28: Panik

1.4K 108 3
                                    

Bayi besar : Makasih

Devano sontak mengerutkan dahinya bingung ketika melihat sebuah pesan singkat yang dikirimkan Amam padanya. Pemuda itu kemudian melihat sekelilingnya yang ramai-ada banyak sekali murid-murid yang sibuk mengobrol dan berselfie ria. Tapi, Devano tidak melihat keberadaan Amam sama sekali diantara mereka.

Devano juga tidak paham dengan maksud dari pesan yang Amam kirimkan padanya barusan. Pemuda jangkung itu lantas beranjak dari duduknya, keluar dari tenda, membuat Samuel yang melihatnya dibuat bertanya-tanya.

"Mau kemana lo?" tanya Samuel.

Devano tidak menjawab.

"Mau ke Amam?" tanya Samuel lagi.

Devano menatap Samuel, "Tau darimana?"

"Cuma nebak aja."

Devano tidak merespon jawaban dari Samuel. Pemuda itu kemudian beranjak keluar dari tenda kelompoknya, kembali mengenakan sepatunya yang ia lepas dan hendak pergi ke tenda kelompok Amam dengan niat untuk menemui adik kelasnya tersebut.

"Devano," panggil Samuel, membuat sang pemilik nama menoleh.

"Maaf El, gue ma-"

"Sssshhhhh...." saat Devano membalikkan badannya untuk menatap Samuel, pemuda itu malah dibuat kaget saat melihat Samuel yang terlihat kesakitan seraya memegang perutnya yang terluka.

"Dev, perut gue... sakit lagi anjir," disaat-saat seperti, Samuel masih sempat-sempatnya mengumpat. Melihat temannya yang sedang kesakitan, Devano dengan cepat mendekati Samuel dan melihat kembali luka pada perut cowok itu.

"El, luka lo berdarah lagi." kata Devano, "Gue bilang juga apa, minta obatin lagi ke dokter biar lukanya gak makin parah." ujarnya pada Samuel.

Samuel meringis, "Lebay amat, cuma luka kayak gini, akh..."

"Banyak bacot lo bangsat!" Devano mengumpat kesal. Samuel memang keras kepala. Dengan cepat, Devano pergi keluar dari tenda, "Gue mau ngasih tau ke guru biar luka lo di obatin lagi. Jangan kemana-mana." ujarnya lalu pergi meninggalkan tenda yang didalamnya terdapat Samuel yang kesakitan.

***

Saat menemani Samuel yang saat ini tengah diobati lukanya oleh dokter UKS sekolah, Devano malah merutuki dirinya sendiri karena melupakan Amam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12:37. Matahari sudah menampakkan wujudnya dengan sempurna diatas sana. Dengan cepat, Devano berlari dan segera menuju tenda kelompok Amam.

"Dek, kamu tau dimana tenda kelompok Amam?" Devano bertanya pada adik kelasnya yang sedang merapikan balok kayu.

Murid laki-laki itu mengangguk, "Itu bang, yang ada dua pohon pinus kembar."

"Makasih."

Devano kembali melanjutkan langkah kakinya menuju tenda kelompok Amam. Namun, di tengah perjalanan, seseorang berteriak memanggil namanya dari arah kejauhan, membuat Devano menoleh dan melihat seorang gadis yang berjalan mendekatinya.

"Eh Devano, ari si Amam teh kunaon?" tanya Kokom-ketua kelasnya menggunakan Bahasa Sunda, membuat Devano mengerutkan dahinya bingung karena tidak mengerti.

"Hah??"

Kokom menepuk jidatnya, lupa, "Amam, dia kenapa?"

"Amam kenapa?"

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang