Ceritanya ini masih di hari yang sama ya.
****
Gue masih mikirin ucapan Maya tadi. Harusnya gue gak kaget sih kalau ada yang suka sama gue. Kan gue ganteng. Tapi gue harus bilang ke Olivia supaya dia gak berharap lebih ke gue.
Tadi gak lama setelah Maya bilang gitu, Olivia sama Justin balik. Gue sama yang lain juga bersikap biasa aja, kayak gak ada apa-apa. Sekarang gue mau pulang, kebetulan Olivia nebeng sampe rumahnya. Kayaknya ini waktu yang pas.
Sebelum naik ke motor, gue menghadap dia sambil natap serius.
"Olivia, can I tell you something?"
Dia natap gue bingung. "Of course."
"Maya told me that you love me. Is it true?" anjay, to the point banget gak tuh.
Muka dia keliatan kaget. Kayaknya dalem hati dia maki-maki si Maya karena cepu.
Setelah diem beberapa saat buat nyiapin jawaban, akhirnya Olivia buka suara. "Yes, I love you since the first time we met. I'm sorry, Harry."
"Hey, it's ok. You don't have to say sorry," ucap gue. "I'm the one who should say that. I'm sorry, Olivia. I can't love you more than friend."
Olivia senyum kecil banget, keliatan sedih. "It's ok, Harry. I don't expect more. I'm trying to forget my feeling. Wish me luck."
Gue senyum juga. "You deserve someone much better."
"Ya, thanks, Harry," ucap dia. "But, can I ask you, why you said you can't love me more than friends?"
Sebenernya kalau gue jujur, nanti dia tambah galau. Tapi kalau gak jujur, takut kualat. Mending jujur aja kan.
"I have someone I love in Indonesia. I left her last year. I'm still in love with her and will always do."
Olivia sekarang senyum lebih lebar. "She's lucky."
"No, I am."
Olivia ketawa. Gak tau pura-pura atau beneran. Tapi kedengerennya sih beneran.
"And lucky me for not loving you that far," ujarnya. Oh syukur deh, kirain udah bucin banget ke gue.
Gue ketawa kecil.
"So, are we going home now?" tanya gue, soalnya daritadi malah ngobrol.
Dia ngangguk.
Setelah itu, gue nganterin dia sampe rumahnya, dan gue langsung balik ke rumah gue.
***
Gue sampe di rumah agak sore. Jalanan lumayan macet. Sekarang udah sekitar jam empat sore. Gue langsung masuk kamar setelah salim sama nyokap yang lagi di ruang tamu.
Setelah bersih-bersih, gue pun merebahkan diri. Capek banget coy. Pas lagi nyoba buat tidur, hp gue tiba-tiba geter. Ada telepon dari Niall, temen gue sekaligus manager kafe yang waktu itu gue datengin sama Ash.
"Halo, Yel," sapa gue
"Lah masih bisa bahasa Indonesia lo?" sahut dia.
"Bahasa kalbu juga gue bisa," ucap gue. "Napa? Tumben banget nelepon."
"Ini Har, ada cewek dari tadi siang di taman ilalang gak pulang-pulang. Udah beberapa kali gue suruh balik, tapi katanya nanti terus. Bukan apa-apa ya, takutnya dia dicariin keluarganya. Terus sekarang dia malah tidur pules banget. Gue gak tega banguninnya. Sebenernya kemarin-kemarin dia juga sempet ke sini, tapi gak sampe ketiduran."
Gue mengernyit bingung. "Siapa?"
"Namanya Ash, katanya temen lo," ucap Niall.
Ash? Kok bisa sampe ketiduran gitu sih. Kasian banget.
"Coba kirim fotonya ke gue," pinta gue buat mastiin.
"Lama, mending video call aja."
Teleponnya beralih jadi video call. Niall nunjukin cewe yang lagi rebahan sambil tidur, mukanya pules banget.
Dan bener aja, itu Ash. Anjrit gue pengin nyamperin.
"Beneran temen lo kan?" tanya dia memastikan. Niall emang belum pernah ketemu Ash sebelumnya.
"Bukan," jawab gue.
"Lah terus dia ngaku-ngaku dong? Tau gitu gue usir aja," ucap dia sambil hendak ngebangunin Ash.
"Heh jangan! Dia calon bini gue," ucap gue.
"Hah?!" ucap Niall teriak.
"Diem anjir, nanti dia kebangun," omel gue. "Bangunin pelan-pelan aja. Sama tolong sekalian anterin pulang, awas sampe lecet."
"Oke-oke, gue bangunin ya."
"Tunggu, Yel. Boleh tolong deketin hp lo ke dia gak? gue pengen liat dari deket," pinta gue.
"Ya elah bucin amat," ledek Niall sambil ngedeketin hpnya. Dari sini gue bisa liat mata Ash agak sembab. Rambutnya juga berantakan gara-gara rumput. Masih tetep cantik kayak pas pertama kali gue ketemu. Dia gak gatel-gatel apa ya?
"Oke, thanks ye," ucap gue. "Kalau besok-besok dia ke situ lagi, jangan dilarang ya. Kapan pun dia pengen ke situ, biarin aja. Mau sampe bikin tenda juga jangan larang. Oh iya, sama jangan bilang ke dia kalau lo nelepon gue. Pokoknya jangan bahas apapun tentang gue, hindarin semua percakapan yang ada sangkut pautnya sama gue. Oke Yel?"
"Lah kenapa?" tanya Niall bingung.
"Ada deh, ribet kalo dijelasin. Nurut aja."
"Iye dah. Yaudah gue mau balik sekarang."
"Oke, makasih banyak ya, Yel. Tiati, jangan sampe dia lecet."
"Bawel lo. Iya, dadah."
Sambungan telepon langsung dimatiin sama dia.
Sabar ya, Ash. Nanti pasti kita ketemu lagi.
-------------------------------
maap ya makin gajelas
sejujurnya gue agak lupa alur cerita ini dan mager baca ulang😭
jadi mohon maaf kalo ada ketidak nyambungan🙏
feedback jangan lupa okk
KAMU SEDANG MEMBACA
Indomaret // Harry Styles
Short Story[COMPLETED] "Gak nyangka bakal ketemu jodoh di indomaret." Baca aja ya biar tau lebih jelas ceritanya hehe