Apologize

80 20 0
                                    

Izzam pun berpikir keras untuk menemukan cara terbaik meminta maaf pada Shaffiya. Dia bisa saja ke rumahnya tapi gengsinya masih tinggi. Dia tak pernah mengalah seperti ini. mau tak mau dia pun menghubungi Mas Hanan dan basa basi dahulu. Dia juga menanyakan waktu luangnya untuk ditemui.

Dia sudah berhasil membuat janji dengan Mas Hanan tapi beliau mengajak untuk bertemu di rumah yang sedang ditempati Shaffiya langsung. Entah ada apa disana, dia pun juga belum tahu. Mas Hanan hanya mengatakan untuk bertemu disana dan dia pun menyetujuinya.

Sementara Izzam sibuk memikirkan cara untuk meminta maaf kepada Shaffiya, perempuan itu sekarang sedang asyik bermain dengan keponakan-keponakannya yang lucu itu. sesuai rencana hari rabu ini mereka mengadakan makan malam keluarga. sejak pagi mereka sudah berdatangan dengan membawa semua bahan makanan. karena Shaffiya tidak ahli dalam bidang masak memasak, dia memutuskan untuk duduk diam bermain dengan anak-anak.

Hari ini sudah sore dan mereka mulai sibuk memasak. Sebenarnya Shaffiya ingin membantu mereka tetapi dia tak ingin merusak suasana makan malam nanti. Dia takut kalau nanti malah ada yang sakit perut karena masakannya. Jadi dia cari aman saja.

Karena cuacanya cerah, Shaffiya pun mengajak keponakannya itu untuk jalan-jalan di taman dekat rumahnya. Mereka pun senang karena disana ada banyak makanan. Shaffiya sudah seperti ibu muda yang membawa empat orang anak jalan-jalan bersama. Untung saja Zhafira dan Naura sudah besar dan bisa membantuku untuk mengawasi adik-adiknya.

Shaffiya menggendong Khalif sedangkan Shabira naik sepeda roda empat dan didorong oleh kedua kakaknya. Suasana taman itu cukup ramai dengan anak-anak dan keluarga. memang tempat itu sering digunakan untuk kumpul keluarga.

"Mami es krim mami." Ujar Shabira sembari menunjuk-nunjuk tukang es krim. Shaffiya pun mengajak mereka mendekat kearah tukang es krim dan membelikan mereka semua. Mereka senang menikmati es krim yang begitu nikmat.

Untung saja Shaffiya membawa cukup uang karena mereka begitu banyak meminta dibelikan ini itu. Khalif walaupun masih kecil sudah minta dibelikan balon, Shabira juga minta dibelikan boneka barbie, sedangkan Naura dan Zhafira asyik membeli makanan yang dijual disana.

"Bira, sayang hati-hati nanti nabrak orang ya. Zhaf awasi bira dulu ya." Ujar Shaffiya mulai kerepotan mengawasi anak-anak yang berbeda kemauan. Dia sedang membelikan balon sabun untuk Khalif tapi Shabira sudah minta didorong untuk jalan-jalan.

Setelah membyar semuanya dia segera menyusul ketiga anak itu. Dia berlari ketika melihat mereka sedang berada dianatara orang-orang dewasa.

"Ada apa Zhaf, Nau?" Tanya Shaffiya kepada kedua keponakannya yang sudah cukup besar daripada yang lainnya.

"Tadi Shabira gak sengaja nabrak om itu lagi lari Mi." Ujar Naura memberi penjelasan. Dia pun segera menoleh kearah lelaki itu dan meminta maaf padanya.

"Saya minta maaf ya Mas, keponakan saya tidak sengaja tadi." Ujar Shaffiya dengan tulus. lelaki itu masih tampak berumur dua puluh tujuh tahunan. Dia tinggi dan badannya atletis.

"Gak papa kok mbak. saya juga kurang fokus larinya tadi. Adik jangan sedih, Om gak papa kok." Ujar lelaki itu sembari mendekat kearah Shabira yang terlihat bersalah itu. matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.

"Ini semua keponakan mbaknya?" Tanya lelaki itu dengan Ramah. Shaffiya pun mengagguk sembari tersenyum.

"Yaudah Mas, sekali lagi saya minta maaf ya. Permisi." Ujar Shaffiya kemudian mengajak semua keponakannya itu untuk duduk di rerumputan taman dan bermain balon sabun. Mereka tampak gembira menangkap gelembung-gelembung yang berterbangan.

Hari sudah semakin sore, Shaffiya pun mengajak keponakannya itu untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah mereka bisa mencium aroma masakan yang menggugah selera. Meja makan sudah penuh dengan aneka macam makanan.

"Emmm...delicioso." Ujar Shaffiya setelah berhasil mencomot perkedel yang ada di meja makan.

"Dek,kebiasaan deh kamu tuh." Tegur Mba Haura yang dijawab dengan senyuman tanpa dosa oleh Shaffiya.

"Ini yang laki pada kemana?" Tanya Shaffiya ketika tak mendapati Mas Hanan ataupun Aldwin disana.

"lagi jemput Ayah di kantornya. Mobil Ayah rusak jadi mereka yang jemput. Palingan abis magrib mereka sampai." Jelas Rumaisha pada saudara kembarnya itu. Shaffiya pun hanya mengangguk paham.

Adzan magrib pun mulai berkumandang.Mereka semua langsung bergegas melaksanakan shalat magrib kecuali Shaffiya karena sedang haid. Sembari menunggu mereka selesai shalat, Shaffiya menyiapkan piring dan sendok dan menatanya di meja makan.

Tak lama deru suara mobil pun terdengar. Shaffiya bergegas ke depan untuk menyambut Ayahnya. dia sudah tak sabar untuk berkumpul kembali sebagai keluarga yang utuh. Ini kali pertama mereka makan malam bersama lagi.

"Ayah!" Teriak Shaffiya sembari memeluk Ayahnya erat. Padahal baru beberapa hari mereka tak bertemu tapi rasanya ia sudah rindu sekali.

"Kamu nih baru beberapa hari gak ketemu udah kangen aja." Ujar pak Hans sembari mengusap lembut puncak kepala putrinya itu.

"Itu mah karena kurang pelukan Yah. Maklum jomblo." Celetuk Aldwin membuat Shaffiya keluar taringnya. Memang lelaki itu tak bisa membiarkan Shaffiya tenang barang sedetik saja.

Baru saja Shaffiya ingin menghadiahi Aldwin dengan tendangan mautnya, sebuah mobil berhenti di samping mobil Mas Hanan. Mobil itu tidak asing baginya dan ketika orangnya keluar dia pun terkejut melihatnya.

Dia langsung menarik tangan Mas Hanan untuk ke dalam dan berbicara.

"Mas, kenapa ada dia? mas yang ngundang?" Tanya Shaffiya pada kakaknya itu. Hanan pun mengangguk sebagai jawaban.

"Dia menghubungiku dan mengatakan kalau ingin bertemu. Yaudah kan sekalian kita makan malam, Mas ajak aja kesini." Jelas Hanan pada adiknya itu. Shaffiya sudah hampir menangis dibuatnya. Seharian ini hari-harinya begitu indah namun kenapa harus ada dia yang datang menghancurkan harinya. Cukup Aldwin yang menyebalkan dan sekarang ditambah dia jadi double combo menyebalkan.

"Mas, kan makan malam ini untuk membicarakan masalah keluarga kita. Masa iya ada orang luar yang mendengarnya nanti." Ujar Shaffiya dengan nada tak suka. Raut wajahnya juga sudah menggambarkan kekecewaan.

"Dia hanya ingin membicarakan sesuatu sama kamu kok. Nanti kamu bicara sama dia dulu sebentar setelah itu baru kita membahas masalah Ayah dan ibu." Ujar Mas Hanan kemudian.

"It's okey Shaf. Jangan terlalu benci sama seseorang nanti kamu kena getahnya sendiri." Ujar Mas Hanan sembari tersenyum kecil pada adiknya itu.

dia pun mengacak rambut Shaffiya pelan sebelum meninggalkan adiknya yang sedang termenung itu. Shaffiya tak mengerti sama sekali apa maksud perkataan Kakak sulungnya itu. tapi yang dia tahu, dia harus menyelesaikan masalahnya dengan lelaki itu.

                                                                                               ***

SHAFFIYA ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang