27: Devano, Samuel, Dan Ica

1.5K 115 2
                                    

Akhirnya, mereka semua kini sudah berada di atas puncak gunung setelah sekian menit mendaki. Suhu diatas sini terasa semakin dingin dan menyejukan. Pemandangannya terlihat begitu indah, hijau dan juga asri. Ada banyak perkebunan teh dan pepohonan lebat yang memanjakan mata.

Saat ini, Amam bersama dengan kelompoknya sepakat untuk membangun tenda diantara dua pohon pinus kembar yang menjulang tinggi di samping kanan dan kiri.

"Kakak mau bantu kelompok kakak dulu gapapa kan? Kamu jangan berpencar dari teman-teman kamu ya?" perintah Devano, pemuda itu meletakkan tas besar Amam disamping pohon.

Amam hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak pergi dulu." Devano mengecup kening Amam singkat dan kemudian berjalan pergi meninggalkannya.

Amam lagi-lagi harus mendengus kesal dibuatnya. Ada banyak pasang mata yang melihat kearahnya, terutama ... Aksal. Pemuda itu membulatkan kedua bola matanya tidak percaya karena melihat Devano yang mengecup sahabat kecilnya itu secara langsung.

"Eh, Aksal jangan cepuin ke bang Keandra sama ayah ya?? Kak Dev cuma bercanda doang kok, sumpah!! Jangan berpikiran yang aneh-aneh!!" Amam membentuk jarinya menjadi huruf V.

Aksal hanya mengangguk mengiyakan. Tidak ada gunanya juga untuk dirinya memberitahu dua makhluk yang Amam takuti tersebut.

Amam kemudian mengeluarkan perlengkapan kemping yang ia bawa dari dalam tasnya.

"Aksal sama Amam pasang tendanya. Aulia, Cindy, sama Lita rapihin barang-barang kelompok aja," ujar Rizar yang merupakan ketua dari kelompok Amam.

"Terus lo sendiri ngapain Zar?" tanya Aulia.

"Gue cuma ngeliatin kalian. Gue kan ketua." jawab Rizar dengan nada sombong.

Semuanya sontak menyoraki Rizar dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya cowok itu menyuruh mereka sedangkan dirinya sendiri seenaknya bersantai sembari menyenderkan tubuhnya di batang pohon pinus.

"Bangsat lo!"

"Jangan mentang-mentang ketua kelompok lo bisa seenaknya nyuruh kita anjir!!"

"Definisi beban kelompok gini nih,"

"Gue bilangin Pak Roy karena gak mau bantuin mampus lo!!!"

Rizar membulatkan matanya dan reflek langsung bangun dari rebahannya saat mendengar jika mereka akan memberitahu Pak Roy tentang kelakuannya. Padahal pemuda itu berniat untuk bercanda, tapi mengapa mereka malah menganggapnya serius.

Karena tidak ingin dilaporkan ke Pak Roy, Rizar kemudian berjalan menghampiri Amam dan Aksal yang sedang memasang tenda, "Platoknya mana?" tanya Rizar, entah bertanya pada siapa.

Aksal lantas mengambil platok yang berada di dalam tasnya.

Hampir beberapa menit ketiga cowok tersebut memasang tenda. Ada banyak kegagalan dan juga canda tawa bahagia saat mereka membangun tenda-tenda kelompok mereka itu. Akhirnya, tenda untuk laki-laki dan perempuan dari kelompok Amam sudah selesai dipasang semua. Begitu juga untuk kelompok-kelompok yang lain, mereka juga semua sudah selesai membangun tenda kelompok mereka.

Setelah semuanya sudah selesai membangun tenda, Pak Imron-guru olahraga kelas sebelas kemudian menyuruh seluruh murid untuk mencari kayu bakar. Amam dan Lita yang ditugaskan oleh Rizar untuk mencari kayu bakar pun dengan cepat segera pergi meninggalkan tenda dan mencari kayu bakar sebanyak-banyaknya agar tidak diambil oleh kelompok lain.

"Kalo ini gimana Ta?" Amam menginjak batang kayu besar yang berasal dari sebuah pohon yang tumbang di sebelahnya.

"Yakin lo mau bawa kayu itu Mam?" tanya Lita tidak yakin.

Love's Or Happiness? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang