#13. "Aku bikin malu Mas, kan?"

61 14 0
                                    

NADA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NADA

Hari ini adalah hari pertama kami kembali bekerja, rutinitas harian yang selama satu minggu ini kami tinggalkan.

Efek liburan yang hanya tiga hari itu benar-benar masih terasa, aku bahkan masih belum move on dari kota Jogja. Walaupun singkat, kenangan yang kami buat cukup berkesan.

Khusunya aku dan Mas Nala, sejak dari liburan itu kami berdua semakin dekat. Apalagi sejak Mas Nala bilang suka sama aku, tapi kalimat itu belum aku jawab sampai sekarang, entahlah aku masih meragukan keseriusannya Mas Nala. Tahu sendiri, kan? Mas Nala adalah tipe orang yang mudah berkata manis seperti itu pada perempuan termasuk denganku, jadi aku putuskan untuk memberi waktu sedikit lagi. Kalau ucapannya Mas Nala memang benar pasti dia akan menanyakan jawaban ku secepatnya, dan sampai sekarang Mas Nala belum juga membahas hal itu.

Aku semakin memberi Mas Nala ruang, aku membiarkannya mendekatiku, memangkas jarak yang awalnya aku ciptakan, karena aku merasa nggak profesional aja kalau sampai punya hubungan dengan rekan kerja.

Tapi akhirnya, yang namanya perasaan nggak bisa di prediksi, kan? Apalagi intensitas kami bertemu itu semakin hari semakin sering, malahan Mas Nala nggak pernah ragu untuk mengajakku ketemu berduaan di luar jam kerja.

Seperti malam ini contohnya, Mas Nala mengajakku untuk keluar berjalan-jalan menikmati kota Jakarta di malam hari. Dia mengajakku menaiki motor klasiknya, aku sudah seperti Milea yang duduk di boncengan motornya Dilan.

Mas Nala mengajakku berkeliling, aku nggak tahu pasti ke mana tepatnya dia akan membawaku. Aku hanya mengikuti keinginannya.

Ternyata suasana Jakarta di malam hari berbeda ya dengan suasana Jakarta saat siang hari. Kalau siang hari terlalu banyak debu yang aku lihat, juga aktivitas padat dari para pekerja yang berlalu lalang. Kalau malam hari hanya ada kendaraan yang terlihat juga lampu-lampu yang menerangi kota, membuat aku kembali teringat dengan kota Jojga yang beberapa hari itu baru aku tinggalkan.

"Na?"

Aku tersadar dari lamunanku setelah mendengar Mas Nala memanggil namaku. "Iya, Mas?"

"Kamu mau ke mana lagi?"

"Terserah."

Aku juga sebenarnya nggak punya tujuan mau ke mana, karena aku jarang sekali keluar malam seperti ini. Jadi, aku nggak tahu tempat mana di sudut kota ini yang banyak disukai orang pada malam hari.

Akhirnya, Mas Nala membawaku ke tempat yang lumayan bagus, sebuah taman kota yang entah di daerah mana ini karena aku juga nggak begitu tahu. Di sana ada berbagai macam aneka makanan yang dijual, dari makanan ringan sampai makanan berat.

Karena tempatnya lumayan luas, jadi banyaknya pengunjung nggak begitu terlihat, apalagi dengan jarak duduk yang agak sedikit jauh. Aku suka sih tempat seperti ini, kebetulan aku nggak begitu suka dengan keramaian. Definisi anak rumahan banget nggak, sih?

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang