05: Bertengkar

4.2K 300 2
                                    

Amam berjalan dengan santai kearah pintu gerbang sekolah bersama dengan Keandra yang berada disampingnya. Kedua remaja itu berjalan beriringan menuju tempat parkir.

Keandra berniat menepati janjinya untuk membelikan Amam peralatan menggambar karena seorang Keandra Nouval Adreantara merupakan anak yang tidak pernah ingkar janji terhadap adik kecil imutnya itu.

"Kamu tunggu disini, abang keluarin motornya dulu," ucap Keandra dan kemudian pergi meninggalkan Amam.

Amam mengangguk, lelaki itu duduk di salah satu pilar batu bata yang berada tak jauh dari tempat parkir. Ia melihat sekilas kearah jarum jam yang melilit ditangannya, pukul tiga lewat empat puluh detik.

Amam termenung, menunggu Keandra mengeluarkan motornya. Lelaki mungil itu melihat sekelilingnya yang sudah sepi karena beberapa murid karena bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Mungkin hanya ada beberapa anak eskul yang sedang latihan di aula.

"Nungguin apa?" lamunan Amam pecah ketika seorang pemuda menghampiri dirinya yang tengah duduk manis diatas tempat duduk yang terbuat dari batu bata tersebut.

"Nungguin abang."

"Ngapain?" tanya Devano, suaranya terdengar berat.

"Mau beli spidol warna, pensil warna, sama crayon buat ngegambar, habis itu dianterin pulang." ujar Amam.

"DEK AMAM!" teriak Keandra dari arah kejauhan, pemuda itu sudah mengeluarkan motornya dari tempat parkir.

"Aku pulang duluan ya kak Dev, Kakak cepet pulang sana, nanti dimarahi Mama kakak," ucap Amam yang kemudian beranjak dari duduknya, namun tangan kanan Devano mencekal adik kelasnya itu untuk bangkit dari duduknya.

"Pulang bareng saya aja," ucap Devano, memaksa. Pemuda itu lantas menarik tangan Amam dan berjalan menuju motor sportnya yang ia letakkan didekat gerbang.

Amam reflek mencoba melepaskan tangannya dengan kasar, "Lepasin kak!"

Keandra yang melihat itu pun dengan cepat turun dari motornya, menghampiri Amam dan pemuda yang sama sekali tidak ia kenal itu. "Lepasin tangan adik gue bisa gak? Kasian dia kesakitan anjir," ujar Keandra sedikit ketus, lelaki itu lantas menarik tangan Amam dan menjauhkannya dari Devano.

"Abang kandung?" tanya Devano pada Keandra.

"Bukan. Walaupun kita bukan saudara kandung, tapi gue udah anggap dia kayak adik kandung gue sendiri." ujar Keandra menjelaskan.

"Saya izin pulang bareng sama dia," pinta Devano, pemuda itu kembali menarik tangan Amam.

Amam kembali meringis kesakitan. Jujur. Ketika Devano menarik tangannya rasanya begitu sakit hingga membuatnya meringis kesakitan. Hal itu justru membuat Keandra memanas saat melihat raut wajah Amam yang tampak kesakitan karena pemuda dihadapannya tersebut menarik tangannya dengan paksa.

"Lepasin bangsat!" ketus Keandra, pemuda itu menarik tangan Amam lagi tapi dengan cepat Devano menarik tangan Amam yang satunya dengan kuat hingga membuat sang empu yang berada di tengah-tengah mereka kembali meringis.

"Lepasin anjing!" umpat Keandra lagi tak tertahan, dirinya geram akan pemuda dihadapannya ini.

Devano hanya menghiraukan umpatan yang dilontarkan Keandra padanya, ia hanya fokus pada tugasnya sekarang yaitu mendapatkan Amam dari perdebatan dirinya dengan Keandra.

Amam kembali meringis kesakitan, pergelangan tangan kanan dan kirinya terasa perih dan mulai memerah.

"Lepasin ih! Tangan Amam sakit!!" Amam berteriak, membuat keduanya terdiam dan melepaskan genggaman tangan mereka pada pergelangan tangan Amam.

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang