17 NUMBER TWO

179 37 5
                                    


...

Malam itu, di balkon rumah yang langsung menghadap ke padang hijau daerah itu, Erika sedang sibuk mengurus seekor kucing savannah yang dibawa Skylar sebagai hadiah untuknya beberapa waktu lalu.

Ini pertama kali Erika akhirnya memiliki seekor kucing sungguhan setelah ia berjanji pada putranya untuk tidak memelihara mahkluk berbulu itu. Sejak Skylar kecil, Skylar kesulitan menghadapi traumanya tentang kucing. Cakaran dan gigitan saat ia berusia lima tahun berdampak dalam pada Skylar.

"Ia berjuang keras untuk mendapatkan perhatianku." Kata Erika ketika menyadari seseorang mendekatinya, Red yang mulai menyinggung soal binatang bertotol itu.

Red duduk di kursi di dekat sana, tangannya meraih salah satu mainan kucing yakni bola mungil dan memain-mainkannya. "Skylar sangat menyayangi anda." Katanya.

"Ya, dan juga gigih." Erika menyisir bulu pendek kucing itu.

Mereka kemudian terdiam sejenak, sebenarnya cukup canggung mengingat Erika memergoki apa yang dilakukan Red pada Skylar di ruang bawah tanah itu, ciuman itu. Ia tak tahu harus memulai dari mana, apakah itu paksaan mengingat Skylar selalu acuh pada Red. Atau Skylar justru menikmatinya? Terbawa suasana? Red gadis yang cantik, dan dia juga selalu bersikap manis.

"Soal tadi, kami berciuman... -" Red yang memulai topik itu.

Erika tak sabar. "Apa kau menjalin hubungan istimewa dengan anakku?" Tanyanya.

"Kami cuma.. Cuma.." Red diam, tak melanjutkan.

"Jangan malu-malu." Sahut Erika. "Paling tidak aku tahu alasanmu membantuku hingga ke titik ini. Apa kalian dalam suatu hubungan di luar pertemanan?"

Red tak memberi jawaban apapun untuk sementara waktu. Namun kemudian dia menjawab dengan nada pelan layaknya seorang gadis mengutarakan perasaannya tentang teman lelakinya. "Kami masih dalam hubungan pertemanan. Tapi, ya, aku menganggapnya lebih dari itu, aku menyukai Skylar. Menyukainya sejak pertama kali melihatnya."

Erika menarik nafas panjang. "Wow, bagus. Drama anak remaja yang menarik. Tapi, kalau boleh aku memberi saran, jangan berharap banyak pada Skylar. Anakku menyukai orang lain, gadis lain, dan mungkin saat ini mereka sudah berpacaran."

"Aku tahu." Kata Red. "Dia Emma, Emma Hale. Gadis yang juga teman masa kecil Skylar bukan?"

Erika berpaling pada Red. "Kau tahu banyak soal Skylar."

"Kubilang aku menyukainya."

"Kau terlalu merepotkan diri untuk anak laki-laki, aku tak tahu apa yang akan dipikirkan ibumu." Erika kembali fokus dengan kucingnya. "Oh ya, bicara soal ibumu. Bagaimana dia sekarang? Kurasa lebih baik kau pulang saja ke rumah, dia pasti mencarimu. Aku dan Skylar sudah berbaikan, dan dia di sini sekarang, soal dia menjadi anak perempuan atau tidak, aku akan mengurusnya, kau jangan terlalu jauh terlibat dengan ini. Jika ketahuan, kau akan berurusan dengan negara, dengan para tetua. Kau cuma remaja, masa depanmu masih panjang, jangan hancurkan hanya gara-gara anak lelaki." Kata Erika.

Red tak tahu kenapa tiba-tiba Erika mengatakan itu. "Tapi Nyonya Holm, rasa sukaku..-"

"Jangan menyukainya, seperti yang kubilang tadi, jangan berharap banyak, berhentilah sampai di sini." Erika melepas sarung tangannya, kemudian beranjak pergi dari sana meninggalkan Red sendiri.

Untuk sejenak setelah Erika tak di sana, Red hanya bisa diam. Perkataan terakhir Erika, 'Jangan menyukainya?'  sontak mengganggu pikirannya. Apa itu? Apa Erika baru saja menolaknya? Jelas.

Red mengepalkan tangan, hatinya seperti meletup. Erika tak seharusnya bicara seperti itu, harusnya ia mendukung dirinya untuk bersama dengan Skylar. Erika terlalu cepat membuat keputusan.

THE Y 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang