Happily ever after

296 14 1
                                    

"Aku takut mas. Gimana kalau mereka marah sama aku?" Tanya Shaffiya dengan  nada khawatirnya. Mereka sudah sampai di depan rumah orangtua Izzam, tapi masih belum juga keluar dari sana. 

"Don't worry sayang. Aku kan ada disini terus sama kamu. Lagipula mereka gak akan marah kok. trust me." Ujar Izzam mencoba menenangkan sang istri. 

Setelah mengumpulkan cukup keberanian, Shaffiya pun keluar dari mobil dan berjalan perlahan memasuki rumah mewah itu. Rasanya Shaffiya ingin lari saja dari sana daripada menghadapi kenyataan ini. Dia tak tahu lagi harus bagaimana jika nantinya mereka menentang hubungan Shaffiya dan Izzam. 

"Akhirnya kalian datang juga. Ayo masuk nak. Ayah sama Bunda udah kangen banget nih." Ujar bu Reyya menyambut keduanya. Shaffiya pun tersenyum simpul sambil berusaha untuk menetralkan debaran jantungnya yang tak karuan. 

Mereka sudah berkumpul di ruang tamu. Izzam menggengam tangan istrinya yang dingin dan berkeringat itu. Dia berusaha untuk menenangkan istrinya yang nampak gugup itu. 

"Haduh penganten baru nih pegangan tangan mulu. Istrimu gak akan ilang kok Zam." Goda Pak Himawan pada putranya. di saat seperti ini Shaffiya sulit sekali mengeluarkan tawanya. wajahnya sudah tegang walaupun mertuanya nampak bersikap santai. 

"Jadi gini Yah, Bun. Ada yang ingin kami sampaikan." Ujar Izzam memulai percakapan serius itu. 

"Biar aku saja Mas." Ujar Shaffiya yang dijawab anggukan oleh Izzam. lelaki itu mempercayakan semuanya kepada sang istri. 

Shaffiya pun mulai mengungkapkan semua tentang dirinya pada sang mertua. bu Reyya dan Pak Himawan pun mendengarkannya dengan seksama. Mereka menampakkan wajah terkejut ketika mendengar cerita dari Shaffiya. 

"Aku tau Ayah dan bunda kecewa. Aku minta maaf karena tak memberitahu ini sejak awal. Aku akan terima apapun resikonya. Shaffiya siap menerima omelan atau apapun dari kalian." Ujar Shaffiya dengan menundukkan kepalanya. 

"Ayah tidak menyangka kamu seperti itu Shaf. aku sudah sangat senang kamu menjadi menantuku. Tapi kalau kenyataannya seperti ini, maaf kamu lebih baik pergi saja. Jangan dekati putraku lagi." Ujar pak Himawan dengan nada dinginnya. Wajahnya pun nampak ia palingkan. 

"Ayah, tidak bisa begitu dong. Kita baru saja menikah. Dia akan tetap jadi istriku." Ujar Izzam bersikeras. 

"Kamu tidak bisa Izzam. kamu harus menuruti perintah Ayah." Ujar bundanya yang ikut kecewa dengan pengakuan Shaffiya tadi. 

"Ayah aku mohon. Aku tidak bisa meninggalkan Shaffiya. Dia segalanya untukku." Ujar Izzam lagi.

"Baiklah. Tapi Shaffiya harus mengatakan dulu perasaannya yang sebenarnya padamu." Ujar Pak Himawan kemudian. 

"Hah? Gimana Yah?" Tanya Shaffiya mencoba untuk mengkonfirmasi apa yang didengarnya tadi. 

"Jujurlah bagiamana perasaanmu sebenarnya pada anakku? jawabanmu akan aku pertimbangkan agar kalian tidak berpisah." Ujar pak Himawan lagi memperjelasnya. Shaffiya nampak diam sejenak dan menatap kearah Izzam dalam.

"Perasaan itu sebenarnya sudah hadir sejak awal. Aku memang membencinya karena sikapnya yang begitu buruk. Tapi hal itu membuatku terus memikirka tentangnya. Diam-diam aku terus memperdulikannya, walau aku sering menyangkal perasaan itu. Sekarang aku tak akan menyangkalnya lagi, Aku mencintai Mas Izzam baik sebelum ataupun sesudah ia menjadi suamiku. Mungkin aku bukan wanita yang pantas mendapatkan cintanya tapi aku ingin tahu bahwa perasaanku pun juga sama dengannya." Ujar Shaffiya dengan beraninnya. 

Mendengar ungkapan itupun membuat wajah Izzam memerah. Dia merasa senang mendengar pengakuan dari istrinya yang terkenal dingin dan cuek itu. 

"You got it Zam. sepertinya akting kita sudah cukup sampai disini." Ujar pak Himawan membuat Shaffiya mengerutkan dahinya bingung. Dia melihat semua orang tersenyum padanya. dia tak tahu apa artinya semua itu. 

"Ini Prank Shaf." teriak sang bunda bersemangat. beliau menghampiri Shaffiya dan memeluk menantunya itu erat. 

"Maaf ya kami cuma akting. sebenarnya Izzam sudah menceritakan semuanya pada kami dan who cares tentang hal itu. Semua orang punya masa lalu sendiri dan itu sudah cukup dijadikan pembelajaran saja. Kami tak peduli seperti apa kamu di masa lalu. yang kami pedulikan kamu saat ini adalah menantu sempurna di keluarga ini." Ujar Bu Reyya membuat Shaffiya terharu. 

"Maaf ya Shaf, ide jahil ini tuh yang nyuruh Izzam. katanya dia pengen tahu gimana perasaanmu sebenarnya sama dia." Ujar Pak Himawan membuat semuanya tertawa. 

"Nah sekarang udah clear semuanya. Kita tinggal tunggu cucu pertama launching nih bun." Ujar pak Himawan membuat kedua pasangan muda itupun tertawa canggung. 

Shaffiya benar-benar bersyukur diterima dan dikelilingi oleh orang-orang baik seperti mereka. Allah sungguh maha baik. Walaupun dia buruk di masa lalunya tapi Allah tetap membiarkan Shaffiya mendapatkan banyak keindahan di hidupnya. 

Kini dia bisa merasakan kehidupan keluarga yang hangat. Keluarga yang akan selalu ada di masa susah maupun senang. Mereka yang akan selalu mendukung kita apapun yang terjadi. 

"Sayang, Kita kan udah memulai semuanya dari awal nih. Gimana kalau kita mulainya dari sini aja. Kita honeymoon ke sini." Ujar Izzam sembari menyerahkan dua buah tiket di hadapan istrinya yang sedang asik membaca buku itu. 

"Terus pekerjaan kita gimana?" Tanya Shaffiya pada suaminya yang biasanya workaholic itu. 

"Kita ambil cuti. udah fix. sebenarnya aku udah urus cuti kita. mereka juga udah tahu kalau kita udah nikah. kamu gak boleh protes." Ujar Izzam tak terbantahkan. Dia selalu saja sama, tidak di kantor tidak di rumah dia sangat bossy. 

"Ini kok tanggalnya besok sih? Kita belum siap-siap loh." ujar Shaffiya berubah panik.

"Don't worry be happy sayang. Kamu lupa suamimu itu serba bisa dan well prepared. tentu saja semua sudah beres. Tugasmu hanya duduk manis di sampingku aja. pokoknya kamu gak boleh hilang dari jangkauan mataku sedetik saja." Ujar Izzam mulai mengeluarkan gombalan-gombalan mautnya. 

"Halah kamu ini. Semangat banget kalau udah urusan honeymoon.  Awas aja ya kalo macem-macem." Ujar Shaffiya sembari menoel pelan hidung mancung suaminya. 

"Lah kalau gak macem-macem gak ada Izzam junior dong nantinya." Canda Izzam yang dihadiahi cubitan di pinggangnya. hal itupun membuat Izzam mengaduh kesakitan padahal Shaffiya tak begitu keras mencubitnya. 

Tak ada yang paling beruntung dalam hubungan mereka. Keduanya sama-sama beruntung mendapatkan satu sama lain. Shaffiya beruntung memiliki suami yang mau menerima segala kekurangannya sedangkan Izzam beruntung memiliki Shaffiya yang selalu menjadi warna di hidupnya. Mereka bagaikan gelas dan air yang selalu mengisi dan melengkapi satu sama lainnya. 


END

**********

Yeahh.. Finally, cerita ini sudah selesai. 

Terimakasih yang sudah membaca kisah ini sampai selesai. Semoga kalian selalu sehat dan dilimpahkan banyak rezeki ya. 

Selamat membaca ceritaku selanjutnyaa. 

Oh ya, yang mauu bonus part nanti aku usahakan yaa. 

Have a great day !

Love u all :))

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang