24. BOOM!

149 32 5
                                    

Red mengencangkan suaranya seiring langkah Skylar yang makin jauh meninggalkan tempat itu. "Bagaimana jika aku menceritakan padamu tentang KAKAKMU YANG TERNYATA MASIH HIDUP DAN BERGABUNG DENGAN RED HAWK UNTUK MENCULIKMU?"

Skylar seketika menghentikan langkahnya.

'Bagus.' Red tersenyum terutama ketika Skylar berbalik dan menoleh kembali padanya

"Apa katamu?"

Red berjalan santai mendekat ke remaja itu sembari tersenyum lebar, wajahnya berbinar. "Kubilang, kakakmu.. Masih-hidup, dan bergabung dengan Red Hawk untuk menculikmu." Ulang Red lagi.

Skylar mengepalkan tangan, ingin sekali meninju wajah Red mendengar remaja itu membawa-bawa soal Nicholas. "Jangan bicara sembarangan tentang kakakku." Ia berbalik lagi, pergi dari sana, namun sekali lagi Red dengan ucapannya seakan melempar tali ke kaki Skylar untuk tidak meninggalkan tempat itu.

"Aku tidak bicara sembarangan. Kakakmu benar-benar masih hidup, Nicholas, dia hidup dan pernah bersamaku untuk memburumu." Red berhenti tepat di balik punggung Skylar, sementara Skylar entah mengapa menjadi mematung di tempatnya. Nicholas sudah mati, apa yang coba disampaikan Red?! Dia ingin berbohong?

"Aku tidak bohong. Aku mengatakan yang sebenarnya. Bahwa kakakmu kembali bernafas dan entah ada di mana saat ini.. Dia mencarimu." Red berada sangat dekat hingga seakan bisa mengendus aroma belakang leher Skylar, perlahan mendekatkan wajahnya, hendak mengecup leher itu yang terlihat sangat menggairahkan baginya. Leher anak lelaki sungguhan, sangat cantik, dan harum.

Skylar berbalik, seketika Red menghentikan niatnya, namun wajah mereka sudah terlampau dekat hingga seperti akan berciuman.

"Nicholas sudah dimakamkan. Dia sudah mati. Bukti apa yang ingin kau tunjukkan untuk membenarkan ucapanmu?" Tegas Skylar.

Red diam sesaat, mengamati wajah Skylar yang berada sangat dekat dengannya itu. Paras elok yang tersorot sinar rembulan di mana terlihat makin menarik untuknya. Skylar punya mata bening yang bagus, kulit yang bersih serta hidung mancung yang indah. Dan hei, tak lupa bibir itu, bibir tipis Skylar yang kemerahan, ingin sekali Red melumatnya, atau mungkin menggigitnya dengan gemas.

"Bukti aku membenarkan ucapanku adalah... Aku." Jawab Red.

"Kau?"

Red menyambung. "Ya, aku. Bukankah saat itu aku juga telah tewas seperti kakakmu? Aku dibunuh oleh kakakmu. Kita saling bunuh. Tapi saat ini, aku bangkit dan berdiri di depanmu. Aku hidup, aku bernafas. Jadi, kau juga harusnya percaya ketika aku bilang kalau kakakmu juga kembali hidup sepertiku."

Skylar mundur dan berpaling, entahlah ia tak bisa memikirkan apapun sekarang. Ucapan dan keterangan Red mengacaukan pikirannya.

"Sky." Red meraih lengan Skylar yang hendak pergi dari sana.

Namun Skylar tak menghiraukan, ia hanya menurunkan tangan Red.

"Sky!" Bentak Red.

Skylar menoleh. "Apa? Sekarang menyingkir saja dariku. Aku tak ingin mendengar ucapanmu lagi."

Red justru memperkuat genggaman tangannya. "Kau takut mempercayainya? Harusnya kau senang mendengar kakakmu masih hidup. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kematian cuma omong kosong." Red mencoba mengendus leher Skylar.

Skylar yang merasa terganggu mendorong badan Red menjauh, sikap Red makin menjijikkan. Apalagi ketika tiba-tiba Red berani mendaratkan kecupannya di leher Skylar.

"SI*LAN!" Skylar yang kaget sontak meninju Red hingga Red yang tanpa persiapan terjatuh.

"Aahh.."

"Berhenti menggangguku!" Bentak Skylar mengusap bekas kecupan Red, kemudian dengan kesal melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

Hidung Red mengeluarkan darah, tinju Skylar lumayan sakit. Red tak menyangka Skylar akan seberani itu.

'Menarik.'

Untuk sesaat, Red cuma tersenyum dan memandangi Skylar yang makin jauh, dan ketika Skylar telah sampai di pintu yang di dalamnya terdapat tangga menuju ke lantai bawah, Red segera berdiri, berlari dengan cepat menuju Skylar seperti singa yang akan menjatuhkan buruannya.

Ia menabrakkan diri dengan keras ke badan Skylar hingga mereka terdorong dan terjatuh bersama.

Badan Skylar menghantam pagar tembok balkon atap tersebut. Red menindihnya, menduduki perutnya sementara Skylar merasa sangat sakit di punggungnya dan juga pusing di kepalanya akibat benturan.

"Sepertinya kau suka jika aku bermain kasar." Red tertawa sembari perlahan mengubah dirinya menjadi remaja lelaki yang perawakannya lebih besar dari Skylar.

Skylar menggunakan tangannya mendorong Red menyingkir. Namun Red makin kuat, apalagi setelah ia benar-benar berubah seutuhnya, siap beradu dengan Skylar seperti layaknya sesama anak lelaki.

Namun, belum sempat mereka saling menyerang, mendadak terdengar suara seseorang memanggil mereka dari lantai bawah, suara seorang wanita.

"Ibumu.." Red menoleh ke arah pintu di mana di dalamnya terdapat tangga menuju ke lantai bawah.

Skylar segera memanfaatkan kondisi itu, Erika mencari mereka, dari suaranya yang terdengar makin keras terlihat wanita itu mungkin sedang menaiki tangga menuju kemari. Ini sangat kebetulan, Skylar hampir berteriak memanggil ibunya tersebut, berharap wanita itu cepat datang, mengetahui bagaimana kondisinya, atau yang lebih baik mengetahui apa dan siapa Red saat ini.

Namun ketika hendak melakukannya, Red yang sigap segera membungkam mulut Skylar agar tak mengeluarkan suara sedikit pun.

"Hhmmphh!!" Skylar memberontak. Menggunakan tangannya untuk mendorong Red, namun tangan Red yang lain meraihnya dan menahannya, sementara tangan yang lain tak henti menutup mulut Skylar dengan kuat, hampir meremas wajahnya.

"DIAM!" Bisik Red ke telinga Skylar sepelan mungkin. "Kau lupa aku bisa saja meledakkan kepala ibumu jika kau menyulitkanku?" Kata Red memperingatkan.

Untuk sejenak akhirnya Skylar sedikit lebih tenang, menurut, namun Red tak menyingkirkan tangannya dari mulut Skylar, terutama ketika Erika terdengar telah berada di balik pintu, titik hijau di pintu menandakan pintu akan segera terbuka untuk objek di balik sana.

Red dan Skylar memperhatikan, Skylar senang ibunya tetap datang ke sana, namun tiba-tiba, Red yang merasa terpojok mengambil tindakan lain.

Ia memandang pada Skylar di bawahnya. "Maafkan aku Sky, tidak ada pilihan.."

Skylar yang tahu arti ucapan Red seketika memberontak kembali. 'Tidak, jangan..'

"Hmmpphh!!" Skylar berusaha mengeluarkan suaranya menghentikan Red.

Namun Red, berkata pada sistem komputer yang ia pasang..

"Kode 2, ledakkan!"

Tak sampai satu detik ketika Red mengucapkan itu, terdengar suara ledakkan di balik pintu, cukup keras, dan setitik lampu hijau di pintu kembali menjadi merah menandakan tak ada lagi objek hidup yang berdiri di baliknya.

"IBU!" Skylar berhasil mendorong badan Red menyingkir. Dengan histeris dan panik ia segera menghampiri pintu yang dari sela-sela sempitnya perlahan mengeluarkan asap bekas ledakan yang makin banyak dan banyak.

....

THE Y 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang