#6. "Buat lo. Biar fokus kerjanya."

71 15 0
                                    

NADA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NADA

Hari ini kantor terlihat sibuk—bukan cuma tim kami, semua tim sepertinya juga ikut sibuk, tapi tetap nggak sesibuk tim kami. Karena beberapa hari lagi produk baru akan segera dirilis.

Ini pertama kalinya aku ikut andil dalam bagian launching produk baru, setelah hampir empat bulan aku bekerja di sini.

Pekerjaanku sendiri cukup menguras waktu, ketiga teman tim ku pun sama sibuknya. Sampai-sampai waktu coffe break kami nggak bisa bersantai seperti biasa, kami di kejar deadline.

Bahkan, kelompok Mas Nala pun nggak bisa sekedar berkunjung ke ruanganku saat istirahat—seperti biasa, mereka juga sibuk.

Tapi aku, menikmati momen ini. Karena ini adalah yang pertama kalinya bagiku, aku sangat excited melewati prosesnya.

"Na, lo ke ruangan Nala ya. Minta Naresh bantu selesaikan kerjaan lo yang di lapangan kemarin." Mbak Fayra baru saja tiba dari pantry, dengan membawa segelas kopi yang asap nya masih terlihat menguap itu.

"Baik, Mbak." Aku langsung mengiyakan perintah tersebut, aku sudah nggak berpikiran macam-macam lagi sama Mas Naresh. Karena, kesan pertama yang dia tunjukkan padaku cukup baik.

Aku bergegas menuju ruangan tim Marketing, aku juga membawa beberapa dokumen yang memang diperlukan.

Setiba di ruangan Marketing, aku masuk sambil menyapa, "Pagi Mas." Niatnya menyapa semuanya, tapi yang membalas lebih dulu adalah Mas Nala—tentu saja. "Pagi, Sayang. Tumben ke sini." Selalu seperti itu kalau dia menyapaku.

"Na, jangan bikin Nada takut deh kalau mau ke sini."

"Lho? Memangnya gue ngapain dia?"

"Setiap dia ke sini pasti lo gombalin, dia takut sama buaya. Iya kan, Na?"

Mas Sakha seolah mengerti kalau aku merasa nggak nyaman setiap kali dipanggil sayang, tapi ya nggak gitu juga Mas, aku nggak pernah bayangin Mas Nala jadi buaya, kok.

"Bener, Na?" Mas Nala menatapku, berusaha menyangkal ucapan dari Mas Sakha.

Aku nggak bisa jawab apa-apa, jadi aku hanya memberikan senyuman.

"Ada perlu apa, Na?" Mas Kahlil membebaskan ku dari rasa serba salah ini, karena nggak menjawab pertanyaan dari Mas Nala tadi.

"Mau ketemu Mas Naresh, ada beberapa kerjaan yang belum aku selesaikan. Jadi mau minta bantuan sama Mas Naresh."

"Kenapa nggak sama aku aja?" Mas Nala berjalan mendekat ke arah ku, melihat dokumen yang sedang aku bawa.

"Apaan, yang kerja lapangan sama Nada kemarin kan Naresh. Nggak usah nikung gitu juga deh lo."

Mas Nala mengarahkan telapak tangannya ke arah Mas Sakha, "Diam, nggak usah ikut campur." Lalu kembali menatapku, "Sama aku aja dibantuinnya."

"Memangnya Mas Nala nggak sibuk?"

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang