#3. "Naik satu lantai dong, beliin kopi."

156 18 0
                                    

NALA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NALA

Kenapa gue jadi mikirin perempuan itu, ya? Bahkan sampai gue kembali ke ruangan pun, gue masih kepikiran. Apalagi gue nggak tahu pasti dia itu pegawai baru atau hanya sekedar pegawai magang.

Aneh banget, gue nggak pernah kayak gini sebelumnya sama perempuan. Ah, mungkin cuma ketertarikan sesaat aja kayaknya. Di kamus hidup gue nggak ada yang namanya hubungan serius, semua perempuan itu cuma teman, nggak lebih. Kecuali dulu, ada satu perempuan yang berhasil mencuri hati gue. Ah sudahlah, lupakan!

Ketika gue masih melamun nggak jelas tentang perempuan yang baru gue temui beberapa menit yang lalu itu, tiba-tiba gue di kejutkan oleh suara ponsel gue—yang berdering—tanda ada panggilan masuk.

Dari perempuan cerewet lantai 5,

"What?" Gue mengangkatnya dengan malas-malasan, sepertinya gue tahu apa maksud dari panggilan telepon ini.

"Naik satu lantai dong, beliin kopi."

Apa gue bilang?

"Males ah! Gue lagi banyak kerjaan, nih."

Gue bohong. Tentu saja.

"NALA BOHONG, RHE!!!"

Dengan kurang ajarnya Sakha memberitahu kebohongan gue.

"Fuck." Gue mengumpat pada Sakha tanpa suara.

"Empat ya, Na. Gpl!"

"Empat? Buat siapa aja?"

"Kita bertiga plus Nada. Lo tau kan ada pegawai baru di sini."

Gue mulai tertarik nih dengan obrolan ini.

"Jadi dia beneran pegawai baru, Rhe?"

"Ya bener lah. Masa bohong."

"Oh gitu."

"Kenapa? Suka lo? Makanya beliin kopi, nanti lo dapat hadiah bisa ketemu dia di sini."

"Apa sih, mulut lo tuh!"

"Ck, tau kok gue. Ngga usah ditutup-tutupin deh."

Tut,

Gue malas terlalu lama dipojokkan sama Rhea, jadi gue memilih untuk memutuskan sabungan telepon secara sepihak.

Nggak lama, telepon kantor yang ada di meja gue berdering, gue dengan sigap mengangkat—jangan lupa gue pegawai teladan di sini. "Pagi, dengan Nala. Ada yang bisa dibantu?"

"Kopi empat ya Mas Nala, jangan lupa. Ditunggu."

Tut,

Sialan! Perempuan cerewet itu memang ahlinya membuat gue emosi.

"Resh, gue ke cafetaria ya bentar. Siapa tau ada yang nyariin gue nanti."

"Ngapain?"

"Beli kopi buat the most wanted girl nya lantai 5."

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang