#5. "Lo suka ya sama Nada?"

98 16 0
                                    

NALA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NALA

"Iya, Fay. Lima menit lagi gue turun."

Naresh sepertinya sedang menelepon Fayra.

Setelah panggilan Naresh terputus, gue langsung mengajukan pertanyaan, "Fayra, Resh?"

Naresh melirik ke arah gue sekilas, "Iya nih, gue di suruh ke lapangan." Dia masih sibuk dengan ponselnya.

"Sekarang?" Sakha juga ikut bertanya.

"Iya. Gue berangkat, ya." Naresh mengambil tas kerjanya, dan beberapa dokumen—yang mungkin diperlukan nya di lokasi.

"Sama siapa lo?" Kahlil nggak mau ketinggalan.

"Sama Nada." Naresh menjawab sambil membuka pintu dan melangkah keluar.

Walaupun kurang jelas tapi gue rasa pendengaran gue nggak salah. Sama siapa tadi? Nada? Tumben banget Naresh mau kerja lapangan sama orang baru. Nggak salah, nih? Kenapa gue jadi kepikiran gini, ya?

Selama bekerja, gue nggak berhenti bolak-balik lihat jam. Ini kenapa gue gini, sih?

Tiba-tiba aja gue kepo tentang apa yang mereka lakukan di lapangan, setelah hampir lima tahun gue kerja, kayaknya ini pertama kalinya gue terlihat nggak profesional. Masa gue mikir yang nggak-nggak sih sama Naresh. Lagian siapa gue buat Nada? Kenapa gue jadi bertingkah kayak pacar dia?

Waktunya coffe break,

Gue langsung menuju cafetaria—membeli kopi seperti biasanya. Gara-gara Cala nih gue jadi maniak kopi, setelah dia berhenti minum kopi eh gue malah jadi ketergantungan gini.

Pesanan gue pasti Americano, nggak pernah ganti sama sekali.

Setelah sampai di cafetaria, gue langsung memesan. Sesekali gue ngecek ponsel gue, tumben banget nih si cerewet nggak nelepon gue buat nitip kopi.

Dan ... kenapa gue jadi nelepon dia sekarang? Apa gue sudah menyadari bahwa gue ini babu nya dia?

Nggak pake lama, si cerewet Rhea langsung jawab telepon gue, "Yes?"

"Gue di cafetaria nih, mau nitip nggak?" Demi apa gue sendiri yang nawarin diri buat jadi babu.

"Boleh, deh."

Dengan entengnya dia nerima tawaran dari gue, jelas lah, orang kebiasaan dia memang nitip kopi sama gue kok. "Kayak biasa, kan?"

"Iya, tapi tiga aja ya."

Kok tiga? Bukannya sekarang empat? "Kok cuma tiga?"

"Nada lagi nggak ada."

Oh iya, gue lupa. Dia kan lagi sama Naresh. "Dia beneran pergi sama Naresh, Rhe?"

"Iya."

"Cuma berdua?" Seketika gue kepo.

"Iya, kenapa?"

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang