02: Pulang Bersama

8.1K 521 10
                                    

"All I want is love that lasts."

"Is all I want too much to ask?"

"Is it something wrong with me?"

Amam bernyanyi dengan suara yang lembut. Lelaki itu berniat untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh yang melanda dirinya. Bagaimana bisa tidak bosan? Sedari tadi ia sudah berjalan kaki bermenit-menit lamanya dari sekolah tapi belum tiba di rumah juga sampai saat ini.

Jarak sekolah dari rumahnya bisa dibilang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Amam hampir setiap hari pulang dan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Terkadang juga lelaki itu sering diantar jemput oleh Aksal dan abang jahilnya, siapa lagi kalau bukan Keandra.

Amam mengayunkan kedua tangannya kedepan dan ke belakang dengan perasaan gembira. Walaupun umur lelaki itu sudah menginjak usia lima belas tahun, tetapi jiwa anak kecil masih terpampang jelas di dalam diri lelaki bernama lengkap Imanuel Tamam Zaidan tersebut.

Namun, Amam dibuat terdiam saat sebuah motor sport berwarna hitam mendekat dan berhenti tepat disampingnya. Terdapat sesosok pemuda yang menggunakan helm fullface hitam yang duduk di atasnya.

Kedua alis Amam menaut bingung.

Siapa dia? Apakah Amam mengenalinya?

"Mau ikut naik?" suara datar dan berat terdengar begitu saja di kedua telinga Amam.

"Siapa?" tanya Amam pelan, cukup canggung baginya jika mengobrol dengan orang yang sama sekali tidak dikenalnya, apalagi misterius seperti ini.

Pemuda itu lalu turun dari motornya dan menghampiri Amam yang saat ini malah terdiam ditempatnya layaknya sebuah patung.

Amam memundurkan langkah kakinya ketika pemuda itu semakin mendekatkan jaraknya. Perasaan takut mulai menyelimuti diri Amam. Pikirannya sudah kalang kabut dan berpikiran aneh.

Apakah dirinya akan diculik oleh pemuda asing tersebut?

"Jangan deket-deket!" kata Amam takut saat langkahnya harus terhenti ketika tubuh bagian belakangnya menyentuh dinding sebuah toko roti.

Karena takut, Amam sontak menutup rapat-rapat wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya dan mencoba untuk tidak menatap pemuda didepannya yang kini jaraknya semakin mendekat padanya.

"Saya tidak akan apa-apakan kamu," ujar pemuda itu. Lalu, pemuda berpakaian serba hitam itu memegang dan melepaskan tangan Amam yang menutupi wajahnya sendiri.

"Kamu gak bakal culik Amam, kan??" tanyanya sedikit khawatir.

Lalu, tidak ada angin tidak ada hujan, pemuda itu malah tertawa kecil dibalik helm mendengar Amam mengucapkan embel-embel namanya sendiri saat berbicara dengan orang lain. Pemuda itu geleng-geleng kepala dan kemudian melepaskan helm fullface yang masih menutupi wajahnya.

"Lucu," hanya dua kata, namun membuat Amam mengernyitkan dahinya bingung.

"Apanya yang lucu?"

"Kamu."

Amam menggeleng dengan cepat.

"Amam nggak lucu. Amam kayak bebek." jawabnya polos.

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang