...
Pagi itu, Abby memberanikan diri masuk ke ruang senam yang dikhususkan untuk wanita-wanita hamil. Sembari memeluk matras yang ia bawa sendiri dari rumah, ia berjalan mendekati seorang instruktur senam dengan malu-malu ketika wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan itu menyapa dan menyuruhnya segera bergabung.
"Ini dia, anggota baru kita." Kata wanita itu sambil tersenyum ramah pada wanita-wanita lain di sana. Ia lalu berpaling lagi pada Abby. "Namaku Emily. Aku akan membantumu sehat untuk.." Ia mengusap perut Abby. "Untuk gadis cantik di dalam sini."
"Dia bukan gadis!" Sela Abby spontan.
"Apa?"
"Ahm.. Maksudku, ya.. Dia bukan gadis sembarangan. Dia gadis yang... Yang Sangat spesial untukku." Kata Abby sambil tercengir.
Semua wanita di sana tertawa. "Yah.. Begitulah kesan pertama. Semua bayi kita sangatlah spesial." Ujar Emily.
"Kesan pertama?"
"Anak pertama."
"Oh.."
"Hai gadis muda, berapa usiamu?!" Seorang wanita agak tambun yang berada di baris paling belakang tiba-tiba bertanya.
Jujur pertanyaan itu membuat Abby sedikit tidak nyaman. "Usiaku.. Sembilan belas."
"Sembilan belas?!"
"Ya,"
"Kenapa kau memutuskan untuk hamil? Kau masih sangat muda!" Sahut wanita lain yang berada paling pojok, wajahnya lebih garang dari si wanita pertama.
"Itu.. Aku.."
"Kau bisa menghabiskan cadangan kehidupan negara ini." Celetuk yang lainnya.
Cadangan kehidupan? Ya Abby pernah dengar berita kalau cadangan kehidupan atau cadangan sperma yang dibekukan milik Eden turun semakin drastis beberapa tahun belakangan ini. Bukan hanya di Eden sebenarnya, bahkan negara tetangga harus mengimpor cadangan tersebut dengan harga tinggi.
"Dia pasti putri konglomerat. Usia sembilan belas tahun tapi sudah hamil. Dia akan dikenai pajak yang tinggi." Bisik wanita yang berada paling depan pada temannya.
"Kenapa dia tidak melanjutkan sekolah saja."
"Kubilang dia anak konglomerat. Dia bebas lakukan apapun, bahkan untuk menghabiskan sperma negara ini."
"Harusnya dia membeli humanoid saja." Sambung mereka yang tanpa sadar terus terdengar ke telinga Abby.
Emily menepuk kedua tangan untuk kembali merebut fokus mereka. "Tidak ada salahnya jika dia memilih untuk hamil di usia muda." Ujarnya. "Kudengar projek pemerintah soal kehadiran kembali bayi laki-laki akan menemukan lampu hijau, cepat atau lambat kita akan memiliki kembali bayi laki-laki yang dikemudian hari bisa membantu kita menghadapi kepunahan masal umat manusia." Emily berpaling pada Abby. "Usia sembilan belas adalah usia minimum kau diperbolehkan hamil di negara ini. Yang terpenting, diusia mudamu itu kau harus bertanggung jawab atas bayi manis di dalam sini." Sekali lagi Emily dengan lembut mengusap perut Abby.
"Terimakasih. Aku akan merawatnya dengan baik, sangat sangat dan sangat baik!" Jawab Abby. 'Lalu akan menjadikanya kekasih..'
******
Cahaya matahari pagi terasa agak menyilaukan ketika Skylar mulai membuka matanya. Perlahan remaja itu lalu bangun dan duduk sejenak di sana, di sebuah ranjang yang sangat nyaman. Di rumahnya? Bukan. Skylar merasa ia tak pernah mengetahui tempat itu.
Sembari mengumpulkan fokusnya tentang di mana sekarang ia berada, apakah ia pernah berkunjung di sini atau tidak, Skylar berdiri dan beranjak keluar. Seingatnya, semalam ia pulang untuk menemui Erika, di rumah, ia masuk ke dalam setelah pintu terbuka, dan.. Ia melihat Red?
'Red sudah mati.'
Skylar yakin yang ia lihat adalah Red. Namun, bagaimana bisa? Red tewas dibunuh oleh kakaknya tiga tahun lalu. NC menusuk salah satu mata anak itu dengan patahan busur, sangat fatal, tak mungkin ia bisa selamat. Atau.. Apa mungkin ia hanya bermimpi? Namun jika itu mimpi, kenapa ia kini berada di tempat asing ini?
"Aku baru membeli rumah ini dengan uang warisan nenekmu." Ujar seorang wanita tiba-tiba ketika Skylar baru saja menuruni tangga.
"Ibu?"
Erika berjalan menghampirinya dan memberi kecupan di pipi Skylar. "Hi nak, selamat pagi. Kau sudah tumbuh lebih tinggi dariku sekarang." Wanita itu tersenyum, tampak senang.
"Ibu.. " Jujur Skylar agak terkejut dengan sikap Erika yang hangat, sebelumnya bahkan ia tak mau bicara dengannya. Tapi sekarang..
"Kau mau kubuatkan sarapan? Kau tak rindu masakanku?" Tanya Erika lagi. Ia mengambil pisau dan daging.
"Ibu.. Apa yang terja..-"
"Kau harus banyak makan. Badanmu sangat lemah, kau pingsan semalam. Untung teman lama Nicholas menemukanmu."
"Teman Nicholas?"
"Ya, dia menyelamatkanmu."
"Siapa?" Pikiran Skylar beralih pada sosok Red.
"Wah.. Kau sudah bangun Sky?" Sapa seseorang tiba-tiba memasuki ruangan dengan menikmati sebuah apel. Seorang gadis blonde yang wajahnya cukup tak asing.
"Red?!" Benar! Dia memang Red yang ia temui semalam.
"Hi, lama tak bertemu." Red melambaikan tangan.
"Kau.."
"Ada apa denganmu? Kau sakit? Aku menemukanmu pingsan. Badanmu dingin, kuharap orang-orang di Laboratorium memperlakukanmu dengan baik selama ini." Ujar Red dengan santai melempar-lempar apelnya.
"Kalian mengobrolah.. Aku ingin mengambil susu yang kupesan. Harusnya sudah datang." Erika keluar dari sana.
Skylar mengepalkan tangan. Jujur ini sangat mengejutkan. Red, ia harusnya tidak di sini, dia sudah mati.
"Aku belum mati Sky. Jangan berpikir hal yang menyeramkan tentangku." Ujar Red seakan tahu isi kepala Skylar. Ia mendekat. "Kau mau sarapan apa pagi ini? Masakan ibumu sangat lezat. Aku mencicipinya kemarin. Dia pandai memasak."
Skylar cuma diam, entah kenapa semua peristiwa yang terjadi di arena gulat tiga tahun lalu itu muncul di ingatannya, ia memang tak melihat langsung bagaimana NC tumbang karena Red saat itu, namun ia tahu benar bahwa kepergian kakaknya adalah ulah remaja di depannya itu, dan Skylar merasa sakit setiap kali terbesit di kepalanya.
"Hai, kenapa diam saja? Kau terkejut sekali?" Red menjentikkan jari di hadapan Skylar. "Hmm.. Kau pasti sedang memikirkan kakakmu, bagaimana kabarnya di surga? Kuharap dia masuk surga." Red tertawa.
Tanpa Red sadari apa yang akan dilakukan Skylar, tangan Skylar sontak menyabet pisau yang tadi diletakkan Erika dan langsung menghujamkannya ke arah Red. Namun dengan sigap Red menghentikannya, menahan tangan Skylar.
"Wow santai nona.." Ujar Red. Namun Skylar menekan lebih kuat hingga mereka terjatuh.
"Aku akan membalasmu sialan!" Kata Skylar menindih dan menekan terus pisaunya pada Red.
Ujung benda itu hampir menyentuh kulit leher Red ketika tiba-tiba Erika datang.
"SKYLAR!" Serunya terkejut sembari menjatuhkan beberapa botol susu ke lantai.
Sontak fokus Skylar pun terpecah, dan Red segera memanfaatkan kelengahan tersebut. Ia mendorong Skylar ganti ke lantai, kemudian ia bangun dan menduduki perut remaja itu. Kini keadaan menjadi berbalik, namun Skylar tetap mempertahankan pisaunya.
Red mencengkram makin kuat pergelangan tangan Skylar, terutama yang menggenggam pisau. Kemudian, seakan terlihat menenangkannya, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Skylar, berbisik. "Jangan melawanku. Kau mau aku meledakkan kepala ibumu?"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y 2
FantasyNC0012, pemuda yang dulu pernah hidup saat kaum pria telah punah kini baru dibangkitkan dari kematiannya dan harus berhadapan dengan kelompok yang menentang projek pemerintah tentang kelahiran kembali bayi laki-laki. Humanoid yang dulu pernah menjad...