan itu.

"Akhirnya saya bisa bertemu dengan kalian di ruangan ini lagi. Sebulan penuh saya hanya mengawasi kalian lewat laporan-laporan yang ada namun sekarang saya bisa mengawasi langsung kalian lagi." Ujar Pak Himawan memberikan sambutannya. Mereka tersenyum sumringah mendengar kabar itu.

"Tapi jabatan saya ini tetap dijalankan oleh putra saya. Saya akan mengawasi kalian sebagai pemilik perusahaan ini dan mungkin hanya beberapa kali berkunjung kesini. Umur saya tidak muda lagi jadi saya ingin menikmati masa tua saya bersama istri di rumah. Jadi kalian para anak muda, saya percayakan kantor saya pada kalian. tolong bekerja keras seperti biasanya, saya akan tetap bersama kalian walaupun tidak di tempat yang sama." Jelas pak Himawan lagi. seketika senyuman itu pudar seketika. Apalagi Shaffiya. Moodnya berubah menjadi buruk mendengar fakta bahwa Izzam akan terus menjadi atasan langsungnya.

"Yahh..kenapa gak pak Himawan aja balik kesini." Ujar Karyawan lainnya dengan nada penuh harap.

"Memangnya kalau sama saya kenapa? Kalian keberatan?" Tanya seseorang yang baru saja muncul di hadapan mereka. Semuanya pun langsung terdiam seketika.

"Eh enggak pak. Kalo sama bapak mah nyaman banget." Ujar Clara yang membuat Shaffiya memutar bola matanya jengah. Perempuan itu memang di depan dan di belakang berbeda sekali omongannya.

"Baiklah itu saja Informasi dari saya, selamat bekerja!" Ujar Pak Himawan menutup pembicaraannya. Semuanya pun langsung kembali lagi ke meja kerja mereka masing-masing.

Izzam melirik ke meja Shaffiya tapi tak menemukan hadiah yang telah ia berikan kepada perempuan itu. dia tak tahu kemana perginya kado darinya itu.

"Mbak Shaf, ada titipan dari meja resepsionis." Ujar Sisy yang datang dari luar. Shaffiya pun menerima selembar surat itu lalu membacanya.

'aku jemput jam 4 sekalian bawakan mobilmu. Contact me here : 08786353xxx.'

–Syafiq –

Shaffiya tersenyum membaca surat dari lelaki itu. mereka sudah tiga kali bertemu tapi tak saling bertukar nomor. Dia juga asal saja tadi menyetujui ajakan Syafiq untuk keluar bersama karena dia sudah terburu-buru tadi. tapi tak apa, dia anggap ini sebagai ucapan terimakasih karena lelaki itu telah menolong dirinya.

***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang