2. SORRY MAMA

369 75 9
                                    

"Selamat ulang tahun Sky." Emma memberikan ciuman pada bibir Skylar yang langsung direspon baik oleh pemuda itu.

AndroG03 yang tadinya berdiri di sebelah Skylar langsung menyingkir dan mengabadikan momen mesra itu dengan mengambil beberapa gambar melalui kedipan matanya.

"Romantis! Aku juga ingin memiliki pacar." Candanya.

Lanee memasuki ruangan itu. "Carilah gadis di luar sana yang mau membelimu untuk dijadikan pacarnya Andro." Sahutnya sambil memberi tepuk tangan kecil setelah Skylar dan Emma mengakhiri aksi manis mereka. "Hmm.. kalian semakin romantis."

"Itu wajar untuk kekasih secantik Emma." Jawab Skylar menggandeng tangan Emma erat.

"Berhenti menggombal Sky," Emma melepaskan gandengan mereka dan mengangkat sebuah tart strawbery yang di atasnya tertancap lilin berbentuk angka tujuh belas. "Sekarang, buat permohonan dan tiup lilinnya." Ujar gadis itu mendekatkannya pada Skylar.

Skylar terdiam sejenak, pemuda tinggi berkulit putih itu memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya membukanya kembali dan segera meniup lilin disusul tepuk tangan oleh yang lain.

"Ngomong-ngomong.. " Emma meletakkan kue tersebut kembali ke atas meja yang penuh dengan beberapa hadiah. ".. Apa yang kau inginkan tadi? Boleh kami tahu, sayang?"

"Aku menginginkan...-"

"Menginginkan kursi terbang yang bisa membuatmu duduk di atas awan?" Sela AndroG03 tiba-tiba dengan menoleh ke arah jendela di mana langit malam tengah dihiasi bintang-bintang.

"Uhm.. Tidak, bukan itu." Jawab Skylar. "Aku cuma menginginkan..."

"Android anjing yang bisa menggonggong dalam air? Itu sedang tren untuk dipelihara sekarang."

"Tidak Andro."

"Hmm.. Kalau begitu kau pasti menginginkan kamera yang jarak bidiknya bisa sampai ke satelit galaksi kita yakni awan magelan yang jauhnya...-"

"Andro, bisakah kau diam?" Sela Lanee pada humanoid itu.

"Maaf."

"Lanjutkan Sky,"

Skylar memandang ke arah gambar yang ada di dinding, coretan tangan NC tentang Erika yang terlihat sangat cantik menghias di sana. "Aku.. Aku menginginkan...-"

"Sky?" Emma membelai wajah Skylar.

Skylar kembali berpaling pada gadis itu. "Ah, aku cuma menginginkan... Es krim."

"Es krim?"

"Ya, es krim. Aku ingin es krim yang pernah kita makan tepat sebelum aku diculik dulu, gunung es krim itu." Skylar tersenyum, menutup sesuatu yang mulai mengganggunya. Hal lain yang terus saja berputar-putar di pikirannya sekarang.

Lanee memberi komentar. "Es krim bisa membuatmu gemuk Sky, aku tak mau yang kuteliti di sini hanya timbunan lemak." Wanita itu mengangkat tart manis di meja dan hendak memindahkannya. "Oke anak-anak.. Pestanya sudah selesai, Skylar harus kembali, dia harus menjalani pemeriksaan hariannya. Maaf."

Emma menarik wajah Skylar kembali berpaling padanya, berbisik ke telinga pemuda itu sambil memeluknya. "Tidak apa-apa Sky, di kunjunganku berikutnya akan kubawakan kau gunung es krim itu. Kau bisa makan sampai kenyang, jangan dengarkan Dr. Lanee." Gadis itu melanjutkannya dengan mencium bibir Skylar, kali ini lebih panas.

AndroG03 langsung berkedip beberapa kali mengambil gambar mereka, namun sayang karena terlalu bersemangat ia lupa mengaktifkan mode kamera.

--

"Aku tahu sebenarnya kau tidak menginginkan es krim." Kata Lanee setelah kini ia hanya berdua saja dengan Skylar. Wanita itu sibuk menyiapkan jarum suntik. "Ini soal ibumu kan? Erika Holm yang baru saja bebas dari masa hukumannya dan tetap tak ingin menemui atau bahkan sekedar berbicara denganmu itu?"

"Ya," Skylar menundukkan kepala. "Aku ingin dia segera memaafkanku,"

"Setelah ini cobalah menghubunginya lagi, siapa tahu dia sedikit melembutkan hatinya mengingat ini adalah hari ulang tahunmu."

"Aku tak yakin."

"Cobalah, bagaimana pun kini hanya kau yang dia punya. Kau satu-satunya putranya, satu-satunya yang sebenarnya pasti masih ia harapkan, rayu ibumu."

"Gara-gara aku NC tewas. Erika sangat mencintainya, harapannya hilang."

"Sky.."

"Aku tak tahu bagaimana menebusnya, andai saja waktu itu aku tak pergi dari rumah dan bertemu dengan anggota Red Hawk, sekarang NC pasti masih hidup."

"Tidak, sekarang dia juga sudah mati." Lanee menghampiri Skylar dengan membawa jarum suntiknya.

"Mati?"

"Ya, mati. NC0012, saat ini dia juga pasti tetap mati. Saat kejadian itu prediksi usianya hanya tinggal sekitar dua tahun lagi, dan sekarang sudah tahun ketiga. Kakakmu tak bisa hidup lewat dari usia dua puluh tahun Sky, dia lemah." Lanee menarik sedikit lengan baju Skylar dan langsung menusuk kulit remaja itu dengan jarum suntiknya selama beberapa saat sebelum ia mencabutnya lagi. "Oke, sudah selesai. Sekarang pergilah ke laboratorium utama untuk melihat bagaimana reaksi tubuhmu." Lanee membereskan barang-barangnya. "Soal ibumu, aku akan mencoba membantumu dengan berbicara dengannya selepas jam kerja besok."

"Jangan, tak perlu. Jangan menemuinya."

"Kenapa? Anggap saja usaha ini adalah hadiah ulang tahunku untukmu. Kupastikan hatinya akan melunak padamu."

"Dia tak akan mendengarmu Dr. Lanee." Skylar berdiri dari kursinya. "Seperti dulu, dia justru hanya akan mencacimu, mengatakan kalau kau, pemerintah, merebut anak-anaknya dan menjebloskannya ke rumah tahanan selama beberapa tahun."

"Jika dengan mencaciku akan membuatnya lebih baik, silahkan. Aku yakin itu segera mereda dan hatinya akan jadi puas. Lalu, dia akan bisa berpikir jernih kalau dia terus bersikap seperti ini dia juga akan kehilangan apa yang tersisa dalam hidupnya, yakni kau.. Skylar Holm."

*****

"Lebih baik aku tak pernah memiliki kalian berdua jika akhirnya harus kehilangan seperti ini." Hampir satu jam Erika cuma berdiri di hamparan tanah pemakaman itu sambil memandangi nisan yang bertuliskan Nicholas Holm. Wanita itu ingat pertama kali ia menerima kabar bahwa NC telah terbunuh oleh Red Hawk, ia sangat histeris malam itu. Belum juga ia menyusul ke tempat kejadian, anggota SLP mendatanginya dan menyuruhnya ikut untuk menjalani interogasi yang berujung membahas soal identitas Skylar.

Erika meneteskan air matanya, ia tak tahu kejadiannya akan berakhir seperti ini. Nicholas pergi, dan Skylar seperti menghianatinya dengan bergabung pada projek pemerintah menggantikan kakaknya. Ia merasa bodoh tak bisa menahan kedua putranya itu agar tetap bersamanya, tetap tinggal, tetap berkumpul layaknya keluarga, tetap hidup.

"Maafkan ibu Nicholas." Erika mengusap air matanya. Batu nisan keabuan itu entah mengapa seakan memakinya, membuat hatinya makin sakit.

"Jangan selalu menyalahkan diri sendiri nyonya Holm." Sapa seorang gadis tiba-tiba mengejutkannya.

Erika segera berpaling padanya, dan gadis berambut blonde itu tersenyum sambil berjalan mendekat. "Kepergiannya bukanlah akhir, dia di tempat yang lebih baik sekarang. Dan anda juga telah melakukan yang terbaik untuk menjaga anak-anak anda." Gadis itu meletakkan seikat bunga di bawah nisan NC.

"Siapa kau?" Tanya Erika.

"Aku teman Nicholas saat dia berada di luar Laboratorium. Aku pernah membantunya beberapa kali." Ujar gadis itu tiba-tiba mengulurkan tangan pada Erika. "Perkenalkan, namaku Reese, tapi dulu Nicholas lebih mengenalku dengan nama Red."

-

THE Y 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang