NALA
Tiga hari ini gue lost contact dengan Nada. Gue nggak tahu di mana keberadaan dia. Bahkan, saat gue mengantarkan kopernya, Nada nggak ada di rumahnya
Ibu memberitahu kalau Nada sedang pergi ke rumah saudaranya, tapi nggak memberitahu di mana tepatnya.
Gue tahu Nada sengaja menghindari gue saat ini. Ini cukup sulit buat dia, terlebih gue. Dalam situasi seperti ini siapapun akan merasa nggak berdaya. Gue saat ini berada di antara dua pilihan.
Bisa saja gue memilih Nada dengan tetap bertanggung jawab dengan anak gue, tapi rasanya itu nggak bener. Apalagi saat Nada bilang 'Tanggung jawab sepenuhnya bukan setengah-setengah' ucapannya itu seperti memukul gue telak.
Gue makin bingung karena Nada masih nggak bisa gue temui hari ini. Karena besok sudah kembali bekerja, gue nggak yakin akan ada kesempatan buat gue ngomong.
Semakin malam semakin sulit juga gue untuk tidur. Ada banyak hal yang gue pikirkan saat ini, tentang Nada, Hirka, dan juga anak gue.
Beberapa jam yang lalu gue baru saja menemui anak gue—yang nggak pernah gue temui itu. Yang masa pertumbuhannya nggak bisa gue dampingi. Rasanya sesak saat mengingat betapa buruknya gue sebagai seorang ayah.
Anak itu sudah berusia hampir empat tahun, sudah cukup tahu kalau dia itu punya gue—ayahnya. Karena, Hirka bilang dia selalu memberitahu pada anaknya kalau gue adalah ayahnya. Dia perlihatkan foto gue, dan memberitahu nama gue juga. Hanya saja dia belum bisa mempertemukan kami berdua saat itu.
Ketika gue mengenalkan diri, anak itu—anak gue—langsung memeluk gue erat. "Papa." Panggilan itu membuat gue terenyuh, tanpa sadar gue menangis saat memeluknya.
Gue senang akhirnya bisa dipertemukan seperti ini, gue juga bersyukur dia masih mau menerima gue yang nggak pernah ada di samping dia selama ini.
Hirka belum tahu hubungan gue dengan Nada, dan sepertinya dia nggak harus tahu. Karena, gue akan segera mengakhiri hubungan itu. Tepat seperti keinginannya Nada.
Gue akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Nada. Bertanggung jawab, ya tentu saja.
Gue brengsek, kan? Berkata ingin bertanggung jawab bukan hanya sama anak gue, tapi juga Hirka. Namun di satu sisi, gue masih nggak rela kehilangan Nada.
Harusnya Nada nggak perlu ketemu gue waktu itu. Kalau pada akhirnya gue hanya menciptakan luka dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Nala [END]
Romance"Pagi, Mas. Mas sibuk nggak?" "..." "Kalau nggak sibuk bisa tolongin aku buat angkat barang?" *** Nada pikir pertemuan pertamanya dengan pria itu akan menjadi awal kisah cinta yang selama ini dia harapkan. Namun, siapa sangka justru teman dari pria...