"Aku menstruasi. Aku akan jadi wanita, atau aku sudah jadi wanita?" Kata NC pada sebuah humanoid penjaga di sana. Ia tak bisa berhenti melangkah ke sana kemari dengan bingung dan panik.Humanoid wanita itu cuma tersenyum. "Kau masih seorang pria."
"Tapi aku pria yang menstruasi." NC mengigit jari. "Masih pria. Apa nanti lambat laun aku akan jadi wanita? Hoh demi ibu jari Regina, ini gila." NC makin bingung hingga mengeluarkan keringat.
Humanoid itu tertawa. "Tenanglah."
"Bagaimana bisa aku tenang? Kupikir Regina hanya Berspekulasi. Tapi ternyata..." NC menggaruk kepalanya. "Hei, tunggu.." Pemuda itu mendekati humanoid itu. "Apa.. Jaman dulu pria juga menstruasi? Apa ada yang mengalami hal sepertiku? Bagaimana cara mereka mengatasinya? Ini sulit masuk di nalar."
"Dalam ilmu sains tidak ada yang tidak masuk di nalar, bahkan kuda laut jantan melahirkan anak-anak mereka, dan cacing tanah memiliki dua alat kelamin yang akan saling bertukar sperma dengan pasangannya saat melakukan perkawinan." Ujar humanoid itu.
"Tapi aku manusia. Manusia pria tidak mengalami menstruasi, jika ya, mahkluk apa aku?" NC makin panik dan merasa bergidik dengan dirinya sendiri. Apa dia adalah jenis manusia baru seperti Red? Apa Red Hawk mengubahnya menjadi seperti Red? Isi kepala NC tak bisa berhenti berpikir.
"Kau hanya kelainan, mungkin. Kita akan segera menemukan jawabannya setelah Regina dan timnya selesai melakukan penelitian terhadapmu." Humanoid wanita itu menghampiri ranjang NC. "Sambil menunggu lebih baik kau beristirahat. Kau pasti lelah."
"Tidak. Maaf, aku tidak bisa beristirahat sekarang. Aku.. Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi." Meski berkata begitu tapi NC kemudian menghampiri ranjang tersebut dan duduk di sana.
Humanoid itu tersenyum lagi. "Ngomong-ngomong, bagaimana rasanya menstruasi?" Tanyanya tiba-tiba.
"Ha?"
"Bagaimana rasanya mengalami menstruasi?" Ulang robot wanita itu.
NC menengok area intimnya, agak sesak karena terdapat pembalut yang disediakan Regina di sana. "Kau meledekku? Kenapa bertanya begitu?"
"Aku cuma ingin tahu."
"Kau ingin tahu karena kau tidak pernah mengalami menstruasi." Ujar NC. Namun tiba-tiba, ia mendapat ide. "Ah, ya.. Kau tidak pernah menstruasi." NC mulai tersenyum ramah. "Apa.. Apa kau ingin merasakannya juga?" NC berdiri dan mendekati humanoid itu dengan senyum nakal.
Sementara Robot wanita itu mundur menjauhi NC. "Aku tidak diciptakan untuk mengalami menstruasi. Dan, aku tidak mungkin dan tidak ingin mengalami menstruasi."
NC tertawa. "Jangan berbohong. Aku tahu kau pasti ingin mengalaminya juga. Apa kau ingin merasakan memakai pembalut? Rasanya.. " NC berdeham, berlagak santai, mencoba berbohong. "Rasanya.. Nyaman, seperti.. Bantal, tidak, selimut, selimut di kemaluanmu. Menyelimuti, menekan, hangat, dan rapat." NC berusaha memainkan kata menggoda humanoid itu. "Kau harus mencobanya, aku bisa memberimu satu. Regina memberiku banyak sekali pembalut."
"Sekali lagi, aku tidak diciptakan untuk menstruasi, atau bahkan memakai pembalut." Ulang humanoid tersebut.
"Tapi kau diciptakan sebagai wanita, dan wanita dilahirkan untuk memakai pembalut. Siapa pun itu." NC berdiri dan mendekati humanoid tersebut. "Ayolah, kau harus mencobanya paling tidak sekali seumur hidupmu."
"Aku tidak hidup. Aku benda mati, dan aku tidak ingin memakai pembalut. Jangan merayuku. Apa yang kau inginkan?" Humanoid itu terus mundur.
NC berhenti dan kembali menghampiri ranjangnya. "Astaga kau pintar juga. Tadinya aku ingin kau membantuku keluar dari sini dengan menukar sebuah pembalut."
"Keluar dari sini? Kau tidak ingin tahu apa yang terjadi dengan tubuhmu? Kubilang Regina dan timnya sedang melakukan penelitian terhadap tubuhmu. Dan kau akan mendapat jawaban atas kebingunganmu tadi."
"Dan aku akan terjebak di sini selamanya setelah mendapat jawaban atas kebingunganku."
"Ya, benar."
"Tapi aku juga harus menemukan adikku." NC mengotot lagi.
"Mungkin tidak untuk kali ini." Jawab humanoid itu.
NC terdiam sesaat. "Hmm.. Ya. Tidak untuk kali ini. Terjebak di sini dengan keadaan sedang menstruasi, mungkin aku memang tak mungkin bisa menemukan Skylar? Whooaa.. Astaga! Kenapa aku harus bertemu Regina." NC menggerutu sambil merebahkan diri ke ranjang dan merentangkan tangan selebar mungkin, seakan ingin memeluk kasur itu jika mampu.
Humanoid itu mencoba menghibur. "Paling tidak di sini kau bisa menikmati pembalut yang menyelimutimu, menekan, hangat.. Dan rapat. Sepertinya kau suka."
******
Malam itu, di sebuah ruang terbuka di lantai paling atas bangunan tersebut, Skylar sekali lagi melempar kerikil dari potongan pot bunga yang sengaja ia pecahkan. Melempar ke area luar bangunan tersebut, dan ketika kerikil itu melewati garis sensor, sebuah kilatan kecil cahaya terlihat sepersekian detik. Red memasangnya agar ia mengetahui jika Skylar melarikan diri. Mungkin ia memasangnya juga di seluruh sudut bangunan seperti pagar tak terlihat yang mengurung Skylar di rumah besar itu.
Skylar sekali lagi melempar kepingan pot itu lebih jauh, ia kesal. Apa Erika mengetahui ini? Apa ibunya itu tahu kalau Red memasang sistem keamanan super ketat? Atau justru mereka bekerja sama? Entahlah, yang pasti Skylar tak bisa memberi tahu atau bertanya apapun pada ibunya tersebut. Apalagi saat melihat titik kecil lampu berwarna merah di tengkuk belakang ibunya yang menandakan bahwa bom mikroskopik siap meledak kapan pun jika Skylar berani mengambil tindakan.
Tak lama setelah ia melempar kerikil ketiga, tiba-tiba seseorang datang di atap tersebut.
"Wah, kau di sini rupanya?" Red berjalan mendekati Skylar.
Skylar tak menggubris, tetap duduk dipinggiran balkon sambil melempar kerikil-kerikil itu ke luar bangunan.
"Kau sedang suntuk?" Tanya Red.
Skylar tak menjawab.
Red tersenyum. "Ya, kau pasti sedang dalam kondisi mood yang buruk. Aku ingat pertama kali kita bertemu, saat itu kau juga sedang melempar kerikil, tapi kau melemparnya ke dalam danau buatan di taman kota Sythelhunts."
Skylar tetap diam, hanya fokus melempar.
Red memperhatikannya sejenak. "Kau bisa utarakan keluh kesahmu padaku. Jangan begitu. Kau bisa terlihat makin.. Cantik jika marah." Red menggeser diri lebih dekat.
Namun tetap saja Skylar tak menggubris. Red memperhatikan ke sekeliling Skylar. "Kau memecahkan pot bunga? Bunga-bunga tidak akan hidup jika kau menghancurkan potnya."
Skylar akhirnya menoleh pada remaja di dekatnya itu. "Tidak ada bunga sungguhan di sini." Kata Skylar.
Red tertawa. "Wow, akhirnya kau mau merespon kalimatku." Red kemudian mengulurkan tangan, hendak membelai rambut Skylar. "Boleh aku mengelusmu? Kau terlihat.. Manis."
Skylar turun dari tempatnya. Kemudian berjalan pergi meninggalkan Red tanpa bicara apa-apa.
"Hei, Sky.. Jangan begitu.." Kata Red. "Aku cuma ingin bersikap manis, kenapa kau jual mahal sekali. Lagipula.." Red memandang langit. "Lagipula ini malam yang indah, kita bisa menikmatinya berdua."
Sekali lagi Skylar tak merespon, langkahnya makin menjauh.
Red tersenyum, tak kehabisan akal. "Apa kau mau tetap di sini dan menemaniku melihat bulan jika aku menceritakan sesuatu padamu?" Kata Red. Suaranya agak kencang seiring langkah Skylar yang jauh. "Bagaimana jika aku menceritakan padamu tentang KAKAKMU YANG TERNYATA MASIH HIDUP DAN BERGABUNG DENGAN RED HAWK UNTUK MENCULIKMU?"
Skylar seketika menghentikan langkahnya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Y 2
FantasyNC0012, pemuda yang dulu pernah hidup saat kaum pria telah punah kini baru dibangkitkan dari kematiannya dan harus berhadapan dengan kelompok yang menentang projek pemerintah tentang kelahiran kembali bayi laki-laki. Humanoid yang dulu pernah menjad...