NADA
Sudah dua minggu ini aku disibukkan dengan pekerjaan kantorku, jadwal launching produk baru tinggal satu minggu lagi. Itu artinya kami semua harus extra dalam bekerja, untuk mencapai hasil yang maksimal saat launching nanti.
Pulang bekerja selalu di jam enam sore, sampai di rumah pasti sudah malam. Karena jarak kantor dari rumah memakan waktu satu jam lamanya, itu juga kalau jalanan nggak macet.
Tiap hari selalu seperti itu, bahkan weekend pun kadang aku berada di kantor. Aku benar-benar total dalam bekerja, aku nggak mau kurang sedikit pun dalam pekerjaanku kali ini.
Lalu, rutinitas ku menonton film saat libur aku singkirkan dulu untuk sementara waktu. Pulang dari kantor aku langsung mandi, bergegas makan, mengerjakan pekerjaan yang sudah aku bawa dari kantor, dan tertidur di jam dua belas malam. Selama dua minggu terkahir, aktivitas ku monoton seperti itu.
Aku nggak lupa minum vitamin, aku tahu pekerjaan ini sangat menguras tenagaku, waktu tidur ku juga sedikit berkurang. Ditambah paginya aku harus bangun jam lima, dan berangkat jam enam. Huft, melelahkan sih. Tapi aku menikmati semuanya.
Hari ini, entah kenapa Mbak Fayra mengijinkan kami pulang lebih awal, jam setengah lima sore. Mungkin, Mbak Fayra jengah juga melihat kami yang bekerja seperti orang gila-nggak tahu waktu.
"Kita pulang cepat hari ini." Mbak Fayra sudah terlihat mematikan komputernya, merapikan tasnya setelah meregangkan otot-ototnya.
"Nggak apa-apa, nih?" Mbak Jessa juga terlihat bersiap akan pulang, walaupun sebenarnya ragu juga diperbolehkan pulang cepat seperti ini.
"Nggak apa-apa untuk hari ini aja, gue rasa badan gue remuk banget. Sudah dua minggu kerjaan gini-gini aja."
"Tumben lo? Biasanya kalau kerja selalu total."
Memang benar, di antara kami berempat Mbak Fayra yang paling total dalam bekerja. Selalu mengutamakan pekerjaan daripada hal lain, memang tipe wanita karir terbaik Mbak Fayra ini.
"Ya udah yuk, istirahat dulu untuk hari ini. Besok kita lanjut lagi." Mbak Rhea sudah siap menuju pintu keluar, nggak lupa dia juga mematikan semua lampu lalu menguncinya. Ruangan ini punya dua kunci, yang dipegang Mbak Fayra-tentu saja, karena dia yang selalu tiba lebih dulu. Dan satunya lagi dipegang oleh Mbak Rhea, karena jarak rumahnya dari kantor lumayan dekat.
Kami berempat berjalan beriringan, sambil sesekali bercerita. Ketika sudah berada di depan pintu lift, kami menunggu sampai pintu terbuka.
Dan, setelah pintu terbuka, di dalam lift sudah ada keempat pria lantai enam. Mas Nala cs, yang sepertinya juga ingin pulang. Tumben banget bisa barengan gini pulangnya, padahal tadi nggak janjian sama sekali, lho.
Sambutan pertama tentu datangnya dari Mas Nala, "Wihhh the most wanted girl. Pulang juga, nih?"
"Pake nanya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Nala [END]
Romantik"Pagi, Mas. Mas sibuk nggak?" "..." "Kalau nggak sibuk bisa tolongin aku buat angkat barang?" *** Nada pikir pertemuan pertamanya dengan pria itu akan menjadi awal kisah cinta yang selama ini dia harapkan. Namun, siapa sangka justru teman dari pria...