NALA
Pagi hari di Jogja, embun pagi menyeruak, membuat siapa pun akan merasakan hawa sejuk dan segar secara bersamaan.
Di hari ketiga kami berada di sini, kami masih terus mencari destinasi menarik yang selanjutnya akan kami kunjungi. Tapi, entah kenapa keempat perempuan itu hari ini terlihat nggak kompak—untuk yang pertama kalinya. Masing-masing dari mereka menyebutkan tempat yang akan mereka kunjungi, dan semuanya berbeda. Mungkin mereka lagi PMS masal? Entahlah.
Kalau aja waktu liburannya masih ada beberapa hari lagi, gue rela deh nurutin keempat perempuan itu. Masalahnya, besok kami semua sudah harus balik ke Jakarta. Nggak mungkin banget dalam satu hari ini mengunjungi empat tempat yang berbeda sekaligus, yang di mana keempat tempatnya berada dalam jarak yang cukup jauh dan nggak di satu arah yang sama.
Nggak ada yang mau ngalah sama sekali, dengan alasan tujuan mereka ke Jogja adalah untuk mengunjungi destinasi wisata yang sudah mereka sebutkan tadi.
Kami para pria tentu dibuat kelimpungan dengan sikap perempuan yang masih terus-terusan menyuarakan keinginan mereka.
Akhirnya, gue memutuskan, "Ya udah, kita kunjungi semua tempatnya." Mereka semua menatap gue dengan tatapan nggak percaya, "Tapi berpasangan," Mereka makin bingung, "Biar semuanya kesampaian, jadi para pria yang akan ngalah. Oke?"
"Maksudnya?" Sakha masih bingung rupanya.
"Kunjungi tempat yang mereka mau," Gue menunjuk satu-satu perempuan di hadapan gue. "Kita, para pria yang akan nemenin mereka. Jadi, nggak ada yang nggak kesampaian keinginannya." Ketiga teman gue mengangguk-angguk pelan, akhirnya mereka paham.
"Gue ikut lo, Rhe," ujar Sakha, yang langsung mendapat anggukan dari Rhea. Mereka cocok, sama-sama cerewet.
Lalu, "Lo sama gue, Lil." Kata Jessa pada Kahlil, dia mah siapa aja oke, orangnya kan nggak pilih-pilih.
Tersisa gue, Naresh, Nada, dan Fayra. Kami berempat saling tatap dan diam, sama-sama nggak tahu akan menjadi pasangan siapa. Dan tanpa diduga, "Mas Nala sama aku, ya." Itu kata Nada. Oh My God! Bukan gue lo ya yang ngajak, gue juga nggak ngasih kode apapun biar dipilih, dia yang milih sendiri. Akhirnya Nada melihat aura ketampanan gue juga.
"Oke." Gue menjawab dengan semangat, kelewat semangat sampai Naresh nyeletuk, "Biasa aja kali!"
Akhirnya, Fayra dan Naresh pergi berdua dari hadapan gue dan Nada. Mereka juga pasangan yang cocok, kan? Sama-sama dingin.
Gue dan Nada langsung berangkat, karena enggan membuang banyak waktu. Kita berdua menuju Situs Warungboto—dekat dengan jalan Malioboro. Meskipun hanya bangunan tua, tapi kesan vintage nya sangat terasa jadi lumayan bagus untuk latar buat berfoto. Gue tahu Nada itu suka fotografi, mengingatkan gue sama Cala.
Naresh dan Fayra pergi ke Pantai Parangtritis—Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang cukup terkenal di Jogja. Semua orang tahu dengan pantai ini, karena gue rasa Parangtritis ini merupakan ikon nya kota Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Nala [END]
Storie d'amore"Pagi, Mas. Mas sibuk nggak?" "..." "Kalau nggak sibuk bisa tolongin aku buat angkat barang?" *** Nada pikir pertemuan pertamanya dengan pria itu akan menjadi awal kisah cinta yang selama ini dia harapkan. Namun, siapa sangka justru teman dari pria...