#30. Rahagi Bayanaka

318 20 0
                                    

Spesial Part 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spesial Part 5

"Ibuuuu, cepaaaaaat!!"

Gigi. Anak pertama Nada dan Naresh. Berusia tiga tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Matanya yang besar dengan bulu matanya yang lentik serta pipi yang chubby membuat siapapun gemas ingin mencubit pipinya. Dia adalah kesayangan para uncle-uncle nya.

Namun sekarang, karena telah lama menunggu ayahnya dia mulai berteriak tidak sabar, seraya menarik-narik baju yang dikenakan ibunya. Gigi hampir menangis, terlihat dari wajahnya yang sudah memerah dan matanya yang mulai berkaca-kaca. Selain tidak sabaran anak itu juga mudah marah. Sifat siapa yang dia warisi? Padahal Ibu dan Ayah adalah sosok yang lembut.

"Ibuuuuuu!!!"

Jika sudah dua kali memanggil, biasanya Gigi mulai menghentak-hentakkan kakinya dan bersiap untuk benar-benar menangis.

"Sayang, sabar. Kita tunggu Ayah dulu." Nada selalu berkata lembut pada anaknya.

"Gigi mau main." Dia mulai merengek.

"Iya, sebentar." Mereka memang datang terpisah, karena Naresh yang masih harus bekerja terlebih dahulu.

Nada bergegas menghubungi suaminya, untuk menanyakan keberadaannya. Tidak lama menunggu, telepon dijawab, "Ya, Sayang?"

"Mas di mana?"

"Sebentar lagi aku sampai. Why? Gigi mulai tantrum, ya?"

"Iya nih, anak kamu nggak sabaran banget."

Naresh terkekeh di seberang sana, "Oke, oke. Sepuluh menit lagi aku sampai."

"Oke, hati-hati."

"Love you."

Nada tersipu, Naresh selalu saja bersikap seperti layaknya orang pacaran, padahal mereka sudah memiliki anak.

Akhirnya Nada mengajak Gigi menunggu di bangku dekat dengan taman—juga pintu masuk arena bermain. Gigi makin terlihat tidak sabar, karena ayahnya yang tidak kunjung muncul.

Lalu,

"Hai, jagoan. Udah lama nunggunya?" Naresh berjongkok tepat di depan anaknya.

Gigi tidak menjawab, dia menatap Naresh dengan tatapan yang sulit di artikan. Sampai akhirnya dia pun menangis keras, meluapkan rasa kesalnya.

"Ya ampun, Gigi. Kenapa nangis?" Nada kebingungan dengan tingkah sang anak yang tiba-tiba menangis.

"Kenapa Ayah lama? Gigi kan mau main."

"Iya iya, Sayang. Sekarang kita main, ya?" Naresh berusaha menghentikan tangisan anaknya dengan memeluknya.

"Tapi Gigi sekarang laper." Tangannya masih berada di kedua matanya, lucu sekali anak itu jika sudah menangis.

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang