16 THE EVIL KISS

227 38 3
                                    

-

"Abby tidak punya kekasih." Kata Tina meneguk minumannya yang baru disodorkan oleh sebuah robot bartender di bar itu. Gadis itu tertawa bahagia mengingat teman lamanya tersebut. "Ya, Abby tak mungkin punya pacar. Dia itu cuma kaum kelas bawah, semua dana yang ia punya habis untuk membiayai pendidikannya, jadi dia tak mungkin mampu membeli sebuah pemuda."

Salah satu teman Tina, yang mengenakan pakaian lebih terbuka memesan sebotol penuh bir. "Benar. Terakhir aku melihatnya dia cuma mahasiswi jomblo yang selalu jalan sendirian. Dia menyedihkan."

"Dia memang lebih cantik sekarang, dia keren, tapi sayang nasibnya sangat buruk sampai-sampai tak mampu membeli humanoid." Sahut gadis lain sambil tertawa, disusul oleh tawa Tina dan satu teman lainnya.

Suara mereka seolah beradu dengan kencangnya musik di bar bawah tanah itu. Tempat yang menjadi langganan kaum elit menghabiskan malam sembari melihat indahnya gemerlap suasana bawah tanah kota Sythelhunts.

Bukan cuma ada club malam dan bar itu saja, namun juga beberapa gedung teater, gedung pusat perbelanjaan malam, dan yang paling sering dikunjungi, sebuah pusat perjudian terbesar di Eden di mana para sosialita kelas atas sering menghabiskan banyak dana mereka untuk bermain di sana. Banyak orang menyebut kota bawah tanah Sythelhunts lebih seru ketimbang Sythelhunts di permukaan atas yang cuma dipenuhi oleh gedung-gedung perkantoran dan pusat pendidikan seperti sekolah dan universitas.

"Besok, kita lihat bagaimana dia akan menghadiri pesta reuni yang kau adakan itu." Ujar teman Tina.

"Tentu saja dia akan datang sendirian." Sahut gadis yang lain.

Tina meneneguk minumannya hingga habis. "Jika dia mau, sebenarnya aku bisa memberikan salah satu humanoid ku padanya sehingga dia tak terlalu terlihat menyedihkan." Kata Tina sembari memandang ke beberapa robot pria yang berada tak jauh dari mereka.

Ada sekitar tiga buah di sana. Yang satu adalah humanoid pria kulit putih yang sedang menjadi DJ di tempat itu, yang sesekali memandang Tina pemiliknya sambil melambaikan tangan. Sementara yang satu lagi adalah humanoid yang juga tiruan pemuda ras Caucasian yang menjadi mainan para gadis-gadis lain yang berkunjung di sana, dan satu lagi adalah Paul, humanoid kulit hitam yang Tina beli tiga tahun lalu yang kini tengah duduk sendiri beberapa meter dari tempat Tina dan teman-temannya mengobrol. Layaknya manusia yang menanti kekasihnya asik berbincang, Paul cuma menghabiskan waktunya dengan minumannya dan menikmati suasana malam itu.

"Kau akan memberikan satu humanoidmu?" Tanya teman Tina tak percaya.

"Yup, asalkan dia mau memohon padaku. Entahlah, mungkin dengan menurunkan egonya dan berbicara sopan layaknya seorang bawahan padaku untuk seterusnya." Tina tersenyum licik.

"Bawahan? Kau cerdas Tina. Aku harap dia bahkan akan berlutut untuk mendapatkan sebuah kekasih." Kata teman Tina. "Ngomong-ngomong, siapa yang akan kau berikan pada Abby jika dia benar-benar melakukannya?"

Tina berpaling pada Jack, humanoid kulit putih yang saat itu asik bermain musik DJ. Jack adalah humanoid yang Tina beli dengan harga paling rendah diantara humanoid lain yang ia punya. "Jack kubeli sekitar dua hari lalu. Jadi aku belum sempat menyetelnya untuk menjadi kekasihku."

"Jack?" Teman-teman Tina menoleh ke arah DJ robotik yang sedang asik mengguncang tempat itu dengan musik.

Jack memiliki tinggi badan sekitar seratus delapan puluh lima centimeter, rambutnya blonde dan matanya berwarna biru.

"Meski Jack adalah humanoidmu dengan kualitas paling rendah, tapi kupikir dia masih terlalu bagus untuk Abby. Setidaknya dia barang baru."

"Abby akan menukarnya dengan harga diri." Ujar Tina. "Dia tak punya pilihan."

THE Y 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang