06: Ambigu

3.8K 284 4
                                    

Satu minggu telah berlalu. Entah mengapa rasanya sangat cepat sekali berganti waktu dari hari Minggu ke Senin, sedangkan hari Senin ke Minggu rasanya terasa begitu lama. Sekarang masih pukul setengah lima pagi. Amam yang masih tertidur lelap diatas kasurnya harus terbangun karena alarm yang ia pasang lebih awal terus-terusan berbunyi.

"Eungh," lenguhnya seraya mengucek matanya yang masih mengantuk.

Lelaki bernama lengkap Imanuel Tamam Zaidan itu membuka tirai jendela kamarnya. Masih gelap, karena sang surya belum memunculkan wujudnya karena ini masih terlalu pagi.

Amam bangkit dari kasurnya, merapikan kasurnya yang berantakan dan melipat selimutnya terlebih dahulu sebelum pergi mandi.

Hari ini adalah giliran kelas X IPS 4 untuk mapel olahraga dan satu kelas juga sudah sepakat akan pergi ke tempat futsal diluar sekolah yang sebelumnya sudah dibincang-bincangkan hari Senin lalu.

"Dingin," lirih Amam, lelaki itu menyentuh air yang berada di kamar mandinya. Sungguh benar-benar dingin. Amam itu merupakan orang yang suka mandi pagi tetapi tidak menyukai dinginnya suhu di pagi hari.

"Mandi enggak, ya?" monolog Amam. Jujur Amam tidak mau mandi pagi ini. Tapi, ia wajib mandi karena akan pergi ke sekolah. Jika tidak, mungkin badannya akan cepat bau.

Setelah selesai mandi, Amam dengan cepat-cepat melilitkan handuknya di pinggang-berlari menuju kamarnya dan langsung menutup tubuh mungilnya dengan selimut yang tebal.

Dirasa tubuhnya sudah tidak menggigil kedinginan lagi, Amam bangkit dari rebahannya dan segera memakai seragam putih abu-abu yang kemarin malam sudah ia setrika.

Merapikan buku pelajaran hari ini dan tidak lupa membawa pakaian olahraga yang kemudian ia masukkan ke dalam tas. Sekitar pukul setengah enam Amam berangkat menuju sekolah. Jalanan masih sepi dan terlihat hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Lelaki itu masih melipatkan kedua tangannya dibawah ketiak. Cuaca yang dingin terus-terusan menusuk kulitnya yang sensitif. Padahal, Amam sudah mengenakan hoodie yang cukup tebal. Tapi, hoodie tersebut masih belum bisa mencegah tubuhnya dari dinginnya udara.

"Kenapa tinggalin saya?" tanya Devano, pemuda itu memberhentikan motornya tepat disamping Amam.

Amam mengerutkan dahinya bingung, "Kakak tumben pagi-pagi udah mau berangkat sekolah?" tanyanya.

"Kamu juga, kenapa pagi-pagi langsung berangkat sekolah?" Devano balik bertanya.

"Kelas aku hari ini olahraga dan pagi ini kelas aku juga sepakat mau pergi ke tempat futsal diluar sekolah, jadinya datang lebih awal,"

"Kita sama." jawaban dari Devano malah membuat Amam bingung.

"Maksudnya?"

"Kelas saya juga hari ini olahraga, dan kita semua sepakat mau pergi ke tempat futsal juga. Suatu hal yang kebetulan sekali."

Amam mengangguk paham, sebelumnya ia tidak tahu jika mapel Penjaskes kelasnya dengan kelas Devano berada di hari yang sama.

"Mau naik?" tanya Devano yang sedari tadi hanya melihat Amam termenung dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku hoodie.

"Boleh?"

"Yang gak boleh buat kamu apa sih?" penuturan dari Devano justru secara tidak sengaja membuat kedua pipi Amam memerah.

"Pipi kamu kenapa merah gitu hey? Kamu Kedinginan?"

Amam menggelengkan kepalanya kasar. Padahal lelaki itu sedang malu-malu kucing. Tapi kenapa Devano mengiranya jika ia sedang kedinginan? Tapi tidak ada, yang terpenting sekarang adalah AMAM KEDINGINGINAN!!!

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang