NADA
Bang Ray balik ke New York setelah satu minggu berada di Indonesia. Sebentar memang untuk ukuran aku yang sudah dua tahun menahan rindu karena nggak pernah ketemu abangku itu.
Kami mendapat kabar kalau Oma sedang sakit, jadi Abang mau nggak mau harus kembali ke sana secepatnya, kali ini Ayah juga ikut.
Aku kembali kesepian, padahal sudah banyak list kegiatan yang ingin aku lakukan hanya berdua dengan Bang Ray, seperti menonton film, jalan-jalan, bersepeda di taman, makan apa pun yang kami suka dan banyak lagi. Lalu, semua list itu kini hanya tertulis rapi dalam buku catatan ku, belum ada satu pun yang terwujud.
Huft, aku bisa apa. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan Oma. Semoga Oma segera sembuh, dan Bang Ray bisa menemui ku lagi di sini.
Launching produk baru di kantor ku berjalan sangat lancar kemarin, aku bangga menjadi bagian tim yang bertugas. Ini adalah project pertama ku di awal karir ku di perusahaan ini. Aku nggak pernah sekalipun menyangka ini akan terjadi, ternyata menjadi bagian dalam proses peluncuran produk baru itu sangat menyenangkan, walaupun sangat menyita waktu istirahat ku juga.
Tapi sekarang, semuanya terbalas, rasa lelahku di gantikan dengan rasa bangga ku dengan hasilnya, kami semua bangga. Semua orang memuji pekerjaan kami, semua orang bahkan terus bertepuk tangan saat melihat hasilnya. Benar-benar di luar ekspektasi kami semua.
Setelah acara selesai, kami semua memutuskan untuk makan malam bersama dengan kedua tim, ini adalah idenya Mas Nala. Mas Nala bilang, kita harus memberikan apresiasi juga untuk diri sendiri, yang sudah bekerja keras selama hampir sebulan untuk mempersiapkan semuanya, yang rela meluangkan waktu istirahatnya hanya untuk bekerja ekstra.
Lalu, entah siapa yang memberi usul aku lupa—usulan untuk liburan bersama, karena mulai besok kami diberikan jatah libur selama satu minggu.
Sebenarnya aku nggak pernah pergi jauh dengan orang lain selain dengan keluarga ku sendiri, jadi aku nggak bisa langsung mengambil keputusan atas ide liburan itu. Aku minta waktu untuk meminta ijin pada Ibu, dan Mbak Fayra mengiyakan.
Acara makan malam berlanjut ke acara hangout, seperti anak muda kebanyakan, kami memilih caffe yang hits—kata Mas Sakha. Masih saling mengobrol tentang kesuksesan launching itu, benar-benar ya euforia nya nggak mudah hilang. Perasaan bangga itu masih kami rasakan.
Kami bersama sampai lupa waktu, saking senangnya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, terlalu malam untuk aku yang notabene nya adalah anak rumahan, yang nggak pernah keluar malam, yang betah rebahan selama berjam-jam sambil menonton drakor, yang mageran hanya untuk beli sesuatu di supermarket.
Sesampainya di rumah, aku di sambut oleh pelukan hangat dari Ibu, karena Ibu tahu launching produk itu berjalan lancar, bahkan sangat memuaskan hasilnya, sesederhana itu bahagiaku. Pulang ke rumah dengan perasaan lelah sehabis bekerja, dapat pelukan dari Ibu adalah obat dari segala rasa lelahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Nala [END]
Roman d'amour"Pagi, Mas. Mas sibuk nggak?" "..." "Kalau nggak sibuk bisa tolongin aku buat angkat barang?" *** Nada pikir pertemuan pertamanya dengan pria itu akan menjadi awal kisah cinta yang selama ini dia harapkan. Namun, siapa sangka justru teman dari pria...