Special Chapter : Never Let You Go

834 24 0
                                    

Ketika Bokuto rut, apa yang akan terjadi pada Akaashi? Ku rasa kalian sudah pernah melihatnya haha.

.
.
.

Sebenarnya selama mereka berkencan, Bokuto cukup bagus untuk mengendalikan hawa nafsunya ketika bersama Akaashi.

Bahkan ketika ia mengalami rut sekalipun, ia masih bersikap rasional dan meminta dirinya agar dikunci sendirian.

Namun, seiring waktu ketika mereka sudah bersama sepenuhnya dengan janji manis dan sumpah setia.

Bokuto tidak memerlukan obat supresannya lagi.

.
.
.

Di pagi hari di kediaman pribadi BokuAka, hujan yang turun sedari subuh masih mengguyur dengan deras. Membuat hangatnya cahaya mentari tak terasa, hanya hawa dingin yang menusuk tulang.

Dengan iris zamrud yang masih terpejam, Akaashi sebenarnya sudah bangun. Membiarkan Bokuto dari belakang memeluknya, mendekap perut montoknya.

Menahan senyum ketika hidung bangir si alpha menggesek helai ravennya, seakan menyesap aroma dirinya.

"Keiji..." Lirih si alpha dengan suara serak, membuat rona merah menjalar hingga ke kuping.

Di tambah lengan kekar yang mendekap juga mulai meraba tubuhnya, menyingkap kaos yang ia kenakan. Meremas payudara dan menjepit putingnya yang tenggelam namun keras karena suhu dingin.

Salah satu kaki Bokuto juga menelusup di antara paha Akaashi, menggesek area selatan yang masih tertidur.

"Mmnh~ Kou?" Akaashi menengok ke belakang, di mana wajah Bokuto berada di ceruk lehernya.

Bokuto hanya diam menatap dengan nafas berat, suhu tubuhnya juga perlahan memanas.

Seiring dengan aroma musk yang dominan menusuk hidung Akaashi, membuat tubuh omeganya bereaksi.

Nafas Akaashi juga menjadi berat.

"Kouta-- kamu rut?"

Bokuto menggeram dan semakin mendekap erat Akaashi, menggesekkan hidungnya pada ceruk leher kekasihnya. Menyesap aroma manis yang semakin membuat ia tenggelam dalam nafsu birahi.

"Ah--" Bokuto segera melepaskan Akaashi, mendorong yang lebih kecil hingga menjauh darinya.

Bokuto menutup mulutnya, seakan tiada kosa kata yang tepat untuk ia ucapkan. Ia beranjak dari kasur, berjalan dengan langkah berat.

"Keiji... pulanglah ke rumah ibumu."

"Eh?" Akaashi mengernyit heran, pulang? Kenapa?

"Kou, kamu rut kan? Biarkan aku merawatmu." Pinta Akaashi, memangnya salah?

Mereka sudah menikah dan ketika menemui masalah, bukankah mereka harus memecahkannya bersama?

Dalam pengetahuan Akaashi, rut dan heat tidak ada bedanya.

"Tidak, Ji... aku masih takut-- Keiji!" Bokuto tersentak, Akaashi mendekapnya dari belakang.

Menahan si alpha agar tidak pergi.

"Aku tidak apa Kou, selama itu bersamamu." Akaashi menenggelamkan wajahnya pada punggung besar si suami, sedikit pusing karena hormonnya bereaksi pada Bokuto.

Bokuto sama sekali tidak menoleh, ia meremas celananya sendiri. Menggelamkan kuku-kukunya pada pahanya sendiri.

"Keiji, kamu serius? Aku... sejujurnya aku sendiri takut ketika rut... aku takut melukaimu."

"Tidak apa Kou, aku juga lelaki, ingat? Beberapa luka memar masih bisa ku taha--" Akaashi terkesiap, Bokuto segera berbalik dan meremas kedua pundaknya.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang