Epilog

477 64 22
                                    

Gue merasakan ponsel gue bergetar di saku celana.

Incoming call from ibu negara...

Gue pun ngangkat dan ngeletakin hp di telinga.

"Ya ampun, Ashyanty Meredith! Kamu kemana aja, hah?! Semaleman gak pulang. Mau jadi anak liar? Ditelepon gak diangkat, disms gak dibales. Kamu tuh ngapain aja–,"

Gue melihat jam di ponsel.

Ya ampun, udah jam delapan pagi. Gue bangun dari tidur, melihat sekeliling. Ternyata gue masih di taman ilalang. Sial, ketiduran lagi.

"Kamu denger mami ngomong gak sih?!" omel mami.

"Iya, mi. Ash pulang sekarang," ucap gue.

"Emangnya kamu–,"

Tut...tut...tut...

Katakan gue durhaka, tapi gue bener-bener bosen sama omelan mami. Setiap gue ketiduran di sini, mami pasti selalu marah-marah.

Gue pun berdiri dan berjalan ke depan cafe buat nyari taksi untuk pulang. Semoga jalanan macet. Jadi gue bisa ngulur waktu buat denger omelan mami, papi, sama Calum kalo dia ada di rumah.

***

Gak tau apa yang buat gue malah berhenti di depan gedung indomaret deket rumah ini. Tiba-tiba aja gue memberhentikan taksi yang gue tumpangi di depan indomaret.

Gue memasuki toko ini. Seketika memori pertama kali ketemu Harry berputar.

Gue menggelengkan kepala. Gak! Gue gak boleh mikirin dia lagi. Ayo, Ash. It's time to move on!

Berjalan mengelilingi rak-rak yang ada di sini, gue pun berhenti saat melihat sebuah stiker. Berbentuk hati yang penuh. Bukan setengah kayak di ponsel gue.

Entah ada angin apa, gue mengambil stiker tersebut dan membawanya ke kasir.

"Totalnya jadi dua puluh ribu," ucap sang pegawai.

Stiker sebiji, harganya mahal amat.

Tak urung, gue mengeluarkan uang dari dompet. Agak susah sih, soalnya uang gue recehan semua.

Setelah kekumpul dua puluh ribu, si pegawai pun memberikan stikernya. Tapi beserta sebuah kotak beludru merah

"Loh? Ini kotak apa, Mas? Saya gak beli ini," ucap gue sambil memperhatikan kotak itu.

Gue mendongak menatap pegawainya.

Deg.

Kenapa pegawainya berubah?

I mean, bukan berubah kayak power ranger. Tapi berubah wujudnya jadi Harry.

Ini beneran Harry atau bukan?

"Aw!" erang gue saat gue mencoba buat cubit tangan.

Ini nyata. Harry di depan gue. Dengan senyumnya yang dulu. Bedanya rambutnya jadi panjang kayak gue.

Tanpa sadar, Harry udah berjalan keluar kasir menuju gue.

"Hai, Ash."

Sial. Di saat kayak gini dia gak masang muka bersalah.

Gue masih menatap Harry dalam diam, sampe satu suara membuyarkan tatapan gue.

"Papi!" panggil seorang anak kecil yang tiba-tiba datang dari luar. Diikuti seorang cewek cantik, bule.

Anak tersebut naik ke gendongan Harry.

Papi? Harry udah punya anak?

"Hai, David. Kok kamu datengnya telat?" tanya Harry.

Indomaret // Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang