NALA
Kemarin sepulang dari kantor kita semua di kenalin sama abangnya Nada, gue hampir aja putus asa mengira kalau pria tampan itu adalah pacarnya Nada. Gila, nggak mungkin menang lah gue seandainya dia beneran pacarnya Nada.
Tingginya yang semampai, bentuk tubuh atletisnya, tatonya yang menghiasi kedua lengannya, alis tebal, matanya yang tajam. Pria idaman banget sih menurut gue. Dibandingin dengan gue? Ya nggak ada apa-apa nya lah. Baru kali ini gue merasa insecure sama ketampanan gue sendiri.
Padahal sama Naresh, gue dengan sangat yakin bilang kalau gue lebih tampan dari dia—kalau Sakha dengar ini pasti dia langsung suruh gue buat beli kaca, deh—ya, walau pun kadang gue bisa menyangkal ucapan gue sendiri.
Sepanjang malam gue berpikir, gimana caranya gue bisa deketin Nada sedangkan gue parno sendiri lihat pria tatoan kayak abangnya. Aura-aura gangster menghiasi wajah tampannya, terus tatapan tajamnya itu seolah memberi peringatan pada siapa pun yang berani menyakiti adiknya. Bukannya gue berniat nyakitin Nada, gue cuma takut aja kalau sewaktu-waktu tanpa sengaja bikin kesalahan. Bisa habis gue di tangan abangnya.
H-3 menuju peluncuruan produk baru,Tim gue bekerja mati-matian, karena kalau ada produk baru yang mau launching kayak gini tim Marketing dan tim Product Management selalu kebagian sibuknya—lebih sibuk dibandingkan tim manapun.
Nggak jarang gue lembur sampai malam, gue sampai lupa kalau gue punya rumah sendiri, karena keseringan nginap di kantor. Sebenarnya sih sudah biasa juga kayak gini, apalagi peran gue adalah ketua tim, tentu gue yang paling sibuk, yang harus memastikan kerjaan rekan gue nggak kekurangan apapun.
Tapi, kabar baiknya, setelah acara peluncuran produk selesai, tim gue selalu dapat jatah libur selama satu minggu, itu udah lebih dari cukup sih untuk sekedar memanjakan diri, me time, dan melepas penat dari aktifitas kantor yang nggak pernah gagal bikin gue capek.
Gue nggak sabar menunggu jatah libur gue itu, lumayan kan? Bisa hibernasi beberapa hari di dalam kamar.
Karena kesibukkan ini, gue dan yang lain belum bisa memenuhi undangan makan malam dari abangnya Nada—Bang Ray, seperti yang dijanjikannya saat kita berkenalan waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Nala [END]
Romance"Pagi, Mas. Mas sibuk nggak?" "..." "Kalau nggak sibuk bisa tolongin aku buat angkat barang?" *** Nada pikir pertemuan pertamanya dengan pria itu akan menjadi awal kisah cinta yang selama ini dia harapkan. Namun, siapa sangka justru teman dari pria...