PROLOG

1.5K 35 0
                                    

Seorang bocah laki-laki dengan seragam merah putih yang melekat ditubuh mungilnya itu, terus saja mengeluarkan air matanya tanpa henti. Bocah itu melirik kearah lutut dan telapak tangannya, terdapat beberapa luka goresan serta memar yang terdapat pada anggota tubuhnya tersebut.

Bocah itu kesepian. Tidak ada yang mengajaknya berbicara atau bahkan bermain di halaman sekolah seperti teman-temannya yang lain.

Beberapa saat yang lalu, pada saat lelaki mungil itu hendak membeli makanan di kantin pada jam istirahat, ia diajak oleh kedua temannya ke tempat pembuangan sampah yang berada di area belakang sekolahnya. Karena otaknya yang masih polos nan lugu itu, bocah berusia 10 tahun tersebut hanya bisa menurut. Dilain sisi juga, hatinya merasa sangat senang karena akhirnya ada yang ingin mengajaknya bermain.

Tapi ternyata, harapan penuh harapannya itu salah besar. Tiba-tiba saja, salah satu siswa laki-laki yang seragamnya dikeluarkan dari celana langsung mendorongnya dengan sangat kuat hingga membuat bocah tak bersalah itu jatuh diatas bebatuan kerikil hingga membuat kedua telapak tangannya dan lututnya berdarah.

"Kamu lebay banget! Gitu doang kesakitan, haha," ucap sang pelaku. Dia hanya bisa tertawa melihat raut wajah dari teman yang ia anggap sebagai mainan tersebut-diikuti oleh temannya yang juga ikut menertawakan tanpa terselipkan rasa berdosa sedikitpun.

Sang bocah menggigit bibir bawahnya, berusaha agar tidak menangis dan tidak terlihat lemah di mata kedua anak laki-laki didepannya. Ia kemudian hendak berdiri, namun siswa biadap itu lagi-lagi kembali mendorongnya. Bukan hanya itu saja, siswa kelas 5 SD itu juga mengguyur kepala si bocah dengan es plastik yang berada di genggamannya. Lalu, teman disebelahnya kemudian meludahi si bocah tidak bersalah itu dengan air liurnya.

Benar-benar tega!

Mereka berdua tertawa, tidak terkecuali sang korban perundungan.

"Apa kamu liat-liatin aku? Mau pukul aku? Silahkan. Paling juga tenaga kamu gak adaan! Letoy, lemah, gak ada tenaganya, kayak cewek. Dasar bencong!!"

"A-amam salah apa sama kalian?" akhirnya, bocah laki-laki itu membuka suaranya. Ia mengelap wajahnya yang basah dan mencoba untuk menatap kedua orang di hadapannya. Tetapi karena tatapan mereka sangat tajam dan menakutkan menurutnya, Amam memutuskan untuk kembali merunduk-enggan untuk menatapnya.

Amam takut, sangat ketakutan.

"Kamu gak ada salah apa-apa kok sama kita." ujar salah satu bocah yang perawakannya lebih tinggi dari temannya. Ia kemudian berjongkok, mengarahkan telunjuknya pada dagu Amam.

"Kita cuma bercanda doang kok."

~oOo~

"IMANUEL TAMAM ZAIDAN!!!"

"KAMU DIMANA???"

Brak

Brak

Brak

Seorang guru perempuan beserta dua orang siswa dan dua orang siswi sontak menolehkan pandangan mereka kearah sebuah gudang penyimpanan barang-barang sekolah yang berada di pojok ruangan.

"AMAM?? KAMU ADA DI DALAM??" teriak Bu Lea-wali kelas VIII 4 yang tak lain adalah wali kelas Amam. Guru berjilbab cokelat muda itu kemudian berjalan mendekat kearah pintu gudang tersebut dan diikuti oleh keempat muridnya dibelakang.

"Pintunya pasti dikunci, Bu." ujar Jennie memberitahu karena Bu Lea sedari tadi berusaha untuk membuka knop pintunya, tetapi tidak bisa.

"Ben, cepet kamu minta kunci cadangan ke Pak Yudi, cepetan!" ujar Bu Lea pada salah satu murid laki-laki, membuat murid bernama Beben itu dengan cepat menarik lengan temannya agar ikut bersamanya.

"AMAM, KALO ITU BENERAN KAMU, AYO JAWAB PERTANYAAN IBU, SIAPA YANG NGUNCIIN KAMU DISINI???"

1 detik

2 detik

3 detik

Hanya keheningan yang menjawab.

Namun, tiba-tiba terdengar suara isak tangis dari dalam gudang.

"K-kenapa... gak b-bunuh Amam aja sekalian?"

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang