13: Ketua OSIS

2.3K 173 1
                                    

"Imanuel Tamam Zaidan!! Hari ini lo piket!!" ujar Aiko Adella Vertayuana-gadis berambut panjang yang diikat kepang dengan sebuah kacamata minus pada matanya itu adalah seorang seksi kebersihan di kelasan Amam.

Amam yang baru saja memasuki kelasnya tersebut hanya bisa mangusap dada dengan sabar karena perempuan itu langsung menyodorkan sebuah sapu ijuk padanya.

"Astaga, baru juga dateng. Sabar dong Ai. Aku mau taruh tas dulu," ujar Amam, lelaki itu lantas menaruh tasnya di bangkunya dan kemudian mengambil sapu ijuk yang diberikan Aiko padanya.

Amam menyapu kelasnya sendirian karena ini masih terlalu pagi. Bukan karena terlalu pagi juga sih, tapi murid yang dijadwalkan untuk piket hari ini sengaja datang terlambat agar Aiko yang dicap sebagai seksi kebersihan tersadis seangkatan mereka itu tidak menyuruh paksa mereka untuk piket.

Hampir sepuluh menit untuk Amam menyapu sebagian kelas serta merapikan meja dan bangku yang berantakan.

"Udah selesai, Ai," ucap Amam yang dijawab anggukan oleh Aiko.

"Oke makasih ya Mam karena udah mau datang pagi buat piket. Dan buat murid yang belum dateng pagi ini tapi dijadwalkan untuk piket bakalan gue laporin sama Bu Nur sih," ujar Aiko dengan raut wajah sinis. Perempuan itu lalu mencentang nama Amam pada buku tulis yang dipegangnya karena sudah mengerjakan kewajibannya untuk piket kelas.

Amam lantas duduk dibangkunya, menunggu bel masuk berbunyi. Dirinya sangat lelah. Dia juga lupa membawa air putih karena tadi sebelum berangkat ke sekolah, Devano pagi-pagi sekali datang kerumah Amam dan menyuruhnya untuk berangkat bersama.

"Dek, di dalam kelas ada Amam?"

"Ada kak, itu lagi duduk di bangkunya. Kayaknya dia kecapekan deh habis piket," jawab Aiko pada seorang pemuda yang sedang mengajaknya berbicara di koridor kelas.

Devano melirik ke dalam kelas dan melihat Amam yang sedang termenung di tempatnya sambil menempelkan pipinya diatas meja.

"Makasih."

Devano berjalan kearah Amam dan menghampirinya, pemuda itu duduk disalah satu bangku tepat di sebelah Amam. Amam yang terkejut ketika melihat Devano duduk disampingnya pun lantas dengan cepat menegakkan badannya.

"Kakak ngapain kesini?" tanya Amam.

"Gak boleh?" ucap Devano.

Amam hanya menghiraukannya. Lelaki itu malah kembali menempelkan pipinya diatas meja. Devano yang melihat Amam tampak lesu itupun kembali membuka suaranya dan bertanya.

"Kenapa?" tanya Devano, suaranya terdengar berat. Pemuda itu ikut lalu menempelkan pipinya di meja-mengarah tepat didepan wajah Amam, membuat keduanya saling bertatapan.

"Besok aku ikut Olimpiade Matematika kak,"

"Bagus dong?"

"Iya sih... Tapi aku jadi satu-satunya perwakilan sekolah kak. Kalau misalnya aku kalah, pasti aku bakal bikin kecewa satu sekolah karena gagal buat banggain nama sekolah. Aku takut." ujar Amam khawatir. Jujur. Olimpiade Matematika yang akan dilaksanakannya besok benar-benar membuatnya overthinking bukan main.

Devano menegakkan badannya-menatap Amam yang masih termenung lesu ditempatnya.

"Setiap perlombaan pasti ada menang dan kalahnya. Gak usah terlalu dipikirin. Justru jika semakin kamu pikirkan, semakin besar juga kamu overthinking. Hal itu ujung-ujungnya bakalan bikin perasaan kamu semakin memburuk," ujar Devano.

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang