30: Ditemukan

1.5K 118 1
                                    

Mereka semua yang melihat Amam dibawa menggunakan tandu oleh para anggota OSIS dan PMR itupun lantas dengan cepat berlari menuju Amam sambil berteriak histeris.

Mereka tidak menyangka jika hal seperti ini terjadi pada lelaki mungil itu.

Devano dengan cepat berlari secepat kilat diikuti Keandra dibelakangnya. Kedua pemuda itu berlari dengan raut wajah lega sekaligus cemas karena melihat kondisi Amam yang tampak lesu dan lemah diatas tandu tersebut.

"Amam... maafin abang karena lagi-lagi gak becus jagain kamu..." Keandra berjongkok tepat di samping Amam, mengelus lengan mungil adiknya itu dengan perasaan bersalah hingga membuatnya mengeluarkan air mata.

"Kalian temuin Amam dimana?" tanya Pak Roy pada anak-anak OSIS dan PMR.

"Kita temuin Amam di bawah jurang didalam hutan Pak." ujar Zaki menjelaskan.

Semuanya sontak terkejut. Bagaimana bisa Amam pergi sendirian ke dalam hutan dan berada dibawah jurang hingga membuatnya seperti ini? Tidak mungkin kan jika lelaki itu melakukan hal yang tidak-tidak untuk menghilangkan nyawanya sendiri?

"Terus kenapa pada diem semua??! Cepat bantuin angkat Amam bangsat!!" Keandra mengumpat. Pemuda itu benar-benar sudah marah melihat tubuh adik kesayangannya yang kotor dan dipenuhi luka.

"Hei kamu! Jangan ngomong kasar. Ada Bapak disini, ada senior-senior kamu juga. Jadi, jaga ucapan kamu Keandra," balas Pak Roy menasihati, namun Keandra tidak memperdulikannya.

Keandra terus mengelus lengan mungil Amam-membersihkan tubuh Amam dari kotornya debu dan sesekali mencoba membangunkan Amam dari pingsannya. Wajah lelaki mungil itu terlihat pucat dan lemah, bibirnya lecet, tangannya dingin, dan rambut hitam legamnya pun berantakan.

Keandra lagi-lagi merasa kecewa pada dirinya sendiri. Mengapa hal seperti ini harus terjadi pada Amam? Mengapa tidak terjadi pada dirinya saja? Sudah cukup. Keandra tidak mau Amam kenapa-kenapa lagi sekarang.

"Gibran, kamu tolong ambilkan kotak P3K di tenda UKS," titah Pak Roy pada Gibran-ketua PMR. Pemuda itu mengangguk dan kemudian pergi menuju tenda UKS untuk mengambil kotak P3K yang diperintahkan guru BK itu padanya.

"Eh, sini Dek, kotaknya biar kakak yang bawa," ujar Gibran saat melihat adik kelas perempuannya yang membawa kotak P3K menuju kearah kerumunan.

Cindy mengangguk, gadis itu memberikan kakak kelasnya tersebut kotak P3K yang sebelumnya sudah Bu Nurhawa perintahkan untuk diberikan kepada Pak Roy.

"Amamnya masih belum sadar ya kak?" tanya Cindy khawatir.

Gibran menggeleng pelan, "Belum." jawabnya, "Kakak pergi dulu ya."

Cindy hendak mengikuti Gibran, namun tidak jadi karena gadis itu malu, ada banyak sekali kaum adam disana, jadi Cindy memilih untuk mengurungkan niatnya dan kembali ke tenda.

"Nih kotaknya Ndra," Gibran memberikan kotak P3K tersebut pada Keandra yang sedari tadi terus-terusan mengelus lengan Amam.

Jangan tanya dimana Devano saat ini. Pemuda itu masih terdiam di tempatnya seperti patung. Devano berjongkok tepat di sebelah Amam dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. Devano membisu. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sadar jika dirinya lah yang patut disalahkan dalam masalah ini.

Devano melihat Keandra yang terus-terusan mengelus lengan Amam penuh dengan kasih sayang seraya berusaha untuk membangunkan adiknya itu. Devano iri terlihat sangat dekat dengan Amam. Pemuda itu menyesal. Devano merasa kecewa pada dirinya sendiri untuk pertama kalinya.

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang