Regret

63 18 4
                                    

"Kamu keterlaluan Izzam. Ayah dan bunda tidak membesarkanmu untuk memaki orang seenaknya seperti itu. Kamu sudah dewasa Zam, seharusnya kamu bisa mengontrol emosi dan menjaga ucapanmu itu. Ayah dan bunda benar-benar kecewa sama kamu." Ujar pak Himawan pada putranya itu.

"Dia yang salah Yah. Bukannya ini semua rencana Ayah dan dia. lalu ayah akan memberikan hadih pada dia kan. Apa kalian pikir aku ini mainan?" tanya Izzam bersikeras.

"Apa maksud kamu ini." Ujar bu Reya sembari menyerahkan amplop berisi tiket yang sudah bertuliskan nama Shaffiya disana. Izzam pun menerima tiket itu dan melihatnya dengan seksama.

"Shaffiya tidak menerimanya, dia menolak hadiah itu karena dia merasa tak berhak mendapatkan itu. Dia sudah Ayah paksa untuk menerimanya tapi tak mau. Dia mengatakan bahwa perubahanmu adalah atas usahamu sendiri. Dia juga tak pernah meminta apapun dari kami Nak." Jelas bu Reya dengan nada lembut. Beliau mencoba menenangkan suasanya yang sudah panas sedari tadi.

"Puas kamu sekarang. bayangkan betapa sakitnya hati dia ketika kamu maki seperti itu. Bayangkan kalau itu adikmu Zam. Bagaimana perasaanmu kalau dia dimaki seperti itu?" Ujar Pak Himawan dengan emosi yang membuncah. Bu Reya pun mengusap punggung suaminya untuk menenangkan.

Seketika rasa bersalah pun menyeruak di benak Izzam. Dia sudah menyakiti perempuan itu untuk yang kedua kalinya. Kali ini dia salah paham dan tak tahu bagaimana caranya untuk meminta maaf lagi. dia sudah tak punya muka jika harus berhadapan dengan perempuan itu lagi.

"Kembalilah ke kamarmu dan pikirkan sendiri cara untuk meminta maaf padanya. Ayah tak akan membantu apapun lagi. lakukan semuanya sesukamu." Ujar pak Himawan sebelum beliau masuk ke dalam kamarnya.

"Zam, Shaffiya bukanlah gadis yang seperti kamu pikirkan. Dia bisa dekat dengan kami karena kebaikannya. Dia juga yang menyelamatkan nyawa Ayahmu ketika serangan jantung Ayahmu datang. Dia begitu sigap menjaga beliau ketika sakit dan bisa terselamatkan. Beliau begitu menyayangi Shaffiya karena ketulusan perempuan itu bukan karena Shaffiya yang meminta tapi kami lah yang meminta ia datang pada keluarga kita. Bunda juga senang dengan kehadiran Shaffiya karena dia sudah Bunda anggap sebagai anak bunda. Jadi bunda minta tolong kamu minta maaf sama dia. bagaimanapun caranya." Ujar Bu Reya pada putranya itu. 

Izzam pun tercenung mendengarnya. dia tak pernah mendengarkan hal ini sebelumnya. Tak ada yang memberitahunya mengenai hal ini.

"Tapi dia pasti sangat marah padaku bun." Ujar Izzam ragu. Dia pesimis ketika mengingat bagaimana Shaffiya memandangnya dengan penuh kekecewaan dan kebencian.

"Tunggu dia tenang. Sekarang kamu pergilah ke kamarmu dan pikirkan bagaimana caranya untuk meminta maaf." Ujar Bu Reya lagi. lelaki itupun mengangguk lalu pergi menuju kamarnya.

Izzam merenungi segala kesalahannya di kamarnya dan berusaha untuk memikirkan cara terbaik untuk memint maaf pada perempuan itu. sedangkan di sisi lain, Shaffiya menumpahkan air matanya setelah sampai di kamarnya. Dia duduk di ranjang miliknya sembari memeluk lututnya sendiri. pedih rasanya mendapatkan kata-kata tajam dari lelaki yang sudah ia percaya. Baru saja ia merasa bahwa Izzam itu memang berbeda namun nyatanya dia tak pernah berubah sama sekali.

Tak lama Clara datang dan langsung memeluk Shaffiya erat. Dia tahu betapa sakit dan hancurnya hati temannya saat ini ketika di maki di depan banyak orang seperti itu. dia tak menyangka lelaki yang menjabat sebagai bosnya itu sangat tega pada Shaffiya.

"It's okey Shaf. Nangis aja sampai kamu lega." Ujar Clara sembari mengusap punggung Shaffiya lembut.

"Aku tidak pernah mengambil hadiah dari pak Himawan Cla. Aku tadi kesana untuk menolaknya. Trust me Cla." Ujar Shaffiya di sela isak tangisnya.

"Iya,,iya aku percaya sama kamu Shaf. Aku tahu kamu bukan orang yang seperti itu." ujar Clara lagi mencoba menenangkan. Tak lama pintu pun diketuk. Clara pamit sebentar untuk membukakan pintunya.

Ternyata orang itu adalah Sisy. Dia membawakan minuman untuk Shaffiya sekaligus ingin meminta maaf karena kejadian ini terjadi karenannya. Dia merasa bersalah sejak tadi karena menyebabkan keributan itu.

"Mbak Shaf, aku minta maaf ya. Gara-gara aku mbak jadi kena semprot sama pak Izzam." Ujar Sisy dengan nada penuh penyesalan.

"Itu semua bukan salah kamu Sy.memang lelaki itu aja yang emosian. Kalo aja dia bukan bosku udah aku hajar dari tadi." Ujar Clara penuh emosi.

"Sisy aku benar-benar gak papa kok, lagian ini semua bukan salah kamu. Kamu tenang aja ya." Ujar Shaffiya menenangkan gadis muda itu. Sisy pun mengangguk pelan.

"Terimaksih mbak Shaf sudah membelaku tadi." Ujar Sisy tulus. Shaffiya pun mengangguk sebagi jawaban.

"Inget ya Sy. Selama kita merasa benar jangan takut untuk menyuarakannya. Walaupun dia bos kita tapi kita juga tidak boleh diam aja ketika ditindas. Aku akan menasihatimu seperti ini berulang kali agar kamu mengerti ya. Kita ini seorang karyawan yang tugasnya bekerja, bukan sebuah keset yang bisa diinjak-injak seenaknya." Ujar Shaffiya lagi menggebu. Mereka berdua pun mengangguk setuju.

Kadang kita terima saja diperlakukan bagaimanapun oleh atasan kita. Bahkan seringkali kita menahan rasa sakit ketika mendengarkan ucapan-ucapan yang begitu menyakiti hati. mendapatkan perilaku yang tidak pantas dan tidak dihargai sama sekali. kita hanya mampu diam karena menyadari status kita bukanlah apa-apa. namun perlu disadari bahwa kita ini sama-sama manusia jadi tak ada salahnya untuk sekedar memanusiakan manusia.

Pagi harinya Shaffiya sudah terlihat segar, dia juga sudah tak memikirkan tentang kejadian kemarin. Dia ingin melupakan semuanya dan hanya mengenang hal-hal indah selama liburan ini. Semua yang terjadi dia kubur dalam-dalam. Dia tak peduli lagi dengan apa yang hendak lelaki itu lakukan.

"Semua udah siap kan? Gak ada yang ketinggalan?" Tanya Shaffiya mengecek kelengkapan semua teman-temannya. Mereka semua sudah checkout dari hotel dan akan kembali lagi ke rutinitas mereka. Liburan sudah berakhir dan mereka harus kembali bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi uang lagi.

"Yah, gak kerasa ya udah selesai aja liburan kita. Bisa gak sih kita Extend tiga hari lagi." Ujar Clara dengan wajah yang dibuat memelas. Teman-teman yang lainnya pun hanya menggeleng sembari tertawa melihat celetukan Clara itu.

Tak lama mobil yang akan membawa mereka ke bandara pun tiba. Mereka langsung memasukkan barang-barang ke bagasi. Mereka datang dengan satu koper tapi pulang sudah membawa tas tambahan karena mereka membeli banyak oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat mereka.

"Shaf tunggu!" Teriak sesorang menghentikan langkah Shaffiya. Perempuan itu menoleh dan tersenyum kearahnya.

"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Shaffiya dengan nada ramahnya. Lelaki itu tampak tercenung. Dia kira Shaffiya akan marah padanya, namun perempuan di depannya itu masih bisa tersenyum dengannya setelah kejadian semalam.

"Eng-gak..saya Cuma ingin minta maaf." Ujar Lelaki itu dengan nada terbata. Melihat Shaffiya tersenyum di depannya membuatnya semakin takut dan merasa bersalah. Dia sudah begitu banyak menyakiti perempuan di depannya itu.

"Pak, mungkin mudah untuk mengatakan maaf, saya pun bisa memaafkan juga dengan mudah. Tapi luka saya masih ada dan tak semudah itu sembuh hanya dengan kata-kata itu. Ucapkanlah maaf ketika bapak sendiri sudah mengerti kesalahannya dan berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Faktanya bapak sudah meminta maaf tapi mengulangi lagi sekarang. jadi untuk saat ini biarlah seperti ini. Saya sudah tidak papa asalkan bapak tidak mengganggu kehidupan saya." Ujar Shaffiya pelan namun tajam. Kata-kata itupun begitu menghujam benak Izzam.

Shaffiya pun langsung masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan lelaki itu lagi. Toh dia juga tak peduli lagi dengan apapun, sedari awal dia sudah bilang dipecatpun dia siap. Dia juga tak mengatakan hal yang salah, apa yang ia katakan adalah kebenaran.

"Bener bener ratu kita ini emang Savage banget dah. Baru kali ini Gue lihat wajah putus asa pak Izzam." Ujar Clara dengan excitednya. Dia begitu puas melihat atasannya itu diam seribu bahasa.

"He deserve to get it." Ujar Maya mendukung tindakan Shaffiya tadi. perempuan itupun tersenyum senang ketika mendapat dukungan dari teman-temannya.

***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang