50: Abang

770 62 2
                                    

"Kok ada di Aksal?"

Kedua pupil mata Amam membulat lebar, sesuatu yang ia cari selama ini sekarang berada di genggaman Aksal, "Balikin liontinnya ke Amam, Sal."

Aksal tertawa getir, "Waktu lo lepas kalung ini dan taruh di dalam tas, gue sengaja ngambil kalungnya pas lo nggak bisa tidur dan mutusin buat keluar tenda malam itu." Aksal memutar-mutarkan kalung permata merah milik Amam itu di udara, "Cantik juga nih kalung pemberian dari pacar lo. Pasti mahal, kan harganya?"

"Ih kok Aksal tega sih ambil barang orang lain?! Langsung di dalam tasnya lagi!"

Aksal tertawa culas, "Iya. Gue tega. Kenapa? Nggak suka?"

"Balikin kalungnya nggak?"

"Lo mau ini?" tanya Aksal.

Amam mengangguk.

"Putusin Devano sekarang juga dan habis itu lo jadi pacar gue. Baru nih kalung bisa balik ke lo lagi." ujar Aksal, "Kalo lo nggak mau, ya secara terpaksa gue nggak bakal kasih kalungnya." Aksal kembali memutar-mutarkan kalung itu. Ekspresi wajahnya terlihat begitu serius kali ini. Seperti ada sesuatu yang terpendam dari raut sahabat Amam itu.

Amam menarik nafasnya dalam-dalam, mengembusnya perlahan, mencoba untuk tidak mengeluarkan emosinya. Karena ia tau, jika dirinya emosi, mungkin hancur sudah dunia.

"Balikin kalungnya ke Amam boleh nggak, Sal?" tanya Amam lembut.

Aksal berdecih, cowok itu tidak akan tertipu oleh tingkah manis Amam padanya. Tapi, arghh... Amam benar-benar menggemaskan di mata Aksal sekarang.

"Gue bilang putusin dulu si Devano itu, baru gue balikin nih kalung ke lo."

Amam menggeleng pelan, "Aksal kenapa sih? Kenapa sikap Aksal ke Amam jadi berubah kayak gini? Aksal kenapa?? Ceritain ke Amam, Sal. Kamu bukan Aksal yang Amam kenal dulu..." ujar Amam, ujung matanya mengeluarkan cairan bening.

Aksalino Putra Deandra, cowok yang dikenal dekat dan akrab dengan Amam sejak 10 tahun lalu. Cowok yang selalu membuat Amam tertawa, cowok yang selalu menemani Amam jalan-jalan, cowok yang selalu tersenyum dan sering bercanda, cowok yang menjadi sahabat terdekat Amam sebelum mengenal Aulia dan Cindy, cowok yang selalu mengisi waktu-waktunya. Namun hal itu sepertinya sudah hilang sekarang, Aksal yang Amam kenal dahulu di bukit Barrel, kini sudah berubah.

Sikap Aksal terhadap sahabat mungilnya itu mulai berubah cuek, datar, dan dingin semenjak ia tau jika Amam berpacaran dengan kakak kelas yang belum lama dikenalnya, Devano. Hal itu, justru membuat Aksal benci terhadap Devano mulai saat itu.

Hari-hari Aksal dengan Amam, selalu bermain dengan Amam, bercanda dengan Amam, selalu membelikannya susu, selalu menunggunya pulang sekolah, hal itu membuat posisi Aksal tergantikan oleh Devano.

Aksal tidak menyukainya, ia benci, ia sangat tidak suka jika ada seseorang yang merebut posisinya dari Amam. Aksal benar-benar seperti orang sakit mental. Dirinya terlalu gila untuk mencintai Amam yang sama sekali tidak mencintainya. Hanya menganggap sebagai teman, itu tidak lebih, membuat Aksal berada dalam keterpurukan di dalam hidupnya.

Aksal hanya ingin Amam. Sedangkan Amam, ia hanya ingin kebahagiaan.

Flashback on*

10 tahun lalu...

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang