#23. "Jadi hari ini hari terakhir lo di sini?''

68 16 0
                                    

NADA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NADA

Hari ini menjadi hari terakhirku berada di perusahaan ini, keputusanku untuk resign sudah bulat. Bahkan aku sudah berbicara pada atasanku perihal niat resign ini, dan juga pada Mbak Fayra selaku ketua tim.

Seperti ada sesuatu yang hilang ketika aku memutuskan untuk resign, sebagian beban di hatiku perlahan enyah. Mungkin keputusanku ini adalah hal yang tepat yang harus aku lakukan.

"Na, lo serius?" Berulang kali Mbak Fayra menanyakan hal itu padaku.

"Iya, Mbak."

"Mulai kapan?

"Hari ini aku mulai berkemas."

"Mau ke mana, Na?" Seperti biasa, Mas Sakha selalu ingin tahu. Ah ... sepertinya aku akan merindukannya nanti.

"Aku mau resign, Mas."

"APAAAA??" Ada tiga orang yang kompak mengatakan itu, Mas Sakha, Mbak Rhea dan Mas Nala.

"Serius, Na?" Wajah Mbak Rhea sangat serius, aku jadi nggak rela rasanya berpisah dengannya jika seperti ini.

Aku mengangguk sebelum menjawab, "Serius, Mbak. Kontrak aku udah habis."

"Kenapa nggak di perpanjang aja, Na?" Mas Kahlil yang biasanya selalu fokus pada komputer pun kini bersuara.

"Aku mau nyusul Abang."

"APAAA?" Mas Nala, tolong jangan bereaksi seperti itu.

"Kenapa sih, Na? Nggak usah ngegas gitu juga." Mas Sakha terlalu terkejut sepertinya melihat respons Mas Nala.

Mas Nala berdeham, "Nggak-maksud gue, hmm-nggak apa-apa."

"Apa sih? Nggak jelas!" Mbak Rhea berbicara dengan sinis, aku tahu dia masih sangat marah dengan Mas Nala perihal kejadian yang hampir aku lupakan itu.

Aku memintanya untuk nggak membenci Mas Nala, semua terjadi tanpa disengaja, dia juga tahu itu. Tapi, melihatku yang seolah menjadi 'korban' di sini membuat Mbak Rhea benar-benar ingin memaki Mas Nala.

"Jadi hari ini hari terakhir lo di sini?''

"Iya, Mas."

"Yaah ... Nada, nggak ada yang bisa gue gangguin lagi dong." Ya, Mas Sakha memang selalu menjahiliku, tentang apapun itu. Dia sama sekali nggak segan bercanda denganku, nggak seperti yang lain.

"Ini ... bukan karena gue, kan?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Mbak Hirka. Meja kami berdua memang berdekatan, tapi kami nggak pernah sekalipun berbicara. Entahlah, canggung rasanya. Mungkin karena dia ibu dari anaknya Mas Nala?

"Lho? Kenapa lo jadi mikir gitu, Ka?"

"Nggak, Fay. Siapa tau aja dia nggak nyaman karena gue balik lagi."

Nada & Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang