10. Kar

9.2K 863 12
                                    

Beberapa hari berlalu, selama itu Alleira sibuk untuk latihan untuk festival berburu. Dia berencana untuk ikut festival berburu.

"Kenapa nona ingin ikut festival berburu?" Helena tidak habis pikir dengan nonanya itu.

"Nona pasti ingin mendapatkan pengakuan dari Yang Mulia Raja bukan?" Ujar Kar, seorang ksatria.

"Sejak kapan anda berada di sini?" Tanya Helena yang baru menyadari keberadaan Kar.

"Saya baru saja datang." Ujar Kar tersenyum. Kar melihat Alleira "Untuk bisa menjadi kepala keluarga Marques Vein, nona harus mendapatkan persetujuan dari Yang Mulia Raja. Karena itu, nona memanfaatkan festival berburu ini untuk menunjukkan kemampuannya pada Yang Mulia Raja." lanjut Kar.

"Hah, tapi saya masih bingung, kenapa nona tetap ingin menjadi kepala keluarga Marques nanti, padahal dia telah menjadi Putri Mahkota, dan suatu hari nanti nona pasti akan menjadi Ratu." Ujar Helena.

Kar melihat Alleira yang masih berlatih 'Putri Mahkota, dan juga calon ratu kerajaan ini, setelah aku perhatikan, nona sama sekali tidak tertarik dengan posisi itu. Malahan dia terlihat lebih tertarik pada posisi kepala keluarga.' Batin Kar.

Alleira berhenti, dia kelelahan akibat berlatih. Bagaimana tidak, di latihannya ini dia juga melampiaskan emosinya.

Alleira terjatuh di tanah.

"Nona!" Helena menghampiri Alleira.

"Aku tidak apa-apa." Ujar Alleira.

"Tapi-"

"Aku hanya kelelahan saja." Ujar Alleira.

Alleira bangun, dia melihat Kar, 'Kar?' Batinnya.

Kar menghampiri Alleira "Anda sangat hebat, nona." Ucap Kar.

"Terima kasih." Ucap Alleira.

'Kar, di masa depan nanti dia akan menjadi seorang pahlawan di medan perang. Kemampuan pedangnya sangat hebat. Bagaimana bila aku meminta tolong padanya?' Pikir Alleira.

"Kar, apa aku bisa meminta tolong padamu?" Tanya Alleira.

"Meminta tolong? Tentu saja bisa, nona." Ujar Kar tersenyum.

"Jadilah guruku!" Ujar Alleira.

Kar terkejut, "Menjadi guru anda?"

"Ya, ajari aku menggunakan pedang!" Ujar Alleira.

"Tapi, anda telah bisa menggunakan pedang. Anda sudah sangat hebat, nona." Ujar Kar.

"Tidak, aku ingin lebih hebat lagi! Sebagai penerus keluarga Marques Vein, kekuatanku masih sangat lemah." Ujar Alleira, 'Dengan kekuatan seperti ini, aku tidak akan bisa mengubah takdirku.'

"Kenapa saya?" Tanya Kar, Alleira terkejut mendengar pertanyaan Kar.

Kar menatap mata Alleira, "Kenapa anda memilih saya untuk menjadi guru anda?" Tanya Kar serius.

'Bagaimana ini? Aku tidak bisa mengatakan kalau karena aku tahu jika di masa depan Kar akan menjadi orang yang sangat hebat.' Batin Alleira.

"Nona, ada banyak orang yang lebih hebat dari saya. Tapi kenapa anda memilih saya?" Tanya Kar serius.

"Meski begitu, menurutku kau sangat hebat! Memang ada banyak orang yang lebih hebat darimu, contohnya ayah, tapi ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak bisa meminta pada ayah." Ujar Alleira.

Kar terdiam sejenak.

'Apakah dia menerimanya?' Batin Alleira, jantungnya berdetak kencang, menunggu jawaban dari Kar.

"Baiklah," Ujar Kar.

Alleira tersenyum, dia sangat bahagia mendengar perkataan Kar.

"Tapi," Alleira berhenti tersenyum saat mendengar perkataan Kar "Anda harus bisa membuat saya mengakui kekuatan anda." Ujar Kar tersenyum.

"Tadi kau mengatakan kalau aku hebat, artinya kau mengakui kekuatanku bukan?" Ujar Alleira.

"Itu berbeda." Ujar Kar.

"Apanya yang berbeda?" Protes Alleira.

"Nona, anda harus membuat saya mengakui kekuatan anda sebagai guru anda, bukan sebagai orang asing." Ujar Kar.

"Bagaimana caranya?" Tanya Alleira.

"Bertarunglah dengan saya." Ujar Kar.

Alleira terkejut, bertarung dengan seorang pahlawan medan perang di masa depan? Apakah dia bisa menang? Alleira menggenggam pedangnya dengan erat, 'Apa aku bisa melakukannya?' Batinnya khawatir.

Kar melihat Alleira yang menggenggam pedangnya dengan erat "Ada apa, nona? Apa anda takut?" Tanya Kar.

Alleira melihat Kar, nada bicara Kar tadi terdengar seperti meremehkan dirinya, hal itu membuatnya sedikit kesal.

Kar tersenyum, membuat Alleira semakin kesal karena senyuman itu terlihat seperti meremehkan dirinya.

"Baiklah, aku akan bertarung denganmu." Ujar Alleira, 'Aku harus bisa!' Batinnya.

***

Alleira dan Kar saling bertatapan, Alleira terlihat sangat serius, sementara Kar terlihat santai.

Kar terlihat sangat meremehkan Alleira, hal itu membuat Alleira sangat kesal padanya.

"Nona..." Helena menonton pertarungan itu.

Para ksatria lain juga ikut menonton pertarungan Alleira dan Kar, mereka nampak bersemangat.

"1... 2... 3... Mulai!"

Alleira mulai menyerang Kar, Kar tidak bergerak dari tempatnya, dia menahan serangan Alleira menggunakan pedangnya dengan sangat mudah.

Alleira terus menyerang Kar, dan serangan itu terus ditangkis oleh Kar. Beberapa waktu berlalu, dan tidak ada perubahan juga.

Kar menyerang Alleira, dan dalam satu kali serangan, Alleira terjatuh. Kar mengarahkan pedangnya ke leher Alleira, "Apakah kekuatan anda hanya seperti ini, nona?"

Alleira tidak menjawab, dia akui kalau dirinya masih sangat lemah. Dia tidak ingin membela dirinya sendiri.

"Pemenangnya, Kar!"

Kar mengambil kembali pedangnya, "Anda harus berusaha lebih keras lagi untuk membuat saya mengakui anda." Ujar Kar.

Alleira melihat Kar, berusaha lebih keras lagi? Artinya, apakah dia masih memiliki kesempatan?

"Berjuanglah." Ujar Kar tersenyum.

Kar lalu pergi dari sana, sementara Alleira masih terdiam. Dia tersenyum 'Aku akan membuatmu mengakuiku, Kar!' Batin Alleira bersemangat.

Helena menghampiri Alleira "Nona, anda tidak apa-apa?" Tanya Helena khawatir.

"Tidak, aku tidak apa-apa." Ujar Alleira tersenyum.

"Aku harus berusaha lebih keras lagi, untuk bisa membuat Kar mengakui diriku!" Ujar Alleira.

Bersambung...

Mengubah Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang