21 NOT A BIG MISTAKE

166 32 2
                                    


...

"Dia gila! Dia tak harusnya lakukan itu!" Seru Carrie kesal ketika ia dan Abby baru saja tiba di rumah.

Abby menjatuhkan diri duduk di kursi, matanya sembab karena bekas menangis. "Aku tak sangka Regina akan setega itu-lagi."

"Dia terobsesi dengan NC."

"Dia terobsesi dengan ilmu pengetahuannya. Dan NC cuma tikus laboratoriumnya."

Carrie tertawa. "Hah.. Paling tidak dia sudah kalah jauh dengan Red Hawk."

"Kalah jauh?"

"Yup, Regina sudah kalah dengan Red Hawk. Lihatlah, Red Hawk berhasil membuat NC bangun dari kematiannya, sedangkan dia?" Ia melirik perut Abby.

"Kau benar." Jawab Abby sambil memperhatikan kakaknya yang kemudian berjalan menuju dapur, mengambil segelas air. "Tapi, ini semua gara-gara kau. Bukan soal Red Hawk dan Regina, tapi soal kejadian tadi pagi. Kau menusuk NC hingga kita harus membawanya ke tempat Regina."

Carrie menghampiri adiknya. "Ide membawanya ke Regina itu adalah idemu."

"Jika kau tak menusuknya aku takkan berpikir begitu. Kita akan baik-baik saja sekarang, dia akan ada di sini, tidak kembali terkurung di Laboratorium dan menjadi tikus percobaan Regina."

"Dia bukan tikus percobaan, dia cuma objek penelitian. Tidak ada uji coba untuknya lagi, mungkin. Dan hei! Jangan menyalahkanku no-na San-ders."

"Aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya.. mengakui kehebatan tingkahmu. Andai kau bisa mengendalikan sikapmu lebih lembut, dasar berandal." Gumam Abby.

Mendengar itu, Carrie meletakkan gelasnya ke meja dengan kasar. "Berandal? Kau bilang aku berandal?!"

"Aku memujimu." Jawab Abby.

"Abby!" Bentak Carrie. Rasanya tak terima mendengar Abby memanggilnya seperti itu, ini semua cuma ketidaksengajaan. Carrie hampir balik membalas ucapan Abby ketika mendadak suara alat komunikasi Abby terdengar lebih dulu.

Abby berdiri. "Tunggu sebentar." Ia memberi isyarat pada kakaknya untuk diam.

Abby membuka rekaman panggilan video yang tak sempat ia lihat. Mungkin itu dari Regina yang berubah pikiran, tapi ternyata bukan.

"Ini dari Tina." Kata Abby pada Carrie yang terlihat penasaran.

Dengan berat hati, Abby memutar video itu. Tina mengiriminya banyak sekali pesan dan panggilan sejak kemarin dan tak satu pun sempat ia respon.

"Abby, bagus kau akhirnya melihat pesan video ini." Kata Tina sambil berlatih golf yang Abby dan Carrie tahu itu adalah Driving Range pribadi milik keluaga Morales. Tak jauh dari Tina ada sebuah humanoid pria berambut blonde yang juga sedang asik berlatih memukul bola.

Tina menghampiri humanoid itu dan menghentikan keasikannya. Tangannya merayap membelai rambut humanoid tersebut yang direspon baik oleh pemuda robotik itu. "Abby, kau akan datang ke pesta reuni yang kuadakan itu kan? Pestanya besok, jika kau tak lupa."

Abby yang kesal dengan panggilan yang menurutnya tak penting itu hampir mematikan video tersebut. Namun Carrie menahannya ketika melihat humanoid milik Tina.

"Itu baru?" Terlihat sekali.

"Datanglah," Ujar Tina. "Dan, jangan lupa bawa humanoidmu juga. Banyak orang bilang kau masih sendiri sekarang, masih tak memiliki humanoid, tapi aku tak percaya itu. Kau sudah berubah, kau pasti punya paling tidak satu. Benarkan?" Tina tertawa meledek.

Abby tak tahan, namun Carrie terus menghentikan tangan Abby yang hampir mengakhiri pesan Tina. Humanoidnya tampan. Sayang untuk dilewatkan.

"Kau mau humanoidku?" Kata Tina seakan tahu respon Carrie.

"Hah, apa?" Carrie agak kaget.

"Untukmu Abby." Tina memandangi humanoidnya. "Namanya Jack, dia humanoid yang baru kubeli beberapa hari lalu, aku bahkan belum mengaktifkannya menjadi kekasihku. Dia masih bebas. Jika kau mau, dan jika kau memang masih menjomblo," Tina terkikik sebentar. "Datanglah ke pestaku lebih awal, dia akan kuberikan padamu, gratis, asalkan kau.. Mau menurunkan egomu dan bergabung dengan kelompokku."

Abby sontak mematikan pesan video itu, dengan kesal kemudian berjalan menuju kamarnya.

"Hei, tunggu, gadis gila itu baru saja mau memberimu humanoid?" Kata Carrie.

"Tak perlu mengurusi hal tak penting."

"Tak penting? Tapi itu humanoid, apa si brengsek itu bersungguh-sungguh?" Carrie mengejar langkah Abby. "Kau harus memutar kembali videonya, cepat!"

"Sudahlah. Dia cuma ingin merendahkan ku."

"Merendahkanmu dengan robot? Itu bagus, kita bisa menjualnya, atau.. Atau menguji seberapa jantan mesin itu." Carrie mulai membayangkan hal yang nakal.

"Bisakah kau tidak mengurusi hal receh? Kau ingin aku menjadi pesuruh di kelompoknya?!"

"Pesuruh? Dia memintamu bergabung dengan kawanan gilanya,"

"Dia cuma membutuhkan seorang budak. Jangan tergiur iming-imingannya. Dia gila, kau sendiri yang mengatakan itu." Abby menaiki tangga.

Carrie berhenti, memperhatikan sejenak adiknya. "Lalu, apa yang akan kau lakukan untuk hari-harimu ke depan? Apa kau masih memikirkan soal NC? Tidak ada harapan untuk kalian, Regina sudah mendapatkannya."

Abby berhenti, menarik dan menghembuskan nafas panjang. "Apa kita tidak bisa menyelamatkannya?"

"Itu tak masuk akal." Carrie duduk di salah satu anak tangga. "Meski bukan terhitung laboratorium resmi milik pemerintah, tapi Regina memiliki segalanya. Jangan berpikir untuk dengan mudah mendapatkan NC kembali. Kau tetap harus memiliki kekasih, atau.. Menunggu bayi di perutmu itu lahir dan tumbuh dewasa untuk kau jadikan kekasih agar tak terus dipermalukan. Tapi itu agak sedikit lama, kau juga harus menyusuinya dulu, mungkin, membiarkannya meremas payudaramu dengan gusinya.. Ouh..." Kata Carrie.

Abby tak menyimak benar ocehan kakaknya, hanya terngiang kata-katanya di awal. "Laboratorium tak resmi." Abby mengulang kata-kata itu, berpikir sejenak. "Laboratorium tak resmi. Itu dia! Kita tak perlu berurusan lebih parah seperti sebelumnya dengan laboratorium milik pemerintah jika menghadapi Regina, dia hanya.. Regina. Laboratorium tak resmi."

"Lalu kau mau apa? Menyelamatkan pangeranmu dari tangan si penyihir Re-gi-na? Menyelinap, membobol ke gedung itu dan mengeluarkan NC dari sana? Lalu setelah bebas, kau dan NC bersama-sama akan menyelamatkan Skylar dari tangan Red Hawk? Kau akan seberani itu melakukan aksi saling menyelamatkan? Wow, heroik sekali, tapi.." Carrie berdeham agar suaranya terdengar lebih jelas. "Tapi itu mustahil, idiot."

"Aku tidak bilang akan membobol, atau menyelinap ke gedung laboratorium Regina. Lagi pula aku sedang hamil."

"Lalu?"

Abby duduk di sebelah kakaknya, wajahnya mendadak berseri seakan ide muncul di kepalanya. "Aku hanya akan.. Memberikan sesuatu untuknya."

"Apa?"

"An..caman."

"Ancaman? Ancaman apa? Kau tidak punya apapun untuk menakuti Regina. Berhenti menjadi bodoh!" Kata Carrie.

Tak menggubris ujaran Carrie, Abby menyalakan lagi alat komunikasinya, memberi pesan chat pada Tina.

'Hi Tina, ya, aku akan datang ke pestamu besok. PERGI DENGAN-KEKASIHKU, PERSETAN DENGAN HUMANOIDMU!'

*******






THE Y 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang