"Bapak kok berubah jadi baik gini ada apa sih? Bapak masih merasa bersalah karena kejadian kemarin atau ada masalah lain ?" Tanya Shaffiya curiga pada atasannya itu. daripada mereka hanya saling diam selama perjalanan, dia pun berinisiatif untuk bertanya.
"Bukannya itu baik. Katanya saya harus lebih perhatian dengan karyawan, tidak boleh dingin, tidak boleh terlalu cuek. I do it all. Terus kenapa sekarang kamu malah menanyakan hal itu?" Tanya Izzam membuat Shaffiya menggelengkan kepalanya cepat. Bukan sikap itu yang Shaffiya maksud.
"Memberi sarapan kepada karyawan khususnya saya, apakah itu juga termasuk keramah tamahan atasan pada bawahannya pak? I talked about that, not about your humility." Ujar Shaffiya tegas. Izzam pun hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
"Sarapan itu sebagai tanda terimakasih atas mobil yang kamu pinjamkan juga untuk meminta maaf atas kelalaian saya kemarin, apakah sudah cukup jelas dan bisa diterima?" Tanya lelaki itu lagi membuat Shaffiya mengangguk paham. Dia hanya ingin semua jelas dan pada porsinya.
Mereka pun kembali hening. Shaffiya fokus menyetir karena jalanan yang cukup padat pagi itu. ya, wajarlah jam-jam kerja yang sudah pasti padat merayap. Shaffiya sudah terbiasa dengan hal itu, tapi dia menjadi sedikit canggung karena ada atasan disampingnya. Dia jadi tak leluasa untuk menghidupkan radio yang biasanya menemani dirinya.
"Kamu kenapa belum nikah?" Tanya Izzam yang sangat random. Shaffiya sampai terkejut mendengar pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut atasannya itu. Dia menannyakan alasan dirinya belum menikah sedangkan sang penannya juga belum menikah padahal umurnya sudah hampir kepala tiga.
"Lah bapak gak ngaca." Sindir Shaffiya dengan nada kesalnya. Tapi entah Izzam yang terlalu menganggap segalanya serius atau tidak tahu kata bercanda, Dia malah benar-benar bercermin di kaca spion milik Shaffiya.
"Emangnya ada apa di mukaku? Ada noda yah?" Tanya Izzam masih sambil berkaca diri. Shaffiya mendengus pelan.
"Tuh lihat dikaca ada jomblo dua puluh sembilan tahun gak nikah-nikah." Ujar Shaffiya disertai tawa sumbangnya. Izzam yang menyadari telah dikerjai oleh Shaffiya pun mendengus kesal. Tapi menyadari perempuan itu tertawa, rasa kesal Izzam pun sirna sudah. Inilah yang diinginkannya sejak dulu. Melihat Shaffiya nyaman disampingnya dan bisa tertawa lepas seperti ini.
"Dih bapak napa dah senyum-senyum." Ujar Shaffiya ketika menyadari Izzam tersenyum sembari melihat kearahnya.
"Kamu tuh kalo sama saya yang nyaman aja gini. Kalau mau ketawa ya ketawa, kalau mau nangis ya nangis. Kayak sama Syafiq gitu loh." Ujar Izzam mengutarakan keinginannya. Shaffiya pun mengerutkan dahinya bingung. Dia ingin disamakan dengan Syafiq? Really?
" Mana bisa, Bapak sama Mas Syafiq itu beda. Dia teman saya sedangkan bapak atasan saya. Dia baik sedangkan bapak gal...lak." Ujar Shaffiya lirih dibagian akhirnya karena mendapat tatapan tajam dari izzam.
"Kalau disuruh milih antara saya dan Syafiq kamu pilih siapa?" Tanya Izzam lagi yang entah kenapa mengadakan kuis di pagi hari ini. Shaffiya pun bingung tetapi tetap menjawabnya.
"Jelas Mas Syafiq lah. Masa iya harus pilih bapak." Ujar Shaffiya dengan santai dan tanpa beban. Izzam tak habis pikir lagi dengan jawaban Shaffiya yang begitu santai dan tak ada takut-takutnya sama sekali padanya.
"Kamu gak takut ya saya pecat?" Tanyanya lagi dengan wajah cemberut karena tidak dipilih oleh Shaffiya. Perempuan itupun menggelengkan kepalanya mantap.
"Bapak kenapa sih bikin kuis-kuis sendiri eh bete- bete sendiri gitu. Kayak cewek tau gak sih." Omel Shaffiya kesal melihat atasannya yang mood nya swing seperti cewek pms.
"Kok kamu yang sewot? Harusnya saya yang marah loh karena kamu gak pilih saya." Ujar Izzam tak mau kalah dengan perempuan itu. Shaffiya pun menghela napasnya panjang. Sungguh debat yang unfaedah karena mempermasalahkan hal kecil. kalau dia meladeni terus bisa-bisa dia tak masuk kantor.
"Mau kemana kamu?" Tanya Izzam ketika melihat Shaffiya melepas seatbelt nya dan bersiap untuk turun dari mobil.
"Bapak mau disini aja atau mau kerja?" Tanya Shaffiya membut Izzam tersadar bahwa mereka sudah sampai di kantor. Dia pun merasa malu tetapi berusaha untuk tetap cool. Shaffiya hanya diam dan menahan tawanya agar tidak pecah.
Shaffiya berjalan dengan santainya menyusuri basement kantornya itu. tapi tak lama dia mendengar suara tembakan. Spontan dia menoleh ke belakang dan mendapati bosnya sudah tersungkur di lantai dengan darah yang mengucur banyak. Dia tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia langsung berlari menghampiri Izzam yang tertembak di bagian lengannya.
Security pun ikut menghampiri mereka kerena juga ikut mendengar suara tembakan tersebut. Mereka langsung mencari siapa pelakunya.
"Kamu pergi saja Shaf, disini berbahaya." Ujar Izzam pada Shaffiya yang berusaha menolongnya itu.
"Enggak pak, udah ayo masuk mobil lagi. kita ke rumah sakit." Ujar Shaffiya sambil berusaha membantu Izzam untuk masuk ke dalam mobilnya kembali. Entah siapa yang tega melakukan hal itu tapi yang terpenting adalah keselamatan Izzam dahulu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFFIYA ( END ✅️ )
RomanceMasa lalu yang kelam memang terkadang sulit untuk dilupakan dan akan terus terkenang sampai kapanpun. Shaffiya, seorang perempuan dengan masa lalu buruknya berusaha untuk melupakan dan merubah hidupnya sebaik mungkin. Ketakutan dalam dirinya tentang...