empat belas

352 55 1
                                    

"RA GIMANA DONG INI?! ANGKAT GAK?!" teriak gue heboh.

"ANGKAT BEGO! BURUAN!"

"TAPI LO YANG NGOMONG YA."

"DIH ANJIR OGAH."

"TRUS GIMANA DONG INI?!" ucap gue frustrasi.

"ANGKAT, BODOH! TINGGAL DIGESER ITU."

"TAPI GUE GAK TAU MAU NGOMONG APA."

"SERAH LU LAH. NGOMONG APAAN KEK YANG ENAK."

"DUH, YAUDAH DEH. DALAM HITUNGAN KETIGA."

"SATU."

"DUA."

"TI–,"

tut...tut...tut...

Sialan.

Alhamdulillah.

"Yah, keburu mati kan. Lo sih lama ngangkatnya," omel Amira.

Kan gue sengaja, Ra. Muehehe

Drt...drt...

You've got a new message.

Harry : ash?
Harry : kamu marah sama saya?
Harry : saya tlp lg ya?

Mampus aja lu Ash.

Incoming call from Harry...

"Itu angkat buru!" suruh Amira. Perasaan gue yang ditelepon, kok dia yang heboh ya.

Akhirnya gue pun memutuskan untuk mengangkat telepon dari Harry.

"Ha-halo?" sapa gue.

"Huh, syukur kamu angkat telepon saya. Saya kira kamu marah," ucap Harry di seberang telepon.

Gue liat ke Amira. Dia berucap 'Loud speaker' tanpa suara.

Gue pun menloud speaker.

"Engga, kok. Marah kenapa emang?" tanya gue pura-pura gak tau.

"Gara-gara chat terakhir saya. Kamu cuma baca. Saya kira kamu marah."

"Hah? Ya elah biasa aja kali, Har," ucap gue sambil pura-pura ketawa.

"Padahal saya cuma bercanda ngomong kayak gitu."

Oh.

Becanda doang ya.

oH.

bEcAnda doang ternyata.

Emang kenapa kalo bercanda doang, Ash? Haha ngarep beneran ya lo.

Yah, kocak si.

***

"Bang," panggil gue ke Calum yang lagi nonton upin ipin episode hantu durian runtuh.

"Ada maunya ni pasti," sahut Calum yang masih fokus nonton.

"Ih, suuzon aja deh heran." gue mukul lengan Calum pelan.

"Terus napa?"

"Mau curhat."

"Bayar."

Sialan.

"Ah yaudah ga jadi," ucap gue sambil sok pergi sambil berharap ditahan. Plis dong kali ini berhasil ngambeknya.

"Eh jangan pergi. Sini curhat." Calum nahan tangan gue.

Asoy berhasil.

"Lagi ada masalah apa lu? Amira belom bayar utang lagi?"

Gue mencebik pelan. "Bukan ih."

"Terus?"

"Ini tentang Harry."

Seketika dia langsung senyum-senyum gaje. Napa lagi ni orang.

"Emang dia ngapain lu?"

Akhirnya gue ceritain dari awal ketemu di indomaret sampe terakhir dia nelepon gue.

"ASOY AKHIRNYA ASHYANTI DEMEN COWOK. GUE KIRA LO SAMA AMIRA–,"

"ABANG ISH MIKIRNYA AH!"

Gila kali ya? Dia mikir gue sama Amira– anj geli sumpah.

Gatau aja gue sering hunting cogan kalo lagi pergi.

"Abisnya gue gak pernah liat lo sama cowok. Cerita cowok juga gak pernah. Lo kan seringnya nyeritain Amira yang begini lah, begitu lah," ucap Calum.

Astaga. Kenapa bisa abang gue punya pemikiran kek gitu.

"Lupain Amira, sekarang nasib gue gimana?!"

"Syukuri aja lah. Doi gak suka sama lu. Mau diapain lagi?"

Anj– sabar.

"Gak guna ah curhat sama lu. Males."

Dia ketawa. "Becanda elah. Gue juga cowok, Ash. Gue tau rasanya jadi Harry gimana. Dia itu antara serius atau engga nembak lo. Liat aja pas dia ngechat nanya lo mau jadi pacarnya atau engga, trus cuma lo read. Dia ngerasa salah ngomong. Makanya dia bilang bercanda, biar lo gak nganggep itu serius. Gitu aja gak ngerti."

Sumpah ya. Calum ngomong panjang lebar tapi gue gak ngerti apa maksudnya. Hehe.

"Tadi lo ngomong apa aja, bang?" tanya gue.

Calum natep gue kesel. "Dari lo jadi zigot sampe segede ini masih aja bego. Heran gue."

Ih kalo ngatain suka bener:(

"Gue gak bego. Lo gak jelas ngomongnya," bela gue.

"Dah yak, intinya tuh ada dua kemungkinan. Dia suka sama lo atau dia gak suka sama lo."

Salah nih curhat sama Calum.

Akhirnya karena udah males curhat, gue pun cuma diem sambil nonton tv yang lagi nayangin iklan sarimi.

"Assalamualaikum."

Eh? Itu kek suara mami.

Gue sama Calum nengok ke sumber suara.

"OMAYGAT OEMJI OH MY WOW MAMIIIIIIIIIIII," ucap gue excited.

Gila, akhirnya mami gue pulang setelah dinas di Singapur setahun.

"MAMIIII CALUM KANGEN." Calum meluk mami. Diiringi gue yang meluk mami juga.

"Mami juga kangen sama anak-anak mami. Gimana kabar kalian?" tanya mami.

"Kita baik, mi."

"Btw anyway busway, papi mana mi?" tanya gue. Maaf ya, gue kalo lagi ada nyokap emang suka alay. Soalnya nyokap juga sering alay.

"Lagi ngangkatin barang tuh di depan. Bantuin gih," suruh mami.

Gue sama Calum berlagak hormat. "Siap, kapten."

Mami cuma ketawa. "Ya udah, mami masuk dulu, ya."

Gue sama Calum keluar bareng, berniat ngagetin papi yang lagi ngebelakangin kita.

Gue sama Calum berpandangan sambil berhitung tanpa suara.

"Satu."

"Dua."

"Tiga–"

"Hayo, kalian mau ngagetin papi ya?"

Sial, ketauan.

"Uhm, hehe," gue ketawa. "Sini kita bantuin, pi."

*************

Jgn lupa vomment yaa

Indomaret // Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang